news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

SBY: G20 Saat Ini Terpecah Belah

16 Agustus 2022 15:07 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susilo Bambang Yudhoyono saat memberi klarifikasi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Susilo Bambang Yudhoyono saat memberi klarifikasi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku solidaritas G20 sekarang sudah terpecah belah, tak sama seperti kondisi yang ada saat ia masih menjabat sebagai presiden.
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu disampaikan SBY saat menjadi pembicara utama dalam acara Syarahan Canselor Tuanku Muhriz yang dihelat di Universiti Kebangsaan Malaysia, pada Selasa (16/8).
Dalam pidatonya yang bertajuk 'Dunia yang Lebih Baik Itu Mungkin', SBY menyoroti beberapa isu utama yang dihadapi oleh masyarakat global saat ini, yaitu resesi geopolitik, resesi ekonomi, dan perubahan iklim.
Terkait pemulihan ekonomi dunia pasca-pandemi, SBY menyinggung soal peran penting yang diemban oleh negara-negara anggota G20 untuk bekerja sama dalam menyembuhkan resesi dan menghindari depresi global.
"G20 mendemonstrasikan apa yang bisa dicapai ketika 20 negara ekonomi terbesar yang terdiri dari negara maju dan berkembang bekerja sama, dengan tingkat kepercayaan yang baik, untuk tujuan bersama," kata SBY, seperti dikutip dari keterangan pers kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, SBY mengaku kondisi di antara negara-negara anggota G20 sudah tidak lagi serupa pada masa jabatannya sebagai Presiden RI dahulu, yakni pada 2008.
"Inilah yang hilang saat ini. Berbeda dengan tahun 2008, G20 saat ini terpecah belah, dan dilanda konfrontasi," ungkap SBY.
Ilustrasi G20. Foto: Shutter Stock
Menurut SBY, terpecah belahnya G20 saat ini diakibatkan oleh faktor ekonomi. Faktor-faktor itu diperburuk oleh sanksi, perang ekonomi, dan tindakan-tindakan destruktif lainnya yang mengakibatkan kerja sama ekonomi terputus dengan cepat.
Akibatnya, lanjut SBY, keinginan untuk bekerja sama menjadi rendah. "Proses dialog telah menjadi kaku. Ketidakpercayaan dan kebencian mendominasi. Menjadi jauh lebih sulit untuk menemukan konsensus. Jauh lebih sulit untuk bekerja sama," sambung dia.
Konflik internal yang ada di dalam G20 telah berimbas pada keutuhan kelompok itu sendiri. Contohnya, sanksi yang diberikan oleh Amerika Serikat kepada Rusia atas operasi militer khususnya di Ukraina.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, menurut SBY, penting untuk mengembalikan rasa percaya antar-negara agar dapat kembali bekerja sama dalam menghadapi berbagai tantangan global.
Eks Ketua Umum Partai Demokrat itu menambahkan, permainan zero-sum yakni di mana suatu pihak diuntungkan atas kerugian pihak lainnya perlu ditinggalkan.
"Untuk mempromosikan kerja sama geopolitik, kita perlu menutup defisit kepercayaan yang semakin melebar, dan mengembangkan kepercayaan strategis antar negara," tegas SBY.
Indonesia sendiri saat ini sedang memegang jabatan presidensi G20. Tugas tersebut akan dijalankan sepanjang 2022.