Ryamizard Sebut Komunis Kerap Dompleng Pemberontakan di Indonesia

23 November 2019 13:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eks Menhan Ryamizard Ryacudu saat diskusi soal PKI di Gedung Lemhanas, Jakarta Pusat Foto: Adhim Mugni Mubaroq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Eks Menhan Ryamizard Ryacudu saat diskusi soal PKI di Gedung Lemhanas, Jakarta Pusat Foto: Adhim Mugni Mubaroq/kumparan
ADVERTISEMENT
Mantan Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu, meminta masyarakat mewaspadai komunisme. Paham itu, kata Ryamizard, dapat memecah belah bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, gerakan komunis dulu diwadahi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Dari situ, kata dia, melahirkan gerakan pemberontakan pada September tahun 1965 atau dikenal dengan G30S/PKI.
Ryamizard mengatakan, selain tahun 1965, pemberontakan PKI terjadi juga pada tahun 1926 dan 1948.
"PKI ini luar biasa enggak benar. Jadi sebetulnya dia sudah tiga kali berontak, artinya tukang berontak," kata Ryamizard saat bedah buku soal PKI di Gedung Lemhannas, Jakarta Pusat, Sabtu (23/11).
"Tahun 1926 kalau pun belum merdeka kita, tahun 1948, 1965. yang bahaya lagi dia pada waktu zaman Belanda dia mendompleng, itu bahaya itu. Jadi artinya menusuk dari belakang," sambungnya.
Menurut Ryamizard, komunisme masih ada sampai saat ini. Untuk itu, ia meminta masyarakat waspada. Sebab komunisme kerap mendompleng suatu gerakan pemberontakan terhadap pemerintah.
Eks Menhan Ryamizard Ryacudu saat diskusi soal PKI di Gedung Lemhanas, Jakarta Pusat Foto: Adhim Mugni Mubaroq/kumparan
ADVERTISEMENT
"Waktu kita menghadapi konfrontasi dengan Malaysia, dia mendompleng lagi, tahun 1965 kejadian. Sekarang kita berhadapan dengan teroris, khilafah-khilafah, itu dia mendompleng lagi. Hati-hati itu, hati-hati," ujarnya.
Ryamizard mengingat agar masyarakat memahami sejarah PKI yang telah memberontak kepada pemerintah dan bertindak kejam dalam gerakannya. Sebab di era modern saat ini, Ryamizard menganggap pemahaman masyarakat terhadap sejarah, khusunya PKI, kurang.
Kurangnya pemahaman sejarah itu menurutnya dapat menimbulkan perpecahan.
"Memang banyak ideologi, di Amerika ada liberal, komunis di China dan Rusia, Islam di Arab, semuanya baik-baik saja kalau di tempatnya. Kalau di sini tidak boleh, hanya satu ideologi di sini, yaitu Pancasila. Kalau memaksakan Pancasila disingkirkan itu berhadapan dengan kita semua," tegasnya.
ADVERTISEMENT