Sindiran Dubes Ukraina untuk Menlu Rusia yang Walk Out di G20 Bali: Tidak Normal
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
"Sangat jelas dan tidak normal bahwa seseorang membalikkan badan dan pergi sementara orang-orang mencoba untuk bereaksi terhadap pidatonya, mencoba untuk menyampaikan sesuatu," jelas Hamianin saat konferensi pers daring Kedubes Ukraina di Indonesia pada Selasa (12/7/2022).
Lavrov meninggalkan ruangan saat sesi pagi selama FMM G20. Lavrov juga tidak muncul dalam sesi sore yang dihadiri Menlu Ukraina, Dmytro Kuleba, secara virtual. Menurut Hamianin, keputusan itu menandai keberhasilan dalam menekan Rusia.
"Bila Anda terbang melintasi separuh dunia hanya untuk menghadiri pertemuan satu hari, biasanya, Anda tidak pergi setelah pidato Anda," terang Hamianin.
"Saya pikir itu karena dia dipermalukan dan dia mengerti bahwa tidak ada ruang bagi negara teroris Rusia, untuk penyerang, untuk penjahat perang dalam pertemuan yang begitu terhormat," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ukraina telah berulang kali menggambarkan Rusia sebagai penjahat perang. Dengan demikian, Rusia dianggap tidak pantas menghadiri forum-forum internasional.
Hamianin meyakini, seruan itu mulai membuahkan hasil. Menurutnya, dunia telah sepakat melihat Rusia sebagai akar berbagai krisis yang menjadi pembahasan dalam platform semacam itu.
"[Lavrov] memahami bahwa apa pun yang dia katakan, apa pun kebohongan yang dia hasilkan, apa pun produk propaganda Rusia yang dia presentasikan di konferensi ini, tidak akan mendapatkan tanggapan sesuai yang diharapkannya karena orang-orang sekarang mengerti bahwa Rusia mampu menghasilkan kebohongan dan kematian," ujar Hamianin.
Hamianin pun meyakini, Lavrov sudah sepantasnya angkat kaki. Hamianin mengatakan, negara-negara lain tidak perlu menjadi pihak yang melakukan aksi walk out maupun memboikot.
ADVERTISEMENT
"Mengapa negara-negara beradab, perwakilan dunia harus pergi ketika penjahat berbicara? Kami negara-negara demokrasi. Mengapa kami harus pergi? Perwakilan negara teroris yang harus pergi atau tidak hadir," tegas Hamianin.
"Mungkin masyarakat dunia akan menyesuaikan taktiknya dengan Rusia," tambah dia.