Sebuah Perdebatan soal Foto Jenazah Positif COVID: Antara Anji dan Fotografer

20 Juli 2020 7:42 WIB
Anji di konferensi pers ‘Holywings Academy’. Foto: Sarah Yulianti Purnama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Anji di konferensi pers ‘Holywings Academy’. Foto: Sarah Yulianti Purnama/kumparan
ADVERTISEMENT
Foto karya fotografer Joshua Irwandi soal jenazah korban COVID-19 yang dibungkus plastik viral dan diperbincangkan publik, salah satunya oleh penyanyi Anji.
ADVERTISEMENT
Anji memberikan komentar yang bernada mempertanyakan soal keabsahan foto itu di akun Instagramnya. Ia merasa ada beberapa yang janggal.
“Sebagai orang yang familiar dengan dunia digital, buat saya ini sangat tertata. Seperti ada KOL (Key Opinion Leader) lalu banyak akun berpengaruh menyebarkannya. Polanya mirip. Anak Agency atau influencer/buzzer pasti mengerti,” tulis Anji.
Terkait hal ini, fotografer senior Beawiharta mengungkapkan pandangannya. Menurut jurnalis foto yang pernah meliput perang di Afghanistan ini, foto Joshua 100 persen asli.
Namun di sisi lain ia memahami mengapa Anji memberikan komentar soal kejanggalan foto Joshua.
"Kalau ditanya foto itu asli atau enggak ya asli, nyata. Karena ini yang jarang dilakukan influencer mereka enggak ngamati, mereka enggak riset. Mereka enggak nanya-nanya rumah sakit bagaimana dan segala macem. Ya sehingga mereka enggak punya pengetahuan soal itu," ungkap Bea kepada kumparan, Senin (20/7).
ADVERTISEMENT
Ia pun kemudian menceritakan mengapa Joshua Irwandi bisa mendapatkan akses untuk memotret jenazah pasien COVID-19. Yang perlu dicatat, Joshua adalah salah satu dari dua orang pewarta foto yang mendapatkan tugas khusus dari National Geographic (NG) internasional untuk memotret segala hal tentang corona.
"Kalau Joshua karena dia biasa motret untuk National Geographic internasional jadi dia diajari mengamati itu, memahami COVID apa, nanya dokter nanya kanan kiri. Jadi dia tahu oh harus motret ini. Nah lalu kenapa itu jadi ramai? Karena fotonya outstanding. Luar biasa," ungkap Bea.
Bea menambahkan, setiap orang yang melihat karya Joshua itu pasti mengakui bahwa foto itu bermakna dalam. Bahkan menurutnya layak diapresiasi lebih.
"Aku ketika melihat foto itu keluar di akunnya Joshua aku langsung naikkan di instastoryku. Karena ini lho ini COVID yang sesungguhnya. Dan buatku foto ini layak diapresiasi. Kenapa jadi ramai? karena foto itu menakutkan, outstanding," jelas dia.
ADVERTISEMENT
"Foto itu membuat orang berpikir berkali-kali soal COVID. Itu yang harus dihasilkan oleh kita, oleh aku," imbuhnya.
Fotgrafer Indonesia, Beawiharta saat mengirim foto liputan di kamp pengungsian di kecamatan Sigar Penjalin, Lombok Utara. Foto: Dok-Pribadi
Mendebat Anji
Dalam pandangan Bea, pernyataan mantan vokalis 'Drive' itu sangat tidak logis. Cara pandangnya tak bisa melihat bagaimana seorang jurnalis bekerja.
"Aku melihat Anji udah enggak logis. Tapi aku juga paham karena dia itu berangkat dari cara pandang seorang buzzer, seorang influencer. Aku yakin dia setuju COVID itu ada dan berbahaya," ungkap Bea.
"Semoga ini bukan prasangka buruk. (Dalam pikiran Anji) Aku harus memanfaatkan ini untuk menaikkan followerku. Buzzer itu cara berpikirnya seperti itu," sambung dia.
Petugas Ambulans Puskesmas Kebayoran Baru, bersiap membawa pasien yang diduga terkena virus Corona di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Senin (2/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Di akun Instagramnya Anji juga mempertanyakan mengapa seorang fotografer bisa masuk ke ruangan yang ada jenazah pasien corona. Sementara pihak keluarga sama sekali tidak diizinkan.
ADVERTISEMENT
"Harusnya dia bisa jawab pertanyaan pertama dan kedua, kenapa wartawan bisa masuk? fotografer itu kan riset, mengukur dan mempertimbangkan hasil dan bahaya Lalu dia membayangkan visual seperti apa yang ingin dihasilkan karena sebelumnya sudah bertanya-tanya ke dokter," urai Bea.
Menurut Bea, akses itu tak bisa diberikan ke sembarang orang. Joshua, kata dia, sudah pasti meminta izin ke rumah sakit terlebih dahulu sebelum memotret.
Joshua pun, lanjut dia, melobi pihak rumah sakit dengan mengatakan bahwa ia ingin memotret karena ingin merasakan apa yang selama ini dirasakan tenaga kesehatan. Menghadapi pasien COVID-19 dan bahaya tertular mengintai tiap hari.
Peti mati untuk jenazah pasien yang terinfeksi virus corona diarak keliling Banjarnegara. Foto: Dok. Istimewa
"Ketika dia minta izin itu dia ingin melihat bagaimana perawat dan dokter menangani pasien. Ketika dia masuk ke sana oh RS merasa oh orang ini harus dikasih ke akses. Lalu RS nanya ini mau dikeluarin di mana, nama besar NG nggak bisa dibohongi. Nama media yang bisa dipercaya dan nggak bisa dibohongi. Jadi dokter bilang oke," papar Bea yang juga acap memotret peristiwa bencana alam di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Soal pertanyaan Anji kenapa keluarga tak boleh masuk, menurut Bea jawabannya juga jelas. Joshua sebagai fotografer pasti sudah memikirkan keselamatannya demi karya bermakna.
"Kayak buzzer atau influencer itu kan nggak ngerti. Kalau keluarga ya nggak boleh, dokter juga harus pakai APD. Ketika Anji bilang kenapa keluarga nggak boleh masuk ya jelas saja. Ada misi yang berbeda. Kalau lo keluarga ya nggak usah melihat yang penting tidak tertular," tutup fotografer ini.
Sebagai informasi, Beawiharta pernah bekerja di Majalah Suasana, Majalah Sinar, Tabloid olahraga GO, Majalah Gatra dan kantor berita Reuters biro Jakarta sejak 1999 hingga sekarang, dengan area liputan Indonesia, East Timor, Singapore, Thailand, Malaysia, Filipina, China, Pakistan dan Afghanistan.
***
ADVERTISEMENT
Saksikan video menarik di bawah ini.