Sebelum Ada Kasus Corona, IDI Aceh Sudah Usulkan Karantina Wilayah

31 Maret 2020 16:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah mikrograf elektron transmisi yang tidak bertanggal dari partikel virus SARS-CoV-2 yang diambil dari pasien yang diisolasi di Amerika Serikat. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah mikrograf elektron transmisi yang tidak bertanggal dari partikel virus SARS-CoV-2 yang diambil dari pasien yang diisolasi di Amerika Serikat. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
ADVERTISEMENT
Penyebaran virus corona di Aceh mulai mengalami peningkatan, tercatat hingga Selasa (31/3) siang, sudah ada lima warga yang dinyatakan positif virus corona dan satu orang meninggal namun masih dalam status pasien dalam pengawasan (PDP).
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum virus corona ditemukan di Aceh, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh sempat menyarankan diberlakukannya partial lockdown atau karantina wilayah. Tujuannya, untuk menghindari penyebaran virus corona.
“Dulu saya menganggap kita masih bisa menghindari dengan cara partial lockdown. Tetapi sekarang kita sudah harus menghadapi karena sudah ada kasus,” kata Ketua IDI Aceh, Safrizal Rahman pada kumparan Selasa (31/3).
“Tetapi kalau semuanya kita lockdown serentak, mungkin sulit karena semua orang juga resah,” tambahnya.
Ketua IDI Aceh Safrizal Rahman (tengah). Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Safrizal mengatakan, alasan IDI menyarankan partial lockdown karena Banda Aceh merupakan Ibu Kota Provinsi. Dengan menerapkan karantina wilayah, tim medis bisa mendata siapa saja mereka yang pernah melakukan kontak dengan PDP atau positif corona sehingga penanganan COVID-19 dapat dilakukan secara cepat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, alasan lain IDI Aceh mengusulkan pemberlakukan partial lockdown, akan ada tenaga atau orang-orang yang difokuskan untuk mencari kasus. Misalnya, dengan cara mendatangi warga yang baru kembali dari wilayah terjangkit dan mengawasinya (ODP).
“Ini barangkali kelemahan kita, masih tidak terlalu menyiapkan tenaga itu. Mestinya semua medis, perawatan didik sebentar untuk melakukannya. Itu bisa jadi masif di seluruh Aceh, serentak dilakukan sehingga bisa terdata siapa saja,” ucap Safrizal.
Sementara terkait potensi bertambahnya kasus corona, Safrizal menilai, jika masyarakat Aceh bisa disiplin dan jujur selama rentang waktu 14 hari dengan tidak keluar rumah dan berkumpul di tempat keramaian, maka angka penyebaran bisa ditekan.
Namun, jika masyarakat tidak disiplin dan jujur kemungkinan kasus bakal bertambah.
ADVERTISEMENT
“Selama dua minggu ini warga jangan dulu beraktivitas di luar rumah, kalau ada yang sakit langsung melapor agar diobati. Mungkin kasusnya bisa turun. Tetapi kalau tidak disiplin, artinya ada yang sakit dibiarkan di rumah mungkin ini bisa bertambah,” ungkapnya.
Safrizal menuturkan, saat ini IDI Aceh mulai menyiapkan tenaga dokter tambahan untuk menghadapi kemungkinan keadaan terburuk terjadi di Aceh. Salah satunya melakukan workshop secara online dan memberikan pelatihan terhadap dokter yang bekerja di ruang ICU.
“Kita lakukan ini siapa tau nanti sempat membutuhkan orang-orang yang bisa mengoperasikan ventilator, dan bisa merawat pasien-pasien yang gawat. Maka kita mulai pelatihannya sekarang, walaupun secara online,” pungkasnya.
Kini, usulan dari IDI Aceh agar dilakukan partial lockdown demi menekan penyebaran virus corona sepertinya tidak akan bisa diterapkan. Sebab Presiden Jokowi sudah memutuskan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan Karantina Kesehatan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Jokowi meminta seluruh kepala daerah mengikuti aturan PSBB dari pusat. Jokowi juga meminta tiap daerah tidak membuat kebijakan sendiri berkaitan dengan percepatan penanganan COVID-19.
---------
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!