Sejak Kudeta, 2000 Pejuang Pro-Demokrasi di Myanmar Tewas di Tangan Junta
ADVERTISEMENT
Sebanyak 2000 pejuang pro-demokrasi tewas di Myanmar sejak kudeta awal 2021 lalu. Data itu diungkap Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) Myanmar.
ADVERTISEMENT
NUG merupakan pemerintahan tandingan di Myanmar yang kini dikuasai junta militer. Kelompok ini diisi oleh orang-orang yang menduduki jabatan di pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi berkuasa.
Lantaran banyaknya korban jiwa, NUG meminta dukungan dari dunia internasional. Mereka berharap mendapat perhatian dunia seperti di Ukraina,
Menurut NUG tingginya jumlah angka kematian dari pejuang pro-demokrasi disebabkan junta militer, dilengkapi oleh teknologi canggih yang dipasok Rusia, China, dan India.
Tidak hanya pejuang pro-demokrasi, kudeta juga merenggut lebih dari 2.500 nyawa warga sipil. PBB bahkan menyebut kudeta Myanmar sebagai kejahatan perang.
Pelaksana tugas Presiden NUG, Duwa Lashi La, bahkan telah diusir dari kampung halamannya di Kachin, Myanmar Utara. Ia juga mengatakan junta militer telah mencapnya dan rekan-rekannya sebagai teroris. Alhasil, warga Myanmar dilarang untuk berkomunikasi dengan dirinya.
ADVERTISEMENT
Namun, pemerintah sipil paralel yang dibentuknya lewat NUG mendapatkan dukungan luas, termasuk dari kelompok-kelompok bersenjata di berbagai daerah di Myanmar.
"Saya tidak tahu kapan saya akan menyerahkan hidup saya. Terserah kehendak Tuhan. Saya sudah berkomitmen untuk mengorbankan apa pun untuk negara saya," kata Lashi seperti dikutip dari Reuters.
Lashi berharap dukungan sama yang diberikan oleh masyarakat internasional terhadap Ukraina dapat diberikan kepada Myanmar. Bantuan tersebut dinilai akan membantu kelompok pro-demokrasi melawan junta militer.
“Jika kami memiliki senjata anti-pesawat, aman untuk mengatakan bahwa kami bisa menang dalam enam bulan. Jika saja kami menerima dukungan yang sama seperti yang diterima Ukraina dari AS dan UE, penderitaan orang-orang yang dibantai akan segera berhenti.” tutur Lashi.
ADVERTISEMENT
Keyakinan Lashi dapat mengalahkan junta militer bukan tanpa alasan. Ia mengeklaim kelompok bersenjata, meski tanpa bantuan, berhasil menewaskan ribuan tentara Junta.
Lashi menegaskan, meski mereka siap bertempur tapi kesempatan dialog tetap dibuka. Negosiasi dapat dilakukan asalkan junta militer menghentikan berbagai serangan militer yang menyasar warga sipil.
Penulis: Thalitha Yuristiana.