Senjata IDI Lawan Omicron: Siapkan Tenaga Kesehatan dan Obat COVID-19

15 Januari 2022 18:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dr. Daeng Muhammad Faqih, Ketua Umum IDI. Foto: IDI
zoom-in-whitePerbesar
dr. Daeng Muhammad Faqih, Ketua Umum IDI. Foto: IDI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sigap merespons meningkatnya jumlah kasus varian Omicron di Tanah Air. Salah satunya adalah dengan meminta penyiapan tenaga kesehatan kepada pemerintah, untuk merespons potensi lonjakan kasus.
ADVERTISEMENT
“Kami sudah koordinasi [dengan Pemerintah]. Jadi saya setuju, meskipun sudah terkonfirmasi banyak yang kasus ringan, tapi kesiapsiagaan itu perlu,” kata Ketua Umum IDI Daeng M Faqih dalam diskusi virtual Polemik MNC Trijaya, Sabtu (15/1).
IDI, kata Daeng, sudah mengeluarkan perintah organisasi kepada berbagai organisasi profesi. Mereka diminta untuk waspada dan bersiap-siap membantu pelayanan kesehatan, ketika nanti dibutuhkan.
“Jangan sampai kasus yang [seperti] Delta, jangan sampai kepanikan masyarakat terulang lagi. Ini pelajaran yang sangat baik,” ujar Daeng.
Sejumlah tenaga kesehatan mengikuti Upacara Peringatan HUT ke-76 Republik Indonesia di RSDC Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa (17/8/2021). Foto: M Risyal Hidayat/Antara Foto
Ia mengatakan, ketika kasus melonjak cepat dan banyak warga yang merasa sakit, mereka pasti akan membutuhkan pertolongan maksimal.
“Kita enggak bisa bilang ‘Udah, di rumah aja,’ kadang masyarakat memilih untuk berbondong-bondong ke tempat pelayanan. Ini harus diantisipasi,” ucap dia.
ADVERTISEMENT
Obat COVID-19 produksi Merck, Molnupiravir, saat ini sudah menerima izin edar darurat dari Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM). Sejauh ini sudah ada 400 ribu dosis yang tiba di Indonesia.
Selain itu, dilakukan juga proses produksi lokal Molnupiravir yang diharapkan bisa beredar di masyarakat mulai April–Mei 2022.
Daeng mengungkapkan, para pakar di IDI juga sudah menganalisis obat telan tersebut.
Menkes Budi Gunadi Sadikin (kanan) tinjau kesiapan molnupiravir untuk obat COVID. Foto: Dok. Kemenkes
“Obat-obat baru seperti Molnupiravir efektivitasnya sama saja dengan obat-obat [perawatan] lain, jadi tidak spesifik membunuh virus. Molnupiravir itu hanya 50% menahan agar tidak jadi kasus sedang dan berat,” jelasnya.
Oleh karenanya, meskipun obat Molnupiravir tetap dapat membantu penanganan COVID-19 di Indonesia, Daeng meminta masyarakat untuk tidak lengah.
Sebab belum ada obat yang betul-betul spesifik bisa mengobati COVID-19 dan membunuh virus corona itu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Daeng juga meminta pemerintah untuk memperbanyak tempat isolasi mandiri (isoman) terpadu, sehingga warga yang terpapar Omicron bisa tetap menerima perawatan meskipun gejalanya ringan.