news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Satgas: Tingkat Penularan Corona di Bus Lebih Tinggi Dibandingkan MRT

24 November 2020 16:38 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penumpang turun dari bus Transjakarta di samping halte Bundaran HI yang hangus terbakar, di Jakarta, Sabtu (10/10). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Penumpang turun dari bus Transjakarta di samping halte Bundaran HI yang hangus terbakar, di Jakarta, Sabtu (10/10). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Satgas Penanganan COVID-19 mengungkapkan hasil penelitian terhadap penularan virus corona di transportasi umum. Berdasarkan penelitian, bus menjadi transportasi yang memiliki potensi tinggi penularan COVID-19.
ADVERTISEMENT
Sedangkan MRT merupakan moda transportasi dengan tingkat penularan paling rendah. Meski demikian, Satgas tak membeberkan data tingkat penularan tersebut.
"Kita sudah melihat bahwa pada penelitian penularan di MRT itu jauh lebih rendah daripada penularan di bus-bus yah," kata Kasubbid Tracking Satgas COVID-19, Kusmedi Priharto, di Graha BNPB Jakarta, Selasa (24/11).
Sejumlah penumpang berada di dalam angkutan kereta Moda Raya Terpadu (MRT) di Jakarta, Minggu (30/8). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Kusmedi mengungkapkan ada beberapa indikasi mengapa penularan COVID-19 di MRT lebih kecil dibanding di bus. Sebab, penerapan protokol kesehatan di sana cukup ketat.
Para petugas kebersihan di MRT juga terus mengingatkan pentingnya penggunaan masker.
"Sebenarnya itu penyebabnya adalah protokol kesehatan di MRT itu begitu ketat sehingga penularan di sana sangat keci. Pada kendaraan-kendaraan umum yang kita kalau tidak menggunakan protokol yang betul maka penularan itu akan cepat terjadi," ucap dia.
ADVERTISEMENT

Satgas COVID-19 Minta Masyarakat Tetap Terapkan Protokol Kesehatan

Namun terlepas dari itu, Kusmedi meminta masyarakat menerapkan protokol kesehatan ketat meski tidak berada di transportasi umum. Terutama bagi masyarakat yang berkegiatan di ruang publik.
Apalagi, jika berkaca dari libur panjang, di mana seluruh masyarakat berkumpul di suatu ruang publik jelas memperbesar potensi penularan COVID-19. Sehingga kesadaran masyarakat dibutuhkan agar penularan tidak terjadi.
"Jadi diharapkan kepada masyarakat demikian juga karena sekarang ini sedang tinggi akibat dari libur yang panjang, orang berkumpul," kata Kusmedi.
"Kita mengerti bahwa ini sudah cukup panjang sehingga mungkin orang sudah lelah dia harus tinggal di rumah mereka ingin berkumpul di masyarakat atau mungkin baik itu bersepeda, berolahraga, rekreasi dan sebagainya. Mereka yang tidak melakukan protokol yang sebenarnya, akibatnya yang terjadi adalah penularan juga," tutup dia.
ADVERTISEMENT