LIPSUS FORMULA E- Anies Baswedan-1:1

Sadikin Aksa: Formula E adalah Kampanye Green Energy

17 Februari 2020 17:55 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Formula E jadi ajang unjuk gigi dan tes teknologi mobil listrik. Foto: www.fiaformulae.com
zoom-in-whitePerbesar
Formula E jadi ajang unjuk gigi dan tes teknologi mobil listrik. Foto: www.fiaformulae.com
Kurang dari empat bulan sebelum gelaran Formula E digelar, gaduh persoalan administrasi masih terjadi. Mulai dari kontroversi total anggaran yang mencapai Rp 1,6 triliun, sirkuit balap yang direncanakan menggunakan sebagian area Monas, hingga surat-menyurat antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Komisi Dewan Pengarah Medan Merdeka yang dipimpin Sekretariat Negara.
Namun, di atas semua permasalahan itu, Ikatan Motor Indonesia (IMI) selaku regulator lomba balap mendukung penuh perhelatan ini. Ketua IMI Sadikin Aksa menilai gelaran Formula E bukan sekadar ajang adu cepat jet darat. Balapan mobil listrik ini akan membantu membentuk citra Jakarta sebagai kota ramah lingkungan.
“Ini adalah kampanye green energy. Apalagi Jakarta adalah salah satu kota yang polusinya termasuk paling tinggi,” kata Sadikin kepada kumparan.
Tak hanya mengubah citra, ekonomi ibu kota juga dapat bergairah karena kedatangan panitia asing, kru tim peserta lomba, dan para turis asing yang ingin menonton. Sadikin memperkirakan ribuan orang akan datang saat turnamen digelar.
“Satu orang kita hitung 1.000 dolar atau 1.000 euro per hari. Can you imagine berapa pendapatan dari luar?” ucapnya.
Berikut petikan perbincangan kumparan dengan Ketua IMI Sadikin Aksa di sebuah mal di Jakarta Pusat, Kamis (13/2).
Sadikin Aksa. Foto: Dok. Ratmia Dewi/kumparan
Bagaimana proses perencanaan gelaran Formula E di Jakarta?
Pak Gubernur waktu itu bertanya pada kami (IMI) selaku regulator. Saat pengajuan homologasi (sertifikasi kelayakan dari infrastruktur hingga keamanan), kami secara formal mendapatkan surat dari Jakpro (Jakarta Propertindo). Sebelumnya, secara informal kami sudah dapat pemberitahuan terlebih dahulu. Begitu formalnya kami dapat, kami submit ke FIA (Fédération Internationale de l'Automobile).
Dua minggu setelah submit, mereka survei. Hasil survei sudah kami dapat. Sekarang kami menunggu konstruksi 80-90 persen, survei akan datang lagi. Setelah selesai, FIA baru datang lagi untuk memberikan homologasi. Setelah homologasinya, balapan baru ada. Karena tanpa homologasi, balapan nggak mungkin ada.
IMI sangat bangga dengan adanya event ini, karena ini merupakan kejuaraan dunia di bawah FIA. Ini yang pertama kali setelah 22 tahun. Terakhir kejuaraan dunia yang ada di Indonesia itu tahun 1997 di Medan, waktu itu World Rally Championship.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melihat Formula E. Foto: Dok. Istimewa
Formula E akan berlangsung tiga bulan dari sekarang. Apakah menurut Anda Jakarta siap dengan infrastruktur lomba?
Dari mendengar pengalaman teman-teman di negara lain, membangun infrastruktur lomba enggak terlalu sulit. In two months, bisa selesai. Jadi tergantung when dia start. Countdown-nya dari situ.
Berdasarkan pengalaman yang kami pelajari dari studi dengan negara lain, keburu kok.
Sebesar apa pasar Formula E?
