Kumplus - Opini Andi Widjajanto- Jokowi Pertemuan Virtual

Saleh Daulay: Warga Minta Jokowi yang Pertama Kali Divaksin Corona

10 Desember 2020 17:16 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menaikkan kontainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac ke atas truk di Bandara Soekarno-Hatta Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menaikkan kontainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac ke atas truk di Bandara Soekarno-Hatta Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin corona Sinovac siap pakai telah tiba di Indonesia dan tengah menunggu izin dari BPOM. Namun, kedatangan vaksin ini juga disambut keraguan sebagian masyarakat karena khawatir soal keamanannya.
ADVERTISEMENT
Setidaknya hal ini yang disampaikan anggota Komisi IX DPR Bidang Kesehatan, Saleh Partaonan Daulay, dalam rapat bersama Kemenkes dan Satgas COVID-19, Kamis (10/12).
Bahkan, menurut Saleh, ada masyarakat di dapilnya, Sumatera Utara, yang meminta Presiden Jokowi disuntik vaksin lebih dulu. Hal ini, kata Saleh, untuk meyakinkan masyarakat soal efektivitas dan keamanan dari vaksin corona.
"Saya kan (datang) di dapil saya, saya tanya apakah bapak ibu sudah siap divaksin? enggak ada yang siap. Saya tanya siapa yang harus pertama divaksin dijawabnya Presiden. Nah kita mestinya begitu. Karena kalau tidak bisa melewati fase krusial ini, saya khawatirnya fase ini tidak berakhir," ujar anggota dari Fraksi PAN itu.
Menurut Saleh, keraguan masyarakat didasarkan belum adanya cukup bukti soal keamanan vaksin corona, termasuk efek samping yang akan dirasakan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kata Saleh, publikasi informasi soal efek samping hingga keamanan vaksin juga masih minim di masyarakat.
"Jadi setelah menyuntikkan ke orang, kejadian pasca-imunisasinya (harusnya) sudah diketahui. Nah kalau ini yang saya tangkap kan belum (diketahui). Jadi harus dipastikan," ucap politikus PAN ini.
Saleh Partaonan Daulay, Anggota Komisi IX DPR RI. Foto: ANTARA/Dewanto Samodro
Menanggapi pernyataan Saleh ini, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Prof Kadir, menjelaskan reaksi vaksin corona terhadap seseorang hingga saat ini memang masih belum dapat digambarkan secara gamblang.
Hal ini dikarenakan tubuh setiap orang menunjukkan respons beragam terhadap vaksin, sehingga pihak kesehatan pun masih sulit memprediksinya.
"Jadi memang respons tubuh manusia terhadap vaksin akan beda-beda dan enggak bisa diprediksi dan pastikan. Sama juga nantinya dengan misalnya vaksin TBC. Itu kan enggak semua yang divaksin akan memberikan imunitas 100 persen," kata Kadir.
Petugas kesehatan melakukan simulasi suntik vaksin COVID-19 di Puskesmas Tapos, Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
Sehingga menurut Kadir, diperlukan proses observasi setelah vaksin disuntikkan. Observasi untuk memantau sejauh mana vaksin bekerja, apakah berhasil dalam menangkal ancaman virus atau justru tak berkhasiat.
ADVERTISEMENT
Atas dasar itu, kata Kadir, pemerintah berulangkali menekankan pentingnya menerapkan protokol kesehatan meski vaksin sudah tiba di tanah air.
"Karena itu memang enggak bisa diprediksi maka perlu observasi. Jadi enggak bisa berlaku seperti eksakta. Termasuk tindakan apa saja di bidang kedokteran enggak bisa diprediksi. Maka itu kenapa dokter enggak bisa menjamin bisa sembuh," tutupnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten