Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.80.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada pemilu tahun ini, suara umat Muslim AS ternyata menjadi salah satu faktor penting penentu kemenangan.
Mengapa demikian?
Mengutip Al-Jazeera, populasi umat Muslim AS sebetulnya sangat kecil. Umat Islam di AS sebanyak 3,45 juta atau 1,1 persen dari populasi AS sebesar 328 juta.
Namun, penduduk Muslim terkonsentrasi di wilayah swing state pada pemilu AS 2020 , seperti di Michigan, Florida, Wisconsin, dan Pennsylvania. Hal ini lah membuat suara mereka sangat berpengaruh.
Mohamed Gula, Direktur Penyelenggara Emgage, sebuah kelompok advokasi Muslim Amerika mengatakan bahwa ada pertaruhan sangat tinggi di Michigan. Negara bagian tersebut memiliki 270 ribu pemilih Muslim terdaftar.
“Ketika berbicara tentang nilai suara Muslim, kami dapat dengan mudah mengubah pemilihan,” kata Gula.
Gula menambahkan, untuk menggaet suara umat Islam, parpol AS wajib mengetahui permasalahan utama yang dihadapi pemeluk Muslim. Persoalan tersebut adalah perawatan kesehatan, pendidikan, dan reformasi peradilan pidana.
ADVERTISEMENT
"Tetapi banyak masalah yang kami dengar hari ini, sehubungan dengan apa yang benar-benar berdampak pada warga Muslim adalah beberapa masalah yang sama yang rata-rata orang Amerika juga terkena dampaknya,” lanjutnya.
Strategi untuk menang
Calon Presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden sepertinya begitu terpikat dengan suara pemilih Muslim tersebut. Suara umat Muslim AS akan dipakai sebagai salah satu senjata Biden untuk mengalahkan Donald Trump
Biden menghadiri acara yang digelar organisasi Muslim terbesar di Negeri Paman Sam, PAC pada bulan Juli lalu.
Biden menyampaikan berbagai janji seperti bakal memberikan kursi di pemerintahan hingga menghapus larangan masuk AS bagi beberapa warga dari negara mayoritas Muslim.
Janji itu disampaikan Biden sebagai tanggapan atas kebijakan pesaingnya, Donald Trump, yang melarang warga dari sejumlah negara mayoritas Muslim untuk datang ke AS, yang diterapkan di masa awal pemerintahannya.
ADVERTISEMENT
Lembaga survei mengatakan pada tahun 1990-an, pemilih Muslim terpecah hampir merata dalam mendukung Partai Republik dan Demokrat. Tapi celah itu mulai melebar pasca-kejadian kelam 11 September, saat itu pemerintahan George W. Bush dan Partai Republik dianggap lebih memusuhi Islam.
"Pemungutan suara Muslim adalah bagian dari strategi kami untuk menang," kata Farooq Mitha, Penasihat Senior Kampanye Biden untuk Keterlibatan Muslim Amerika, seperti dikutip dari Al-Jazeera (27/10).
“Selama tujuh bulan terakhir, kami telah melakukan lebih dari 150 acara di seluruh masyarakat Muslim dan kami memahami bahwa Muslim dapat memainkan peran penting di negara bagian medan pertempuran - yang tradisional yang kami ketahui, seperti Michigan, Pennsylvania, Florida, dan Wisconsin - tetapi sekarang kami bahkan melihat negara bagian seperti Georgia, Texas, Ohio, yang mungkin berperan,” kata Mitha.
Sementara itu Courtney Parella, Wakil Sekretaris Nasional untuk kampanye Trump, mengatakan Presiden petahana bermaksud memastikan kebebasan beragama, kemakmuran ekonomi dan peluang pendidikan bagi Muslim di Amerika dan internasional.
ADVERTISEMENT
Presiden Trump juga telah mendorong perdamaian dengan menengahi kesepakatan yang membawa Uni Emirat Arab dan Bahrain melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
"Presiden Trump memahami bahwa agama adalah bagian dari apa yang menyatukan kita sebagai sebuah bangsa, dan dia terus dengan teguh membela kebebasan beragama untuk semua orang Amerika," kata Parella dalam pernyataan tertulis kepada Al Jazeera.
“Presiden memiliki catatan kesuksesan yang kuat bagi Muslim Amerika dan telah melakukan apa yang orang lain sebelumnya tidak bisa lakukan-dia membawa perdamaian antara orang-orang Kristen, Yahudi, dan Muslim di Timur Tengah,” lanjut Parella.