This is the future of the sport. Anak milenial sekarang kalau ditanya beli mobil bensin apa mobil listrik, dia pilih mobil listrik. Nah, ke depan semua balapan, mulai dari Formula 1 sampai World Rally Championship, arahnya hybrid dan elektrik. Formula E yang sudah jump duluan ke elektrik.
Mungkin muncul pertanyaan, kenapa Formula E enggak sebesar Formula 1? Tapi kalau dibandingkan, Formula 1 sudah berapa tahun? Ini (Formula E) baru enam tahun, tapi pasarnya sudah besar. Kenapa dia ngadain (balap) di dalam kota? It’s because of that—dia mau narik banyak orang.
Rata-rata balapan (Formula E) di pusat kota. Di Paris di Eiffel Tower, di beberapa kota lain juga di tengah kota. Nggak balapan di pinggir, nggak balapan di sirkuit, tapi di tengah kota agar atraktif. Dan ini kampanye green energy. Apalagi Jakarta adalah salah satu kota yang polusinya termasuk paling tinggi. Jadi message-nya ya green energy itu.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersalaman dengan pembalap Formula E. Foto: Dok. Istimewa
Sebesar apa dampak penyelenggaraan Formula E ini?
Oh, impact-nya gede. Gede sekali. Jadi gini, kami di industri motor sport. Industri motor sport banyak orang melihat it’s not industry yet di Indonesia. Karena orang pikir, balapan itu hanya hobi orang-orang, bukan mata pencaharian. Buat pembalap, mekanik, tim, belum (jadi mata pencaharian). That’s what we are going to do now.
Setelah the last six years ngikutin seminar, conference yang dilakukan induk organisasi kami, wow, the industry is huge outside there. 10 tahun lalu industri motor sport di Inggris itu (perputaran uangnya) £ 3 billion. It's very huge.
Indonesia, alhamdulillah, (IMI) di bawah kepemimpinan saya lima tahun terakhir, we start building this one. Kalau kita mau bilang, ini udah bukan kayak orang kira cuma balapan, tapi ini menjadi tontonan.
Selain itu, pembalap kita yang muda-muda pasti punya goal bisa tampil di Formula E di Jakarta. Karena dia bangga punya kejuaraan balap di Indonesia. Mungkin anak kecil yang nonton ingin jadi pembalap ke depannya.
Jenjangnya pasti akan lanjut. Kalau sekarang kita hitung jari, goal-nya jadi pembalap F1. Sekarang ada Formula E.
Siap-siap Formula E. Desainer: Dimas Prahara/kumparan
Berapa pendapatan yang bisa diterima negara dari ajang Formula E?
Pertama, masalah devisa. Kita di FIA sudah dianjurkan bahwa kejuaraan dunia itu bagian dari sports tourism. Berapa penonton dari luar bakalan datang. Sirkuit ini aja kira-kira 2 ribu orang yang datang, termasuk pembalap, mekanik, kru, semuanya.
Satu orang kita hitung 1.000 dolar atau 1.000 euro per hari. Can you imagine berapa pendapatan dari luar?
Belum lagi suporternya yang datang. Let say Tim A punya suporter 100-200 orang, pasti mereka mengikuti balapan ini ke mana aja. Hitungan saya, at least 10 ribu orang turis asing. Belum lagi turis domestik. Jadi bagi kita, industri motor sport kejuaraan dunia harusnya jadi sport tourism. Jangan dibuat sebagai olahraga saja.
Beberapa saat lalu Anda sempat bertemu Anies Baswedan. Apa masukan IMI untuk Pemprov DKI terkait penyelenggaraan balap Formula E?
Banyak yang mengira IMI itu olahraga. Enggak. Kita juga ada message mobilitas. Kampanye keselamatan berkendara, smart city. Nah, kita bisa bawa konsep smart city ke Indonesia, ke depannya go green. Itu investor banyak datang. Jadi message-nya banyak.
Jadi kalau saya sih it’s not about sports, it’s not about tourism, this is about the future of the city.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten