Sekolah Penggerak: Bawa Program Pembelajaran dengan Paradigma Baru

10 Februari 2021 13:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi murid belajar sebelum pandemi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi murid belajar sebelum pandemi. Foto: Shutterstock
Pemerintah terus melakukan upaya guna memajukan pendidikan Indonesia. Salah satu upaya tersebut tertuang dalam program yang baru diluncurkan Kemendikbud. Bernama Sekolah Penggerak, program ini akan mengakselerasi beberapa sekolah untuk dapat bergerak 1-2 tahap lebih maju dalam kurun waktu 3 tahun ajaran. Nantinya, Sekolah Penggerak akan berfokus pada pengembangan SDM sekolah, baik itu siswa, guru, maupun kepala sekolah.
Dalam acara Merdeka Belajar Episode 7 “Sekolah Penggerak” yang disiarkan secara live di Youtube, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim mengatakan, siswa tidak mungkin hanya duduk mendengarkan penjelasan guru jika Indonesia ingin menciptakan Pelajar Pancasila.
"Melalui pembelajaran yang berpusat pada murid, kita akan ciptakan perencanaan program dan anggaran yang berbasis pada refleksi diri, refleksi guru, sehingga terjadi perbaikan pada pembelajaran dan sekolah melakukan pengimbasan," kata Mendikbud, Senin (1/2).
Lebih lanjut, Mendikbud menjelaskan, perencanaan Sekolah Penggerak akan berbasis data. Hal ini sama seperti yang diterapkan oleh sekolah-sekolah di negara maju. Dimulai dari laporan potret kondisi mutu pendidikan, menyiapkan bahan untuk refleksi diri, dan merencanakan program pendidikan. Selanjutnya, akan diadakan pendampingan oleh UPT maupun pelatih ahli agar kondisi mutu pendidikan bisa lebih baik.
"Program Sekolah Penggerak bukan sekolah unggulan. Karena harapannya semua sekolah di Indonesia jadi Sekolah Penggerak. Tapi itu harus bergilir, karena kita mementingkan kualitas (di Sekolah Penggerak) itu," tegas Mendikbud.

Program Pembelajaran Sekolah Penggerak

Program pembelajaran Sekolah Penggerak. Foto: kumparan
Sekolah Penggerak akan mengembangkan hasil belajar siswa secara holistik mencakup kompetensi kognitif (literasi dan numerasi) serta nonkognitif (karakter). Nantinya, kepala sekolah dan guru dari Sekolah Penggerak melakukan pengimbasan kepada satuan pendidikan lain.
Sekolah Penggerak akan menerapkan pembelajaran dengan paradigma baru. Pembelajaran tersebut akan dirancang berdasarkan prinsip pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan siswa. Sehingga, profil Pelajar Pancasila bisa terwujud.
Ada dua program pembelajaran di Sekolah Penggerak: kokurikuler dan intrakurikuler. Program kokurikuler merupakan program-program yang menuntut siswa untuk mengerjakan sebuah project based learning. Program kokurikuler akan berorientasi pada pengembangan karakter dan kompetisi umum.
"Ini (program kokurikuler) akan melibatkan masyarakat. Ada berbagai kesempatan untuk memasukkan muatan lokal sesuai dengan isu nasional dan global dalam program kokurikuler. Esensi dari program kokurikuler adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk melatih diri mereka menjadi pribadi yang kreatif, mandiri, dan senang bergotong royong," jelas Mendikbud.
Sementara itu, program intrakurikuler akan menerapkan metode pembelajaran yang terdiferensiasi. Siswa akan memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetisi. Di sisi lain, para guru juga leluasa memilih perangkat ajar yang sesuai kebutuhan.
"Misalnya ada anak yang tertinggal dalam kemampuan numerasi, tidak apa-apa, dia bisa balik ke level sebelumnya. Karena kalau dia terus-terusan ada di level itu, anak akan kewalahan dan putus asa. (Dalam program intrakurikuler) standar kurikulum akan disederhanakan," kata Mendikbud.
Lebih lanjut, Mendikbud mengatakan, program intrakurikuler akan menghapus stigma kejar tayang dalam proses belajar mengajar. Guru akan fokus pada sesuatu yang sifatnya esensial dan memberikan siswa cukup waktu untuk mendalami pelajaran.

Pendaftaran Sekolah Penggerak

Target Sekolah Penggerak. Foto: kumparan
Selain dapat meningkatkan mutu SDM sekolah dan hasil belajar dalam kurun waktu tiga tahun, Sekolah Penggerak dapat mempercepat digitalisasi sekolah dan pencapaian profil Pelajar Pancasila. Tak hanya itu, adanya pendampingan intensif di Sekolah Penggerak dapat mengantarkan sekolah mempunyai kesempatan menjadi katalis perubahan bagi satuan pendidikan lain.
“Sekolah Penggerak ini harapannya akan menjadi 'klinik' untuk sekolah-sekolah sekitarnya untuk datang dan mentoring dengan guru-guru lainnya. Sehingga, dapat mempercepat peningkatan mutu pendidikan di daerah,” ucap Mendikbud.
Program Sekolah Penggerak akan dilakukan secara bertahap dan terintegrasi. Sehingga, seluruh ekosistem sekolah di Indonesia akan menjadi Sekolah Penggerak.
Mendikbud menjelaskan, pada tahun ajaran 2021/2022, program ini akan melibatkan 2.500 satuan pendidikan di 34 provinsi dan 110 kab/kota. Pada tahun ajaran 2022/2023, Kemendikbud libatkan 10.000 satuan pendidikan di 34 provinsi dan 250 kab/kota. Selanjutnya, untuk tahun ajaran 2023/2024 20.000 satuan pendidikan di 34 provinsi dan 514 kab/kota akan dilibatkan. Hingga akhirnya, 100 persen satuan pendidikan menjadi Sekolah Penggerak.
Pendaftaran Program Sekolah Penggerak dimulai dari pendaftaran kepala sekolah. Pendaftaran dibuka untuk kepala sekolah semua jenjang mulai dari PAUD (5-6 tahun), SD, SMP, SMA, SLB.
Bagi kepala sekolah yang ingin menjadi bagian dari program ini dapat segera mendaftar sebelum 6 Maret 2021 di sini. Informasi tentang Program Sekolah Penggerak dapat dilihat pada tautan ini.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan