Serba-serbi Kasus Mutia Imro yang Diduga Divaksin Corona di Rumah

9 Maret 2021 8:01 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Instastory Mutia Imro saat vaksinasi corona di perumahan di Jakarta Selatan. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Instastory Mutia Imro saat vaksinasi corona di perumahan di Jakarta Selatan. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Unggahan instastory Instagram yang memperlihatkan sejumlah orang bukan lansia diduga mendapatkan vaksin corona di rumah, viral di media sosial. Pemilik akun adalah Mutia Imro Atussoleha. Ia mengunggahnya pada Minggu (7/3).
ADVERTISEMENT
Dalam unggahan itu, terlihat sejumlah anggota keluarga disuntik. Dalam dokumen yang diunggah, terlihat vaksinasi dilakukan di Cilandak, Jakarta Selatan. Namun tak berapa lama, Mutia menghapus instastorynya.
Berdasarkan aturan, seseorang tidak boleh divaksin di rumah. Sedangkan regulasi yang memperbolehkan lansia divaksin di rumah sejauh ini masih belum rampung.
Berikut kumparan rangkum serba-serbi vaksinasi corona di rumah yang diduga diterima Mutia Imro:
Ilustrasi Vaksin. Foto: Shutter Stock
Usai unggahannya viral, Mutia Imro Atussoleha kemudian memberikan klarifikasi melalui instastory.
Mutia mengaku sebagai relawan kesehatan, sehingga terdaftar sebagai penerima vaksin COVID-19 yang sah.
Ia juga membantah vaksinasi itu dilakukan di rumah pribadinya, melainkan di Poliklinik.
"Menanggapi pemberitaan vaksin yang saya terima, saya ingin klarifikasi bahwa saya masuk dalam daftar penerima vaksin yang eligible karena status saya sebagai tenaga relawan kesehatan. Bisa saya pastikan pemberian vaksin di poliklinik, bukan di rumah pribadi. Aktivitas tersebut tidak ada hubungannya dengan Bukalapak dan bukan kegiatan perusahaan Bukalapak, sehingga sifatnya adalah personal. I hope this clarifies," tulis Mutia.
ADVERTISEMENT
Namun Mutia tidak menjelaskan detail di mana poliklinik tersebut. Di kartu vaksinasi yang sempat ia unggah di instastory, lokasi vaksinasi tertulis seperti huruf MI, belum jelas di mana letaknya.
Proses vaksinasi COVID-19 bagi warga lansia yang berlokasi di Istora Senayan, Jakarta Pusat, pada Senin (8/3). Foto: PPID DKI Jakarta
Wakil Ketua Komisi E DPRD DKI dari Fraksi PSI, Anggara Wicitra Sastroamidjojo, meminta kasus penerimaan vaksinasi di rumah ditelusuri sampai jelas.
Anggara pun meminta Dinkes DKI hingga Kemenkes mengklarifikasi kasus ini. Jika tidak, menurutnya, akan menjadi contoh buruk dalam proses vaksinasi ke masyarakat umum nantinya.
"Saya kira harus ada klarifikasi dari Dinas Kesehatan, Kemenkes atau otoritas berwenang yang bisa menjawab terkait dugaan vaksinasi dilakukan di tempat yang tidak semestinya agar tidak menjadi preseden buruk," ujar Anggara.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, kata dia, vaksinasi hanya dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) seperti rumah sakit dan puskesmas. Serta di lokasi yang ditetapkan untuk vaksinasi seperti di GBK hingga sekolah.
"Harus ditelusuri sejelas jelasnya. Vaksinasi setahu saya harus dilakukan di fasyankes atau tempat lainnya yang telah disepakati. Misalnya pelaksanaan vaksinasi dinamis lansia di gedung sekolah, tidak ada di rumah pribadi," kata dia.
Iman Satria DPRD DKI Jakarta Foto: Moh Fajri/kumparan
Ketua Komisi E DPRD DKI, Iman Satria, mengatakan telah mencari informasi terkait kasus Mutia Imro kepada sejumlah pihak terkait. Seperti ke Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Puskesmas Cilandak, dan sejumlah puskesmas lainnya.
