Sanggahan Macron soal Tudingan Hina Islam di Tengah Seruan Boikot Produk Prancis

2 November 2020 7:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjuk rasa menunjukkan poster saat demonstrasi menentang Presiden Prancis Emmanuel Macron, di Yogyakarta, Jumat (30/10). Foto: AGUNG SUPRIYANTO/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjuk rasa menunjukkan poster saat demonstrasi menentang Presiden Prancis Emmanuel Macron, di Yogyakarta, Jumat (30/10). Foto: AGUNG SUPRIYANTO/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, baru-baru ini menuai kecaman dari umat muslim di dunia karena mengaitkan Islam dengan terorisme. Pernyataan itu dilontarkan terkait insiden pemenggalan seorang guru bernama Samuel Paty oleh pemuda 18 tahun asal Chechnya setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada muridnya.
ADVERTISEMENT
Akibat ucapan Macron itu, muncul seruan boikot produk Prancis. Menurut MUI, jika aksi tersebut bertujuan untuk mengingatkan Macron, maka hukumnya wajib.
"Sarana memiliki hukum yang sama dengan tujuan, tujuan penghormatan kepada baginda Rasulullah SAW dan mengingatkan akan orang yang menistakan baginda Rasulullah SAW, maka sarana itu bisa jadi menjadi wajib," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Saleh dalam keterangan video kepada wartawan, Minggu (1/11).
Setelah muncul seruan-seruan itu, Macron lalu mengeluarkan pernyataan terbaru. Dalam cuitannya yang menggunakan Bahasa Arab, Macron menjelaskan maksud dari ucapannya.
Ia mengaku tidak mendukung gambar kartun yang ditampilkan oleh Samuel Paty. Namun, ia mengaku, ia hanya ingin mendukung kebebasan berpendapat dan menggambar yang dimiliki seluruh warga Prancis.
ADVERTISEMENT
"Mereka menyebut bahwa saya mendukung kartun yang menghina nabi (Muhammad). Saya hanya mendukung kemampuan menulis, berpikir, dan menggambar dengan bebas di negara saya. Ini adalah hak dan kebebasan kami," tulis Macron dikutip Minggu (1/11).
Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Foto: Christophe Ena/AP Photo
"Saya menyadari ini (kartun) bisa menimbulkan kemarahan (umat Islam) dan saya menghormatinya, tetapi kita harus membicarakannya," imbuhnya,
Macron juga menegaskan, Prancis tidak pernah punya masalah dengan agama apa pun. Ia memastikan, semua agama bisa dipraktikkan dengan bebas di negara Eiffel itu.
"Semua agama ini dipraktikkan dengan bebas di negara ini. Tidak ada stigmatisasi khusus. Prancis berkomitmen menjaga perdamaian dan hidup berdampingan bersama," tuturnya.
Selain itu, Macron juga menyesali sejumlah informasi yang beredar di media sosial terkait situasi di Prancis saat ini. Ia menilai, terlalu banyak berita bohong yang berkaitan dengan hal itu.
Massa menginjak poster Presiden Prancis Emmanuel Macron saat protes terhadap publikasi kartun Nabi Muhammad di Prancis, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, Palestina (30/10). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
"Saya melihat banyak orang akhir-akhir ini mengatakan hal-hal yang tidak dapat diterima tentang Prancis, (mereka) mendukung semua kebohongan yang diceritakan tentang kami dan tentang apa yang saya katakan. Secara implisit (mereka) berkolusi dengan hal buruk," ungkap Macron.
ADVERTISEMENT
Terakhir, ia lalu mengecam sejumlah aksi teror yang terjadi setelah kasus tersebut. Misalnya seperti serangan di gereja Nice, Kamis (29/10) yang dilakukan oleh pemuda Tunisia bernama Brahim al-Aouissaoui. Dalam serangan itu, tiga orang tewas ditikam.
Setelah itu, Kedutaan Besar Prancis di Jeddah, Arab Saudi, juga diserang. Akibatnya, seorang petugas jaga terluka.
"Saya tidak akan pernah menerima bahwa mereka bisa membenarkan kekerasan. Dan saya pikir pesan kami jelas yakni melindungi kebebasan dan hak kita," tegas Macron.