Semangat Kemendes PDTT dan IDI Wujudkan Desa Sehat hingga Sejahtera

25 November 2021 20:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar menerima audiensi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di kantor Kalibata, pada Kamis (25/11). Foto: Angga/Kemendes PDTT
zoom-in-whitePerbesar
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar menerima audiensi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di kantor Kalibata, pada Kamis (25/11). Foto: Angga/Kemendes PDTT
ADVERTISEMENT
Fasilitas kesehatan di desa-desa umumnya masih terbatas, dan tidak sedikit yang mengenaskan. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menginginkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang akan melaksanakan muktamar dalam waktu dekat, turut memikirkan hal ini secara serius.
ADVERTISEMENT
Hal itu dikemukakan pria yang disapa Gus Halim Iskandar itu saat menerima kunjungan perwakilan dari IDI di ruang kerjanya, Kamis (25/11). Perwakilan IDI dipimpin dr. Nasrul Musadir, didampingi dr. M. Ariz Candra, dr. Fajriman, dr. T. Nanta Aulia, dan dr. Safreadi.
Dalam pertemuan itu, mengemuka semangat Kemendes PDTT dan IDI satu frekuensi, yaitu menginginkan desa-desa di Indonesia sehat dan sejahtera.
Dalam pertemuan itu juga, para dokter tersebut bermaksud mengundang Gus Halim untuk menghadiri Muktamar ke-31 IDI di Aceh pada 22-25 Maret 2022, sekaligus menjadi narasumber dalam muktamar itu. Gus Halim diminta berbicara tentang peranan dokter di daerah yang memang menjadi concern Kemendes PDTT.
IDI berharap kehadiran Gus Halim bakal memicu keterlibatan pihak lain seperti pemerintah daerah (pemda) untuk lebih perhatian pada sektor kesehatan di Aceh.
ADVERTISEMENT
IDI juga mengundang Gus Halim untuk menyambangi desa-desa yang terhitung sukses menangani kesehatan, termasuk persoalan stunting yang menjadi perhatian Kemendes PDTT.
"Kami ingin agar pihak lain melihat bahwa penanganan kesehatan itu bukan hanya tugas dokter dan Tenaga Kesehatan," kata dr Nasrul.
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar menerima audiensi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di kantor Kalibata, pada Kamis (25/11). Foto: Angga/Kemendes PDTT
Gus Halim pun merespons positif undangan panitia muktamar IDI itu karena memang salah satu perhatian Kemendes PDTT dan termasuk SDGs Desa tujuan ketiga ialah desa sehat dan sejahtera.
Ia mengatakan, persoalan kesehatan harusnya menjadi perhatian bersama. Untuk itu, ia menyarankan untuk memperluas kembali peran puskesmas yang berada pada level desa atau yang terkecil, termasuk dihadirkan ke wilayah yang belum memiliki puskesmas layak.
"Sejumlah wilayah di Pulau Jawa saja ada yang belum memiliki puskesmas," kata penerima doktor honoris causa dari UNY ini.
ADVERTISEMENT
Gus Halim berharap puskesmas menjadi pusat pelayanan kesehatan di level desa dan ia kurang sepakat dengan ide puskesmas diberi tambahan fasilitas rawat inap.
Untuk penanganan kesehatan yang mendukung SDGs Desa, Gus Halim pernah menyarankan ke posyandu yang memang selama ini aktif mengundang partisipasi warga dan didukung oleh perangkat desa.
Hal ini merujuk pada data terdapat 660.116 posyandu atau sekitar 9 pos per desa. Rinciannya, 245.718 posyandu aktif bulanan, 130.107 posyandu aktif dua bulanan dan 284.291 posyandu dengan aktivitas tidak terjadwal dengan partisipasi warga di 70.086 desa atau setara 93 persen.
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar menerima audiensi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di kantor Kalibata, pada Kamis (25/11). Foto: Angga/Kemendes PDTT
Pendanaan posyandu pun bersumber dari APB Desa, Iuran warga, dan pendanaan lain seperti dari pemerintah daerah setempat, perusahaan, dan lainnya. Fungsi awal posyandu terfokus pada kesehatan ibu dan anak, persoalan gizi, imunisasi dan program keluarga berencana.
ADVERTISEMENT
"Tapi integrasi layanan posyandu saat ini sudah berupa posyandu remaja, lansia, posyandu jiwa dan layanan disabilitas," tutur Gus Halim.
Bahkan, kata Gus Halim, posyandu juga berperan dalam pelayanan pencegahan stunting dan ikut berperan aktif saat pandemi COVID-19 melanda desa.
Posyandu diyakini bisa memberikan pelayanan praktis kepada masyarakat desa. Unit layanan yang bisa dikembangkan oleh posyandu ialah kesehatan ibu dan anak, pendidikan usia dini, pendampingan remaja, pendampingan warga berusia lanjut, pendampingan disabilitas, dan penanganan penyakit kronis dan menahun.
"Selain itu, Informasi dan pelaksanaan vaksinasi, pencegahan dan penanganan penderita COVID-19, penanganan keluarga miskin kronis, penyaluran bantuan sosial, layanan pada warga desa lainnya," jelasnya.
Gus Halim bersemangat saat diajak meninjau langsung desa yang sukses dalam penanganan kesehatan di Aceh. Bahkan ia meminta agar ada waktu khusus saat meninjau desa itu karena mau melihat dari dekat untuk mengetahui lebih detail strategi desa itu bisa sukses tangani kesehatan.
ADVERTISEMENT
"Pola saya itu mereplikasi dan tidak perlu terlalu banyak teori, jadi desa yang sukses itu nantinya akan menjadi percontohan bagi desa lain dalam melaksanakan penanganan kesehatan," terangnya.