Sebelum Terbunuh, Pemimpin Hamas Saleh al-Arouri Diincar AS dan Israel
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Serangan drone Israel di Dahiyeh, Lebanon, pada Selasa (2/1) menewaskan salah seorang pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri. Dahiyeh yang berada di pinggiran Beirut adalah wilayah kekuasaan Hizbullah.
ADVERTISEMENT
Laporan kantor berita Lebanon, serangan drone Israel menargetkan kantor Hamas di Beirut. Termasuk Saleh al-Arouri, ada enam orang kehilangan nyawa.
Hamas telah mengakui kematian Saleh al-Arouri. Mereka menyebut Israel telah meluncurkan aksi pembunuhan yang pengecut.
"Serangan terhadap warga Palestina di dalam maupun luar Palestina tidak akan berhasil menghancurkan keinginan dan ketabahan rakyat kami, atau melemahkan perlawanan gagah berani kami," kata Hamas seperti dikutip dari Al-Jazeera.
Siapa Saleh al-Arouri?
Saleh al-Arouri (57) sebelum dibunuh Israel memegang jabatan sebagai deputi biro politik Hamas. Saleh al-Arouri juga salah satu pendiri sayap militer Hamas, Brigade Qassam.
Hingga serangan Israel pada Selasa kemarin, Saleh al-Arouri hidup di pengasingan di Lebanon. Ia pernah pula dipenjara selama 15 tahun di Israel.
ADVERTISEMENT
Sebelum perang 7 Oktober 2023 pecah, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam membunuh Saleh al-Arouri.
Dalam beberapa pekan terakhir, Saleh al-Arouri mengambil peran sebagai juru bicara Hamas.
Bahkan Saleh al-Arouri adalah sosok yang menegaskan tidak akan kesepakatan pertukaran sandera sampai perang di Gaza berakhir.
Selain Israel, Amerika Serikat mengincar Saleh al-Arouri. Selain dicap sebagai teroris global, setiap informasi terkait Saleh al-Arouri akan diganjar uang sebesar USD 5 juta atau setara Rp 77 miliar dari AS.