SBY Bicara soal Kritik: Laksana Obat, yang Dikritik Bisa 'Sakit'

13 Februari 2021 14:31 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kontemplasi di Pendopo Puri Cikeas, Bogor, Senin (9/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kontemplasi di Pendopo Puri Cikeas, Bogor, Senin (9/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyinggung soal pentingnya kritik bagi seseorang. SBY mengibaratkan kritik sebagai obat yang mampu menyembuhkan, namun harus disampaikan dengan bahasa yang baik.
ADVERTISEMENT
"Kritik itu laksana obat & yang dikritik bisa "sakit". Namun, kalau kritiknya benar & bahasanya tidak kasar, bisa mencegah kesalahan," kata SBY yang dikutip dalam akun Twitternya, Sabtu (13/2).
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu melanjutkan, pujian dan sanjungan yang berlebihan justru menyebabkan sebuah kegagalan. Dia mengibaratkan pujian layaknya gula yang dikonsumsi berlebih.
"Sementara, pujian & sanjungan itu laksana gula. Jika berlebihan & hanya untuk menyenangkan, justru bisa menyebabkan kegagalan," ujarnya.
"Obat itu rasanya "pahit". Namun bisa mencegah atau menyembuhkan penyakit. Jika obatnya tepat & dosisnya juga tepat, akan membuat seseorang jadi sehat. Gula itu rasanya manis, tetapi kalau dikonsumsi secara berlebihan bisa mendatangkan penyakit," tutup SBY.
Belum diketahui maksud pertanyaan SBY terkait kritik serta pujian dan sanjungan itu. Namun, beberapa hari terakhir penyampaian kritik menjadi pembahasan di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sebab, Presiden Jokowi meminta masyarakat lebih aktif dalam menyampaikan kritik terhadap pemerintah. Namun, seringkali pihak yang mengkritik pemerintah diserang oleh buzzer yang menjadi kendala tersendiri.
Selain Jokowi, Seskab Pramono Anung juga meminta hal serupa. Dia menuturkan pemerintah membutuhkan kritik yang terbuka, keras dan pedas untuk membangun pemerintahan yang baik.
"Bagi pemerintah kebebasan pers kritik dan saran masukan itu seperti jamu menguatkan pemerintah, dan kita memerlukan kritik yang terbuka, kritik yang pedas, kritik yang keras karena dengan kritik itulah pemerintah akan membangun arah yang lebih benar," ucap Pramono Anung, dalam Hari Pers, Selasa (10/2).