Serli, Tahanan Rutan Bandung yang Kabur, Tak Pakai Rompi dan Borgol

2 Maret 2020 17:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tahanan wanita kasus pencurian bernama Serli Herawati yang kabur pada Kamis (27/2) ketika akan menjalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Bandung.  Foto: Dok. Rutan Perempuan Bandung
zoom-in-whitePerbesar
Tahanan wanita kasus pencurian bernama Serli Herawati yang kabur pada Kamis (27/2) ketika akan menjalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Bandung. Foto: Dok. Rutan Perempuan Bandung
ADVERTISEMENT
Kejaksaan Negeri (Kejari) Bandung masih memburu tahanan Serli Herawati. Serli kabur dengan menyusup di antara keramaian ketika hendak menjalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Bandung pada Kamis (27/2).
ADVERTISEMENT
Kepala Kejari Bandung Nurizal Nurdin menuturkan Serli dan tahanan lainnya kala itu tidak menggunakan borgol saat hendak disidang. Sebab, waktu itu ada tahanan anak dalam rombongan. Dikhawatirkan, borgol yang dikenakan tahanan wanita berdampak pada psikologis anak.
"Dia memang tidak diborgol karena ada anak-anak, ya. Psikologisnya kan gimana ya kalau ada anak-anak," kata Nurizal di Kantor Kejari Bandung, Senin (2/3).
Selain tidak diborgol, sambung Nurizal, para tahanan pun tidak menggunakan rompi tahanan. Lantaran, rompi berada di mobil tahanan pria. Diketahui, terdapat 16 tahanan wanita dan 2 tahanan anak yang diangkut oleh kejaksaan ketika itu.
"Kalau rompi itu, karena ada mobil tahanan laki-laki. Jadi enggak (tidak pakai rompi),"ucap dia.
Pengadilan Negeri (PN) Bandung. Foto: Cornelius Bintang/kumparan
Nurizal menambahkan, pihaknya telah menurunkan anggota intel kejaksaan yang berjumlah 15 hingga 20 orang untuk mencari tahanan kabur tersebut. Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan kepolisian dalam melakukan pencarian.
ADVERTISEMENT
"Kita upayakan, kita ingin segera ditangkap dan disidangkan lagi," ucapnya.
Di sisi lain, ia berjanji bakal memperketat pengawasan kepada para tahanan ke depannya. Peristiwa tersebut pun akan dijadikan pembelajaran agar tidak terulang kembali di kemudian hari.
"Ini jadi pembelajaran lah mungkin ada kekurangan dari kita," terang Nurizal.