Semangat Yayasan Orang Cebol di Bali Hadapi Pandemi

15 Februari 2021 12:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Yayasan Orang Cebol Indonesia (YOCI). Foto: YOCI
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Yayasan Orang Cebol Indonesia (YOCI). Foto: YOCI
ADVERTISEMENT
Pandemi corona memberikan dampak kepada hampir semua sektor pekerjaan. Tempat pariwisata sepi, pertunjukan kesenian dibatasi, termasuk jam operasional perdagangan. Tentu ini bukan hal mudah.
ADVERTISEMENT
Yayasan Orang Cebol Indonesia (YOCI) pun merasakan dampaknya. Sejak 2012, Pembina YOCI, Azan Ifrani Ilyas, dan anggotanya kerap keliling kafe-kafe untuk tampil di Midget Fun Boxing. Sebuah pertunjukan tinju orang cebol dalam bentuk teatrikal.
Pertunjukan itu merupakan seni andalan YOCI untuk membantu mendanai biaya operasional yayasan. Ia menggunakan sistem bagi hasil dari upah pertunjukan dengan restoran yang menerimanya. Pertunjukan sudah menjadi hiburan bagi turis asing yang berkunjung ke Bali.
“Ini ujian diberikan Tuhan, cobaan buat manusia. Tapi kami mendidik dan melatih mereka (anggota), buat bekal kalau tidak di YOCI lagi, di kampung mereka, mereka bisa jualan, sudah saya latih,” ujar Pembina YOCI Azan Irfani Ilyas kepada kumparan, Senin (15/2).
Anggota Yayasan Orang Cebol Indonesia (YOCI). Foto: YOCI
Karena hal itu, pria yang akrab disapa dengan Boncel itu, tak terlalu kaget dengan dampak pandemi. Meski tak ada lagi pertunjukan Midget Fun Boxing selama corona, ia masih bisa mengurus operasional yayasan.
ADVERTISEMENT
Ia melatih 20 anggotanya untuk melakukan hidroponik, berjualan, dan keterampilan lain untuk menunjang hidup. Pelatihan itu sudah dilakukan sebelum pandemi corona ada di Indonesia.
“Sudah saya didik, latih. Entertain, belajar dagang, usaha apa, buat bekal, memang di YOCI ya itulah. Jadinya nggak kaget lagi, ya kita jalani apa pun yang beri Allah, intinya selalu bersyukur,” tambahnya.
Sejak YOCI didirikan pada 2012, Boncel memang fokus kepada pelatihan keterampilan hidup. Ia tak mau perbedaan fisik menjadi penghambat dalam berusaha. “Bukan untuk dikasihani, bukan. Cuma saya untuk legalitas. Artinya perkumpulan orang cebol diakui,” tegasnya.
Kendaraan Anggota Yayasan Orang Cebol Indonesia (YOCI). Foto: YOCI
“Supaya mereka tahu kehidupan luar mempunyai bekal kemampuan dalam arti kayak kita orang cebol tidak perlu kasihani, fisik bukan dijual, kemampuan kita yang dijual,” paparnya.
ADVERTISEMENT
YOCI merupakan bagian cerita panjang Boncel hijrah ke Jakarta. Ia kali pertama datang ke Ibu Kota pada 1999 saat diundang ke stasiun televisi mewakili orang cebol Palembang. Kemudian, ia terlibat dalam sejumlah film dan pertunjukan entertainment lainnya.
“Dulu awalnya 2008 berdiri di Jakarta, Gunung Sahari, saya dulu di situ bukan yayasan tapi grup BBA (Bocah Bocah Antik) entertainment penyaluran jadi artis, akting,” ujarnya.
Anggota Yayasan Orang Cebol Indonesia (YOCI). Foto: YOCI
Dari pengalamannya itulah, ia mendirikan yayasan untuk memberikan pelatihan. Sebab, jika pekerjaan dalam bidang entertainment sepi, ada keterampilan lain yang bisa dilakukan untuk menunjang hidup.

Anggota YOCI

“Saya hijrah ke Bali 2012. Berdirilah yayasan itu. Saya anggota cuma 20 tapi kita rolling, siapa lagi, orang mana lagi, rolling, nggak bisa mengikat, tidak mau mengikat,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Anggota YOCI terbuka bagi orang cebol di seluruh Indonesia. Hanya dengan syarat, mau belajar dan mau dididik selama di yayasan. Untuk kebutuhan hidup seperti tempat tinggal dan makan ditanggung oleh yayasan, termasuk tiket menuju ke Bali.
“Mereka bawa diri saja bagaimana untuk dididik. Saya mau membentuk impian dan masa depan mereka. Mau menunjukkan kami begini kami bisa,” pungkasnya.