Dari informasi yang didapat, kata Iman, vaksin yang disuntikkan kepada Mutia bukan stok dari Puskesmas dan tidak dilakukan oleh petugas Puskesmas.
ADVERTISEMENT
"Pertama kegiatan tersebut bukan dilakukan oleh Puskesmas dan tidak menggunakan vaksin dari stok yang ada di Puskesmas di DKI Jakarta," kata Iman.
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Mutia mengeklaim sebagai relawan kesehatan sehingga bisa mendapatkan prioritas vaksin corona. Namun fakta berbeda disampaikan Kepala Puskesmas Kecamatan Cilandak, Dr. Maruati.
Maruati menegaskan Mutia bukanlah seorang relawan kesehatan Cilandak. Tidak ada nama Mutia di jajaran relawan kesehatan yang terdaftar di Puskesmas Cilandak.
“Yang jelas (dia) bukan relawan Cilandak,” ujar Dr. Maruati.
Maruati mengatakan, tidak tahu menahu soal vaksinasi yang dilakukan Mutia. Dia juga tak tahu poliklinik mana yang disebutkan oleh Mutia sebagai vaksinator.
"Silakan tanya yang bersangkutan," ucap dia.
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kasus Mutia yang viral membuat Dinkes Jakarta Selatan, Puskesmas Cilandak, dan Camat Cilandak mengecek kebenaran informasi itu.
Kepala Puskesmas Kecamatan Cilandak, Dr. Maruati, menegaskan Mutia Imro tak tinggal di Kecamatan Cilandak dan vaksinasi yang diterimanya juga tidak dilakukan di Cilandak.
"Beliau tidak tinggal di Cilandak, penyuntikan bukan di Cilandak, nakes yang menyuntik bukan dari Puskesmas Kecamatan Cilandak, dan vaksin bukan vaksin dari Puskesmas Kecamatan Cilandak,” ungkap Maruati.
Senada, Camat Cilandak, Mundari, mengaku sudah berkoordinasi dengan Puskesmas Cilandak untuk mendalami laporan itu.
Sejauh ini, sesuai aturan tidak ada vaksinasi corona yang diizinkan untuk dilakukan di rumah. Mundari juga tak tahu soal vaksinasi itu.
“Tidak, tidak ada vaksinasi di rumah,” ucapnya.
Ilustrasi polisi. Foto: ANTARA FOTO/Rahmad
ADVERTISEMENT
Persoalan Mutia yang diduga mendapatkan vaksinasi corona di rumah membuat polisi ikut turun tangan menyelidiki dugaan pelanggaran dalam kegiatan tersebut.
Kapolsek Cilandak, Kompol M Iskandarsyah, mengatakan sudah mengecek ke Puskesmas Cilandak terkait kegiatan vaksinasi.
"Saya cek di Puskesmas enggak ada sementara. Terus dari Pak Camat juga bilang nihil," kata Iskandarsyah saat dikonfirmasi, Senin (8/3).
"Saya lagi lidik dulu kalau kemungkinan palsu atau enggak yang itu kan suratnya," tambahnya.
Iskandarsyah menjelaskan vaksinasi dari Puskesmas masih sesuai dengan kesepakatan awal yaitu di gedung sekolah. Sehingga kegiatan yang dilakukan oleh Mutia Imro itu di luar pengawasan Puskesmas.
"Pelaksanaan vaksin dari Puskesmas Cilandak karena kita sudah ada rapat zoom meeting pelaksanaannya ditetapkan di sekolah, ada beberapa sekolah yang melakukan vaksin dan kita lakukan pengamanan," kata Iskandarsyah.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Iskandarsyah mengatakan pihaknya akan tetap melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut. Dikhawatirkan ada pelanggaran pidana dalam proses vaksinasi tersebut.
"Kalau misalnya ada dugaan vaksin palsu atau itu surat palsu itu kita masih lidiklah masih kita dalami lagi," kata Iskandarsyah.