Satgas: Tes Corona di Jateng, Jatim, dan Jabar Rendah

8 September 2020 19:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana tes swab di Mitra 10 Bogor usai 3 karyawan positif corona. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana tes swab di Mitra 10 Bogor usai 3 karyawan positif corona. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi meminta jajarannya untuk segera mengatasi ketimpangan tes corona. Satgas COVID-19 pun menjelaskan mengapa hal itu terjadi.
ADVERTISEMENT
"Jadi ketimpangan dalam testing daerah di Indoensia ini karena perbedaan sumber daya yang dimiliki di daerah tersebut. Di antaranya kesediaan lab testing maupun SDM," kata Prof Wiku di Istana Kepresidenan, Selasa (8/9).
Lalu apa upaya Satgas untuk menyelesaikan problem ini?
"Upaya kami dalam hadapi kondisi ini berupaya dorong agar tiap daerah tambah lab testingnya, termasuk lakukan kerjasama dnegan lab swasta setempat," jelasnya.
"Khususnya kota besar yang jadi poros aktivitas ekonomi banyak yang sudah tembus standar WHO yaitu 1000 per sejuta penduduk," sambungnya.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Bakti Bawono Adisasmito memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jumat (24/7). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Menurut data Kemenkes per 6 September tes corona di DKI Jakarta telah capai angka 3.084 orang yang diperiksa per pekan per 1 juta penduduk. Lalu ada Kalimantan Timur, DIY, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Selatan.
ADVERTISEMENT
"Di Kaltim 2.157, DIY 1.998, Sulut ada 1.197, dan Kalsel 1.128. Tentunya daerah lain harus ikuti pencapaian provinsi yang kami sampaikan," jelasnya.
Wiku juga menyebut kapasitas tes corona provinsi selain DIY dan DKI terhitung rendah. Padahal mereka kota besar dan jumlah kasusnya cukup banyak.
"Di Jateng rendah yaitu 411, di Jabar 301, dan Jatim 480. Cara pendekatannya harus dilihat dari beberapa provinsi yang tes itu, sehingga Pemda bisa tingkatkan itu dengan bantuan satgas di pusat." urai Wiku.
"Kami berharap bisa menjaring kasus positif tanpa gejala lebih banyak agar betul-betul kita dapat tangani kasusnya dengan baik. Deteksi dini agar hasil akhirnya lebih baik," tutup dia.