Satgas: Sudah Sewajarnya Kita Persiapkan Diri Hidup Berdampingan dengan Corona

30 Juli 2021 11:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pandemi corona sudah hampir 1,5 tahun melanda Indonesia. Meski beberapa kali melandai, kasus cenderung kembali meningkat setelah libur panjang, bahkan kini masih belum turun signifikan pasca Lebaran lalu.
ADVERTISEMENT
Mengingat hal ini, narasi bahwa masyarakat Indonesia harus siap untuk terus hidup berdampingan dengan COVID-19. Salah satunya disampaikan Kasubbid Tracing, Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19.
“Jadi kita tahu bahwa kita sudah 1,5 tahun mengalami masalah COVID ini. Sampai hari ini tidak ada satu orang pun yang bisa prediksi sampai berapa lama COVID ini ada dan bagaimana nanti kita dapat mengatasi masalah COVID,” kata Kusmedi dalam jumpa virtual, Jumat (30/7).
“Beberapa negara yang sudah tadinya melepas lockdown akhirnya kembali lagi pada lockdown. Maka sudah sewajarnya kita mempersiapkan diri kita untuk hidup berdampingan dengan COVID,” imbuh dia.
Kusmedi kemudian mencontohkan virus influenza yang dulu sempat sangat berbahaya, tetapi setelah 100 tahun bisa beradaptasi di masyarakat dan menjadi endemik. Sehingga ia berharap hal yang sama bisa terjadi dengan COVID-19.
ADVERTISEMENT
Ia mengingatkan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 berbeda dengan virus SARS-CoV-1 yang mematikan tetapi semakin jarang. Karena sarana kedua penularan virus ini berbeda, SARS-CoV-2 tidak bisa dibasmi layaknya SARS-CoV-1.
“Satu hal yang perlu saya tegaskan kepada masyarakat bahwa covid ini berbeda virusnya SARS-CoV-1 itu dia ada media antaranya yaitu unggas, ada flu babi media antaranya babi, ada flu burung media antaranya burung, ada demam berdarah media antaranya nyamuk,” terang dia.
“Kalau media antaranya itu dibasmi maka dia akan hilang penularannya. Sedangkan pada SARS-CoV-2 ini medianya head to head antara manusia dengan manusia, sehingga kalau kita mau memutuskan [penularan], kan, tidak mungkin kita menghilangkan manusianya,” tambahnya.
Oleh sebab itu, Kusmedi meminta masyarakat bisa semakin beradaptasi dengan COVID-19 dengan mengubah pola hidup dan perilaku. Ia menerangkan jika perilaku masyarakat baik, maka angka penularan akan turun.
ADVERTISEMENT
“[Sebaliknya], ketika perilaku kita buruk untuk tidak bisa menjaga dengan baik mencegah cara penularannya. maka angkanya akan naik,
Nah, itu harus dipahami sama masyarakat,” lanjut dia.
“Jangan semuanya diserahkan kepada pemerintah. Pemerintah sudah banyak berbuat terhadap hal tersebut, tetapi yang menjadi masalah adalah bagaimana masyarakat menyikapi penularan antara orang ke orang tersebut,” tandas dia.
Sejak 2020, peringatan masyarakat harus bisa hidup berdampingan dengan COVID-19 sudah sering menggema dari berbagai pihak. Termasuk dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga Presiden Jokowi.
"Informasi terakhir dari WHO yang saya terima, bahwa meskipun kurvanya sudah agak melandai atau nanti menjadi kurang, tapi virus ini tidak akan hilang," kata Jokowi dalam keterangan yang diterima kumparan, Jumat (15/5/2020).
ADVERTISEMENT
"Artinya kita harus berdampingan hidup dengan COVID. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, berdamai dengan COVID. Sekali lagi, yang penting masyarakat produktif, aman, dan nyaman," tambahnya.