Senyum Bahagia di Desa Perbatasan Malipo

13 Agustus 2018 0:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para ibu pembuat cendera mata di Malipo (Foto: Rachmadin Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Para ibu pembuat cendera mata di Malipo (Foto: Rachmadin Ismail)
ADVERTISEMENT
The Guardian pernah melaporkan kemiskinan di Malipo, Provinsi Yunnan, China, pada tahun 2000 lalu. Mereka menulis ‘manusia dan kerbau minum dari air yang sama’ untuk menggambarkan betapa miskinnya penduduk di sana. Kini, setelah dibantu oleh Kementerian Luar Negeri China, pemerintah setempat menyebut kemiskinan berangsur hilang.
ADVERTISEMENT
Malipo adalah sebuah wilayah yang indah di Provinsi Yunnan, China. Letaknya berada di sisi paling selatan, berbatasan langsung dengan Vietnam. Butuh tiga jam perjalanan melewati bukit berkelok dari Bandara Wenshan Zhuang untuk mencapai ke sana.
Total luas wilayah Malipo mencapai 2.375 km persegi. Di sana ada 1.962 desa dengan populasi sekitar 286 ribu orang. Ada banyak etnis minoritas hidup di sana, mulai dari etnis Yi sampai Yao.
Sekolah di Malipo tempo dulu (Foto: dok. Pemerintah Malipo)
zoom-in-whitePerbesar
Sekolah di Malipo tempo dulu (Foto: dok. Pemerintah Malipo)
Dalam laporan The Guardian, tercatat banyak masalah kesejahteraan masyarakat yang sangat tertinggal di sana. Mulai dari akses terhadap kesehatan sampai pendidikan, apalagi perdagangan, sangat sulit. Para warga di sana dulu sempat sulit membayar biaya sekolah, lalu tidak mudah untuk menemukan tempat layanan kesehatan, dan satu-satunya cara mendapatkan uang adalah menjual hasil ternak.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama juga dikatakan oleh pemerintah setempat. Wakil Wali Kota Malipo Li Hong menerangkan, warganya dulu memang sangat miskin. Mereka termasuk wilayah terendah di Yunnan bahkan China dalam angka pendapatan per kapita. Namun semua itu berubah lewat sebuah program khusus.
Potret Kemiskinan di Malipo (Foto: dok. Pemerintah Malipo)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Kemiskinan di Malipo (Foto: dok. Pemerintah Malipo)
Pemerintah China menunjuk Kementerian Luar Negeri China untuk menjadikan Malipo sebagai kawasan binaan dalam pengentasan kemiskinan. Selama puluhan tahun, 192 juta Yuan sudah digelontorkan untuk sejumlah proyek pangan, pakaian, kesehatan dan pendidikan.
Kebutuhan mendasar warga diprioritaskan terlebih dahulu. Ada 195 proyek fasilitas penyediaan air bersih dibangun bersamaan dengan jalur irigasi. Ini untuk menjawab persoalan ‘manusia dan kerbau minum dari air yang sama’.
Setelah itu, fokus berlanjut pada urusan pendidikan. Sekitar 65,6 juta Yuan dana digelontorkan untuk membangun 118 sekolah baru, memperbaiki sekolah lama dan guru-guru baru berkualitas direkrut. Insentif besar disediakan bagi mereka yang bersedia bekerja di kawasan pedesaan perbatasan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Mereka juga diberikan subsidi rumah agar mau mengajar di kawasan terpencil,” kata Wakil Direktur Jenderal Kantor Kementerian Luar Negeri China di Yunnan Wang Wei.
Untuk melihat langsung perbaikan pendidikan di Malipo, Rombongan delegasi jurnalis dari Asia Tenggara dan Asia Selatan sempat diajak untuk mendatangi seuah sekolah menengah etnis minoritas di Malipo. Sekolah tersebut gratis dan dapat menampung hingga lebih dari 5.000 siswa. Para pelajar dari berbagai wilayah bisa menempati asrama yang diisi oleh 8 anak per kamar.
