Karnaval Kemerdekaan-Sam Ratulangi

Sam Ratulangi: Sosok di Pecahan Rp 20 Ribu dan Kisah Proklamasi di Sulawesi

8 Agustus 2021 7:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Jika sedang memegang uang pecahan Rp 20 ribu, ada satu sosok wajah terpampang di sana bernama Sam Ratulangi. Nama lengkap tokoh tersebut ialah Dr Gerungan Saul Samuel Jacob (GSSJ) Ratulangi.
ADVERTISEMENT
Siapakah sebenarnya dia sampai ada di pecahan Rp 20 ribuan yang biasa digunakan untuk bertransaksi sehari-hari?
Sam Ratulangi merupakan pahlawan nasional Republik Indonesia dari Sulawesi. Lahir di Desa Tangkuramber, Tondano, Sulawesi Utara, pada 5 November 1890, Sam Ratulangi dikenal sebagai jurnalis, politikus, dan guru.
Karena banyaknya status yang disandang tersebut, Sam Ratulangi kerap disebut sebagai tokoh multidimensional. Di Sulawesi, namanya setidaknya terabadikan dalam sejumlah infrastruktur penting semisal universitas, bandar udara, hingga rumah sakit.
Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Jasa Sam Ratulangi turut mengantarkan kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada awal Agustus 1945, Ratulangi berangkat ke Jakarta memimpin delegasi Sulawesi yang akan mengikuti sidang PPKI.
Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Indonesia pun memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memproklamirkan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Meski demikian gema proklamasi tak langsung sampai ke seluruh penjuru Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sehari setelah merdeka, Soekarno mengangkat Sam Ratulangi sebagai Gubernur Sulawesi. Baru pada 19 Agustus 1945, ia sampai di Ujung Pandang (sekarang Makassar) dan menginap di Hotel Empress. Di sanalah, Ratulangi bersama Mr. Andi Zainal Abidin, menyusun strategi penyebaran berita proklamasi di wilayah Sulawesi.
“Beliau mengorganisir strategi perjuangan yang diawali dengan penyebaran berita proklamasi dan memberi kesadaran pada masyarakat akan pentingnya kemerdekaan, serta upaya mempertahankannya, terutama melalui wadah organisasi Pusat Keselamatan Rakyat (PKR),” tulis buku Atlas Sejarah Indonesia: Berita Proklamasi Kemerdekaan terbitan Kemdikbud 2018.
Sam Ratulangi. Foto: Dok. Istimewa
Di depan para pemuda dan tokoh-tokoh masyarakat, Sam Ratulangi membacakan kembali naskah Proklamasi Kemerdekaan yang dibacakan Soekarno-Hatta 2 hari sebelumnya di Pegangsangan Timur, Jakarta.
Meski demikian, daerah Sulawesi Selatan tidak bisa langsung mengetahui berita proklamasi kemerdekaan. Sebab, Ratulangi dan Mr. Zainal Abidin mendapat tekanan Jepang untuk tidak menyampaikannya.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, sebagian pemuka masyarakat sudah mengetahui berita kemerdekaan Indonesia. Di antaranya melalui radio dan pemberitahuan tidak resmi dari orang Jepang. Para pemuka masyarakat itu lalu turut menyebarkan berita kemerdekaan ke masyarakat Sulawesi.
Pada tanggal 29 Agustus 1945, barulah berita proklamasi diumumkan melalui harian Pewarta Selebes. Terang sudah informasi kemerdekaan Indonesia di Sulawesi.
Masyarakat pun antusias akan kabar kemerdekaan Indonesia tersebut. Mereka berkumpul di Lapangan Hasanuddin, Makassar, untuk mengibarkan bendera Merah Putih.

Hadapi Pengasingan

Infografik Pahlawan di Mata Uang Indonesia. Foto: Tim Kreatif kumparan
Setelah sampai kabar proklamasi di Sulawesi, perjuangan Ratulangi pun berlanjut. Ia mesti menghadapi tantangan Jepang yang belum siap menyerahkan senjata ke mereka. Ada juga ancaman sekutu yang hendak mengambil alih kekuasaan Hindia Belanda seperti sebelum perang berakhir.
ADVERTISEMENT
Pada pertengahan Oktober 1945, beberapa ratus tentara Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) mendarat di Makassar. Kedatangan itu untuk membantu pasukan Australia yang telah ada di sana sejak September 1945 sebagai pasukan pendudukan sekutu.
Masyarakat dan pemuda Sulawesi pun bersiap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dari orang-orang asing yang masuk Sulawesi tersebut. Beberapa bentrokan dan pertempuran kecil antara pasukan asing dan milisi rakyat atau kelompok perjuangan tidak dapat dihindari.
Kehabisan akal menghadapi resistensi rakyat Sulawesi, tentara Belanda pun menciduk Sam Ratulangi dan beberapa stafnya pada 5 April 1946 untuk diasingkan. Tindakan serupa juga dilakukan terhadap pemimpin lokal atau raja.
“Ketika bentrokan menjadi lebih sering dan tentara Belanda merasa bahwa mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk mengatasi situasi yang memburuk, mereka hanya mengambil tindakan drastis untuk menangkap gubernur dan mengasingkannya ke sebuah tempat kecil di Papua (Serui),” tulis Taufik Abdullah dalam buku Indonesia: Towards Democracy (2009).
Uang dua puluh ribu Rupiah. Foto: Bank Indonesia
Pada Agresi Militer Belanda II, Sam Ratulangi kembali ditangkap Belanda.pada 1948. Ia dikirim ke Jakarta dengan rencana diasingkan di Bangka. Meski demikian, karena kondisi kesehatannya ia menjadi tahanan rumah di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Sam Ratulangi menghadap Tuhan pada 30 Juni 1949 saat ditahan Belanda. Rentang 12 tahun setelahnya, Presiden Soekarno memberinya gelar pahlawan melalui Keppres Nomor 590 Tahun 1961.
Salah satu filsafat yang diajarkan Sam Ratulangi masih terkenang hingga kini, “Si tou timou tumou tou”. Manusia baru dapat disebut sebagai manusia jika sudah dapat memanusiakan manusia.
***
Konten ini merupakan bagian dari Karnaval Kemerdekaan 2021 yang digelar kumparan. Keseruan puncak acara Karnaval Kemerdekaan dapat disaksikan melalui live streaming pada 17 Agustus 2021 pukul 12.00 WIB di platform dan channel YouTube kumparan.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten