Sekolah di Zona Hijau dan Kuning Boleh Dibuka, Nadiem Perbolehkan Anaknya Masuk?

11 Agustus 2020 15:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim saat menghadiri Rapat kerja komisi X DPR RI, Selasa (28/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim saat menghadiri Rapat kerja komisi X DPR RI, Selasa (28/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Sekolah-sekolah di zona hijau dan kuning penyebaran corona diperbolehkan mengadakan sekolah tatap muka dalam waktu dekat. Namun, kebijakan ini dikembalikan ke masing-masing daerah, termasuk komite sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan wali murid.
ADVERTISEMENT
Lantas apakah Mendikbud Nadiem Makarim juga akan memperbolehkan anaknya untuk pergi sekolah, seandainya lokasi sekolah berada di zona hijau atau kuning?
"Sebagai orang tua, saya akan lihat dulu protokolnya. Saya akan datang ke sekolah dulu, melihat protokol kesehatannya standarnya seperti apa. Apakah benar dilakukan sanitasi yang baik, apakah anak-anak ada cukup masker di situ, ada akses ke puskesmas terdekat. Apakah guru-guru disiplin jaga jarak social distancing 1,5 meter," ujar Nadiem dalam program To the Point bersama kumparan, Selasa (11/8).
Rapat kerja komisi X dengan Mendikbud Nadiem Makarim. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Nadiem yang menikah dengan Franka Franklin pada tahun 2014, dikaruniai seorang anak perempuan.

Pembatasan Kapasitas 50 Persen

Lebih lanjut, untuk lebih meyakinkan orang tua murid terkait kesehatan dan keselamatan anak-anaknya saat sekolah tatap muka, Nadiem memastikan pembatasan kapasitas maksimal 50 persen juga akan diberlakukan.
ADVERTISEMENT
Meski sekolah tatap muka sudah bisa dimulai lagi, Nadiem memastikan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) masih tetap ada. PJJ berlaku bagi peserta didik yang tidak diperbolehkan orang tuanya untuk ikut sekolah tatap muka.
"Jadi pun sekolah sudah tatap muka, karena kapasitas 50 persen. Di saat apa pun, 50 persen murid lainnya PJJ. Jadinya PJJ masih jalan di sekolah yang melakukan tatap muka. Karena protokolnya, kapasitas dikurangi dramatis," ucap Nadiem.
"Jadinya bagi orang tua yang tidak nyaman anaknya tatap muka, tidak apa-apa. Dia ikuti yang bagian PJJ saja, tentunya dengan tantangan dan banyaknya kesulitan," lanjut dia.
Selain itu, penyederhanaan kurikulum menjadi kurikulum darurat juga dinilai Nadiem bisa menjadi langkah baru, baik siswa yang bisa sekolah tatap mula maupun PJJ. Sehingga, diharapkan semua siswa tak ada yang mengalami keterlambatan edukasi dari sekolah.
ADVERTISEMENT
"Kurikulum darurat ini menyederhanakan kompetensi dasar (KD), standar pencapaian untuk SD, SMP, dan SMA. Kalau kita ingin jaga kualitas, kita harus lakukan lebih sedikit tapi mendalam, karena situasi metode pelajaran berubah total, kita harus adaptasi. Sangat berbeda dari sebelumnya, karena itu kita harus berikan penyederhanaan agar guru dan murid bisa dalami dan adaptasi," ungkap Nadiem.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***
Saksikan video menarik di bawah ini: