Sikap Jokowi di KTT ASEAN-AS soal Ukraina Tegaskan Politik Bebas Aktif Indonesia

15 Mei 2022 7:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rektor Unjani Hikmahanto. Foto: Dok. TNI AD
zoom-in-whitePerbesar
Rektor Unjani Hikmahanto. Foto: Dok. TNI AD
ADVERTISEMENT
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menilai sikap Presiden Jokowi yang menyerukan perang di Ukraina dihentikan sudah tepat. Sikap itu dinilai merupakan keberanian dan menegaskan posisi Indonesia dalam perang di Ukraina.
ADVERTISEMENT
"Ini merupakan keberanian tersendiri bagi Indonesia untuk menegaskan politik luar negeri bebas aktif di hadapan Presiden AS Joe Biden dan jajaran birokrasinya," kata Hikmahanto dalam keterangannya, Minggu (15/5).
Hikmahanto menyebut, Jokowi seolah tidak memiliki beban untuk menyampaikan di tengah harapan AS kepada negara-negara ASEAN untuk mengekor kebijakan negara Paman Sam mengutuk serangan Rusia ke Ukraina.
"Dalam seruan Presiden Jokowi untuk menghentikan perang, beliau tidak menyebut apakah perang tersebut salah karena melanggar hukum internasional atau perang yang dapat dibenarkan," kata Hikmahanto.
Presiden juga, lanjut Hikmahanto, tidak menggunakan istilah 'invasi' atas serangan Rusia ke Ukraina sebagaimana AS dan sekutunya mengistilahkan.
Bahkan Jokowi dinilai berani dalam pernyanyaannya yang menyampaikan: 'Saat dunia membutuhkan kerja sama dan kolaborasi, justru rivalitas dan konfrontasi makin menajam. Saat dunia membutuhkan multilateralisme yang makin kokoh justru unilateralisme yang makin mengemuka.'
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (kanan) hadiri pertemuan para pemimpin negara-negara ASEAN dengan Presiden AS Joe Biden di Departemen Luar Negeri AS, Washington DC, Jumat (13/5/2022). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
Pernyataan tersebut dinilai jelas ditujukan kepada pihak-pihak yang berseteru dalam perkembangan perang di Ukraina yaitu AS dan sekutunya yang berhadapan dengan Rusia.
"Presiden Jokowi hendak menegaskan bagi Indonesia yang menjalankan politik luar negeri bebas aktif maka yang dikedepankan adalah perdamaian dunia dan menghentikan segala tragedi kemanusiaan yang salah satunya diakibatkan oleh perang," kata Rektor Universitas Jenderal A Yani itu.
Apa yang disampaikan oleh Jokowi juga dinilai dalam rangka menolak ajakan AS untuk menghadapi China dengan berbagai bantuan dana AS kepada negara ASEAN dibidang infrastruktur, keamanan maritim dan penanggulangan COVID-19.
"Bagi Indonesia semua negara adalah sahabat, termasuk AS dan China, dan bersedia untuk menerima apa pun bantuan dalam rangka pembangunan di Indonesia dan kebaikan kawasan," ucap Hikmahanto.
ADVERTISEMENT
"Presiden Jokowi beruntung saat datang dan selama berada di AS tidak diistimewakan oleh pemerintah AS sehingga dapat menyuarakan secara lantang posisi Indonesia tanpa beban apa pun," pungkasnya.
Diketahui, pernyataan Jokowi itu disampaikan langsung dalam KTT Khusus ASEAN-AS yang digelar di Departemen Luar Negeri AS, Washington, Jumat (13/5). Saat itu, Presiden Jokowi menyerukan perang di Ukraina agar segera dihentikan.
“Perang tidak akan menguntungkan siapa pun. Dunia tidak memiliki pilihan lain kecuali menghentikan perang sekarang juga. Setiap negara, setiap pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menciptakan enabling environment agar perang dapat dihentikan, perdamaian dapat terwujud,” tegas Jokowi.