Sekjen PBB: Kelaparan Global Jangka Panjang Bisa Terjadi Akibat Perang Rusia

19 Mei 2022 10:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Foto: Maxim Shemetov/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Foto: Maxim Shemetov/REUTERS
ADVERTISEMENT
Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Rabu (18/5/2022) memperingatkan dunia akan kemungkinan terjadinya kelaparan global selama bertahun-tahun. Kengerian ini bakal terwujud jika krisis pangan yang terjadi akibat konflik Rusia-Ukraina saat ini tidak segera ditangani.
ADVERTISEMENT
"Perang di Ukraina memperparah kerawanan pangan global yang sudah diperburuk oleh suhu yang memanas (di dunia) dan pandemi virus corona," kata Guterres saat berbicara di pertemuan PBB di New York, dikutip dari AFP.
Guterres mengatakan hanya dalam dua tahun, jumlah orang yang rawan mengalami kekurangan pangan meningkat sebanyak dua kali lipat – dari 135 juta orang sebelum pandemi menjadi 276 juta saat ini.
Ia juga menambahkan lebih dari setengah juta orang di dunia saat ini hidup dalam kondisi kelaparan, meningkat lebih dari 500 persen sejak 2016.
Kelaparan di Somalia Foto: Reuters
"Sekarang perang di Ukraina memperkuat dan mempercepat semua faktor ini: perubahan iklim, COVID-19, dan ketidaksetaraan," papar Guterres dalam pertemuan yang membahas soal krisis pangan global tersebut. Pertemuan itu dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.
ADVERTISEMENT
"(Dampak perang di Ukraina) ini mengancam puluhan juta orang rawan mengalami kekurangan pangan, diikuti oleh kekurangan gizi, dan kelaparan massal, dalam krisis yang bisa berlangsung selama bertahun-tahun," sambung Guterres.
Sebelum Rusia menyerang Ukraina, negara yang berbatasan langsung dengan Rusia itu memiliki peran utama dalam ekspor pertanian ke banyak negara di dunia. Ukraina mengekspor sebanyak 4,5 juta ton hasil pertanian per bulannya melalui pelabuhan-pelabuhan lalu dikirimkan ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengunjungi kota Borodianka, Kiev, Ukraina, Kamis (28/4). Foto: Gleb Garanich/REUTERS
Dari hasil pertaniannya, secara global Ukraina selama ini mengekspor sebanyak 12 persen gandum, 15 persen jagung, dan setengah hasil minyak bunga mataharinya.
Tetapi dengan diblokirnya pelabuhan-pelabuhan utama Ukraina seperti Odessa dan Chornomorsk oleh kapal perang Rusia, pasokan-pasokan pangan tersebut hanya dapat dikirim lewat rute darat yang jauh tidak efisien dibandingkan melalui jalur laut.
ADVERTISEMENT
Melihat situasi mendesak ini, Guterres pun meminta Rusia untuk membebaskan ekspor gandum Ukraina.
"Mari kita perjelas: tidak ada solusi efektif untuk krisis pangan tanpa mengintegrasikan kembali produksi pangan Ukraina," tegas Guterres. “Rute transportasi alternatif dapat dimanfaatkan – namun kita tahu sendiri, ini tidak akan cukup untuk menyelesaikan masalah,” lanjut dia.
"Rusia harus mengizinkan ekspor biji-bijian yang disimpan di pelabuhan Ukraina dengan aman dan terjamin," sambung pria berkebangsaan Portugal yang berusia 73 tahun itu.
Penduduk setempat membawa karung berisi pasir dari pantai Sobachyy, untuk memperkuat pertahanan kota, di Odessa, Ukraina, Senin (14/3/2022). Foto: Nacho Doce/REUTERS
Guterres juga mengatakan meskipun perang sedang terjadi, namun pengiriman makanan dan pupuk Rusia harus memiliki akses penuh dan tidak terbatas ke pasar dunia. Sama seperti Ukraina, Rusia juga memegang peran penting dalam misi stabilitas pangan global.
Negari Beruang Merah itu merupakan pemasok utama pupuk dan gas di dunia. Perang dan sanksi ekonomi internasional yang ditujukan kepada Moskow telah berdampak pada pengiriman pasokan pupuk, gandum, dan komoditas lain dari kedua negara.
ADVERTISEMENT
Situasi ini pun berdampak pada meroketnya harga-harga makanan, bahan pokok, dan bahan bakar di negara-negara berkembang. "Pupuk tidak dikenakan sanksi oleh Barat, tetapi penjualannya telah terganggu oleh tindakan yang diambil terhadap sistem ekonomi Rusia," papar Guterres.