Sekolah Menengah di Malipo (Foto: Rachmadin Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Sekolah Menengah di Malipo (Foto: Rachmadin Ismail)
Sekolah tersebut kini menghasilkan anak-anak yang bisa menembus universitas ternama di China dan bekerja di sejumlah perusahaan terkenal. Sebagian lagi, pulang kampung untuk ikut membangun Malipo setelah lulus.
“Bagi kami, sekolah adalah hal utama. Sekolah harus jadi tempat mulia selain rumah warga,” kata Wakil Wali Kota Malipo Li Hong.
ADVERTISEMENT
Isu selanjutnya adalah kesehatan. Dana yang dicairkan untuk proyek ini mencapai 26,5 juta Yuan. Fokus utamanya adalah membangun rumah sakit dan klinik-klinik yang menjangkau berbagai pelosok desa. Sama seperti guru, dokter-dokter dari kota didatangkan. Bahkan ada program konsultasi online kepada dokter yang jauh lokasinya, namun bisa memberikan bantuan saran kesehatan.
Pusat kota di Malipo ada hotel, apartemen dan arena publik seperti taman, ruma sakit dan pusat belanja. (Foto: Rachmadin Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Pusat kota di Malipo ada hotel, apartemen dan arena publik seperti taman, ruma sakit dan pusat belanja. (Foto: Rachmadin Ismail)
Selain itu, banyak proyek lain yang dibangun di Malipo. Mulai dari pembangunan fasilitas rumah dan desa, pemberdayaan ekonomi, penjualan produk lewat layanan e-commerce, hingga pelatihan keterampilan. Semua itu pada akhirnya berdampak pada kondisi 43.700 warga dari 10.379 keluarga di 16 desa miskin di Malipo.
“Angka kemiskinan di Malipo kini turun dari 18,75 persen menjadi 12,99 persen,” kata Wang Wei
ADVERTISEMENT
Gambaran keberhasilan proyek ini ditunjukan kepada rombongan delegasi saat berkunjung ke desa Tianbao dan Laozhai. Di dua desa yang letaknya berada di perbukitan tersebut, warga bisa membangun rumah sangat layak, bisa mengembangkan usaha pertanian dengan lebih menguntungkan dan tentu saja bisa mendapat akses ke pendidikan dan kesehatan lebih baik.
Warga Desa Tianbao yang kini hidup lebih baik (Foto: Rachmadin Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Warga Desa Tianbao yang kini hidup lebih baik (Foto: Rachmadin Ismail)
Khusus di Desa Laozhai, salah satu produk unggulan warga setempat adalah buah-buahan seperti buah naga, pisang dan jambu. Masing-masing buah rasanya manis dan menggoda selera.
“Anda bisa coba sendiri buahnya. Ini adalah produk unggulan kami, khas Laozhai,” kata Sekretaris Partai Komunis China di Malipo Liu Yang.
Warga Tianbao kini punya usaha perikanan (Foto: Rachmadin Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Warga Tianbao kini punya usaha perikanan (Foto: Rachmadin Ismail)
Sebagian dari Anda mungkin penasaran, kenapa kemiskinan di Malipo harus diurus oleh Kementerian Luar Negeri? Jawabannya karena desa itu berhubungan dengan negara lain atau daerah perbatasan, maka proses pembangunannya tidak bisa sepenuhnya dari China. Harus ada konektivitas dengan negara tetangga seperti Vietnam terutama dalam urusan infrastruktur dan lainnya.
Penduduk di Laozhai kini bisa memasarkan produknya lewat e-commerce (Foto: Rachmadin Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Penduduk di Laozhai kini bisa memasarkan produknya lewat e-commerce (Foto: Rachmadin Ismail)
Mungkinkah ini ditiru di daerah perbatasan Indonesia?
ADVERTISEMENT