SBY ke Jokowi: Jangan Too Little Too Late, Selamatkan Ekonomi dari Imbas Corona

17 Maret 2020 21:56 WIB
Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono memberikan sambutan saat groundbreaking Museum dan Galeri Seni SBY-ANI di Pacitan.  Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono memberikan sambutan saat groundbreaking Museum dan Galeri Seni SBY-ANI di Pacitan. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai virus corona yang menjadi pandemi global menimbulkan gejolak ekonomi serius. Gejolak tersebut tak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
"Sudah sebulan ini, terutama seminggu terakhir, saya mengikuti dinamika dan perkembangan ekonomi dunia. Termasuk negara kita. Saya simpulkan ini juga serius. Simak rontoknya harga-harga saham, minyak dan nilai tukar. Juga berbagi pukulan yang menggoyahkan pilar dan fundamental perekonomian banyak negara. Termasuk Indonesia," tutur SBY dalam keterangannya, Selasa (17/3).
SBY mengingatkan, pemerintah Jokowi agar tidak terlambat menjalankan policy response dan aksi nyata menghadapi dampak ekonomi virus corona. Ia berharap, pemerintah bisa gerak cepat menyelamatkan perekonomian nasional.
"Jangan too little and too late. Selamatkan ekonomi kita, selamatkan rakyat. Di samping ekonomi dunia dan kawasan, nampaknya benar-benar kelabu dan terus bergejolak," ungkapnya.
Jokowi dan SBY di Istana. Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
Apalagi, kata SBY, ekonomi Indonesia masih memiliki sejumlah masalah fundamental. Jika Indonesia memiliki ekonomi yang kuat, menurut SBY, seharusnya pemerintah bisa tetap tenang.
ADVERTISEMENT
"Tapi saya termasuk orang yang optimistis, tapi juga realistis. Selalu ada jalan ketika kita menghadapi kesulitan. Setiap masalah selalu ada solusinya, yang penting jangan terlambat untuk berbuat. Pilih solusi paling tepat dan jalankan dengan segala daya upaya. Insyaallah berhasil," tegasnya.
SBY lalu mengingatkan krisis ekonomi global tahun 1998 dan 2008. Menurutnya, pada tahun 1998, ekonomi Indonesia tak selamat. Sedangkan pada tahun 2008, ekonomi Indonesia bisa bertahan karena pemerintah bisa meminimalkan dampak krisis.
"Banyak pakar ekonomi, pemimpin dunia usaha, elemen pemerintah di banyak negara yang khawatir gejolak ini bisa membuat dunia jatuh ke resesi yang dalam dan panjang. Bahkan ada yang cemas kalau krisis ini jauh lebih berat dibanding tahun 1998 dan 2008 dulu," kata SBY.
ADVERTISEMENT
"Untuk meredakan badai ekonomi diperlukan penanganan bersama yang serius dan terus-menerus. Tentu termasuk kebijakan dan tindakan yang dilakukan secara nasional, di masing-masing negara," tutupnya.