Sejak Awal Maret 2021 Pemerintah India Diperingatkan soal Potensi Badai COVID-19

3 Mei 2021 17:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan yang mengenakan APD melintasi jenazah pasien COVID-19 di krematorium di New Delhi, India, Senin (26/4). Foto: Adnan Abidi/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan yang mengenakan APD melintasi jenazah pasien COVID-19 di krematorium di New Delhi, India, Senin (26/4). Foto: Adnan Abidi/Reuters
ADVERTISEMENT
Lonjakan virus corona di India memukul pemerintahan yang dipimpin PM Narendra Modi. Mengawali Mei 2021, jumlah infeksi hampir menembus angka 20 juta.
ADVERTISEMENT
Meroketnya kasus infeksi COVID-19 di India terjadi sejak akhir Maret 2021 sampai saat ini. Bahkan setengah dari total kasus di India muncul pada periode itu.
Kini, PM Narendra Modi kena batunya. Dia dihujani kritik keras lantaran tidak mengambil langkah preventif mencegah apa yang disebutnya sendiri sebagai serangan badai.
Seorang pasien terinfeksi virus corona mendapat perawatan di dalam mobil ambulans di Ahmedabad, India. Foto: Amit Dave/REUTERS
Kesalahan utama Modi terletak pada kebijakannya yang mengizinkan festival agama serta kampanye politik di lima negara bagian. Kelalaian itu berujung malapetaka. India berubah jadi episenter COVID-19 dunia.
Modi dan pemerintahan bukannya tidak tahu India akan terjerembab ke dalam jurang krisis COVID-19. Pada awal Maret 2021, forum ilmuwan memberikan pandangan dan informasi mengenai salah satu varian lebih menular telah ditemukan di India.
Hal itu diungkap lima anggota forum ilmuwan itu kepada kantor berita Reuters.
ADVERTISEMENT
"Meski ada peringatan, pemerintah federal tidak mencoba untuk memberlakukan pembatasan besar untuk menghentikan penyebaran virus," kata pernyataan forum ilmuwan itu.

Narendra Modi Ditekan

Perdana Menteri India Narendra Modi. Foto: Prakash SINGH / AFP
Sekarang, Narendra Modi benar-benar dalam kondisi terpojok. Partai nasionalis Hindu yang dipimpinnya kalah pada pemilu lokal di Negara Bagian Bengal.
Modi pun mendapat tekanan dari oposisi untuk segera memberlakukan lockdown. Total ada 13 tokoh oposisi yang meneken petisi meminta lockdown serta memperluas vaksinasi dan suplai oksigen ke rumah sakit.
Dr Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular. Foto: Pool via REUTERS
Pemerintah Federal India sampai saat ini belum mau mengambil langkah ekstrem dengan memberlakukan lockdown nasional. Padahal salah satu ahli penyakit menular ternama dunia, Dr Anthony Fauci, berkata lockdown nasional merupakan cara India keluar dari krisis COVID-19.
Modi diduga tak mau ambil risiko besar itu karena alasan ekonomi. Oleh beberapa pihak di India, Modi dianggap enggan mengorbankan perekonomian demi India keluar dari krisis kesehatan terburuk tersebut.
ADVERTISEMENT