Saat Arak Bali Dianggap Bisa Sembuhkan Pasien Corona

24 Juli 2020 8:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pecalang atau petugas keamanan adat Bali melakukan pengawasan terkait pencegahan virus corona. Foto: Antara/Fikri Yusuf
zoom-in-whitePerbesar
Pecalang atau petugas keamanan adat Bali melakukan pengawasan terkait pencegahan virus corona. Foto: Antara/Fikri Yusuf
ADVERTISEMENT
Pemerintah Provinsi Bali tengah mengembangkan racikan tradisional atau usada (ilmu pengobatan tradisional Bali). Racikan itu disiapkan untuk mempercepat proses penyembuhan bagi pasien virus corona tanpa gejala.
ADVERTISEMENT
Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan, racikan tradisional itu menggunakan arak Bali sebagai bahan dasar utamanya. Untuk memaksimalkan khasiatnya, sejumlah bahan seperti ekstrak daun jeruk limau hingga minyak kayu putih juga dimasukkan dalam racikan itu.
Koster mengklaim masing-masing bahan itu dipilih bukan tanpa alasan. Penggunaan arak Bali dan ekstrak daun jeruk limau disebutnya baik untuk meningkatkan kesehatan seseorang. Sementara pemilihan minyak kayu putih, bertujuan untuk memberikan aroma harum dan segar pada uap racikan tersebut.
Racikan tradisional itu selanjutnya ditempatkan ke dalam sebuah alat yang dapat menghasilkan uap. Nantinya uap yang keluar dari alat itulah yang dimanfaatkan sebagai proses penyembuhan pasien corona tanpa gejala. Pasien nantinya secara rutin akan diberikan dosis untuk menghirup uap dari ramuan tersebut.
Ilustrasi Bali. Foto: Getty Images
Untuk memastikan khasiatnya, Koster mengaku ramuan itu telah diuji coba kepada 19 pasien corona tanpa gejala. Hasilnya, 15 orang dari 19 pasien yang menjalani terapi ramuan itu dinyatakan dan bebas dari corona.
ADVERTISEMENT
Koster menambahkan, pasien rata-rata dapat sembuh setelah menjalani terapi ramuan itu selama tiga hari. Ia mengklaim, ramuan tersebut telah menyembuhkan sekitar 400 pasien corona tanpa gejala.
Melihat hasil positif itu, ia menargetkan dalam waktu seminggu ke depan akan ada peningkatan kesembuhan pasien usai menjalani terapi uap arak ini. Agar tak diklaim pihak lain, Koster juga berencana mematenkan terapi uap berbahan arak Bali ini.
"Itu ternyata efektif sekali kalau yang baru kena positif, dua hari dilakukan treatment, itu pada hari ketiga di swab negatif dan sembuh dan kita pulangkan. Total sudah 400-an, sudah banyak sekali yang sembuh," ujar Koster.

Arak Bali Perlu Diteliti Khusus Agar Ramuannya Dapat Dijadikan Obat

Menanggapi temuan Koster, Ahli Toksikologi yang juga Ketua Peneliti Riset Ramuan Arak itu, Prof I Made Agus Gelgel Wirasuta, angkat bicara. Gelgel--begitu ia disapa-- menyatakan bahwa merujuk pada data empiris yang ada, membuktikan bahwa terapi menghirup uap arak dengan campuran ekstrak daun jeruk limau dan minyak kayu putih ini dapat mempercepat proses penyembuhan terhadap pasien corona tanpa gejala.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Gelgel menuturkan butuh penelitian mendalam untuk bisa menempatkan racikan tersebut sebagai obat yang dapat membunuh virus COVID-19.
"Namun butuh penelitian lebih lanjut arak tersebut sebagai obat dan bisa membunuh virus corona. Berdasarkan riset Gelgel, uap arak ini berperan sebagai cairan pembersih paru-paru," ungkap Gelgel.
"Mungkin (uap arak) sebagai desinfektan paru-paru, mungkin karena ini perlu riset lagi untuk membuktikan apa sih yang terjadi kita lakukan inhalasi seperti ini," lanjut dia.
Dia menambahkan, meski baru metode pengobatan ini telah diterapkan pada orang yang berada dalam masa karantina sejak awal Juli 2020 lalu. Total ada sekktar 800 pasien karantina yang dinyatakan sembuh setelah menjalani terapi ini.
Gelgel mengklaim, orang yang dirawat dengan metode pengobatan ini dapat menjalani masa karantina jauh lebih singkat. Masa perawatan pasien dengan metode terapi uap arak disebutnya mencapai 3 sampai 17 hari, sedangkan butuh waktu 9 hingga 30 hari dengan perawatan yang hanya mengandalkan makanan gizi dan vitamin berdosis tinggi.
ADVERTISEMENT
Dalam menjalankan terapi itu, kata Gelgel, pasien nantinya akan menghirup uap racikan tersebut selama satu menit dari alat nebulizer di pagi, siang, dan malam hari. Gelgel mengklaim pasien akan merasakan rongga pernapasannya lebih lega dan segar setelah menjalani terapi ini.
"Saya paham efek toksik (racun). Kalau tanaman aromaterapi, daunan yang saya pakai (daun jeruk limau) enggak ada masalah dengan toksisitas ketika dia dihirup. Kemudian kalau alhokol kadarnya sekitar 25 persen dari kadar itu maksimum 0,2 mili yang terhirup. Dari kadar segitu enggak mungkin akan menimbulkan efek toksik, mabuk pun enggak ada," jelas Gelgel mengenai efek samping terapi uap ini.
Diketahui sejauh ini, pasien positif corona di Bali mencapai 2.856 orang. Dari jumlah tersebut 2.110 di antaranya smebuh dan 46 meninggal dunia.
ADVERTISEMENT