Singapura hingga Brunei Akan Daftarkan Kebaya ke UNESCO, RI Tak Ikut

26 November 2022 7:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebaya Ncim Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kebaya Ncim Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Empat negara Asia Tenggara akan mendaftarkan kebaya dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO. Keempat negara tersebut adalah Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand.
ADVERTISEMENT
Dewan Warisan Nasional Singapura (NHB) pada Rabu (24/11) mengatakan, kebaya akan menjadi nominasi multinasional pertama Singapura ke UNESCO. Pendaftaran kebaya akan dilakukan pada Maret 2023.
"Kebaya adalah kain tradisional perempuan yang populer di wilayah ini," kata NHB seperti dikutip dari Straits Times.
"Ini mewakili dan merayakan sejarah bersama di wilayah ini, juga mempromosikan pemahaman lintas budaya. Ini akan terus hadir serta diproduksi aktif dan juga banyak dipakai oleh masyarakat Asia Tenggara," sambung mereka.
Sejumlah anggota perkumpulan Perempuan Berkebaya Indonesia menari saat memperkenalkan kebaya di Gedung Purnomo Fisip, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Jumat (30/9/2022). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO

Pendaftaran Kebaya ke UNESCO Dipimpin Malaysia, Negara Lain Masih Boleh Gabung

Dalam keterangan Dewan Warisan Nasional (NHB) Singapura, keempat negara bersama-sama mengajukan ke UNESCO dan dikoordinasikan oleh Malaysia.
"Gagasan nominasi kebaya multinasional diusulkan dan dikoordinasikan oleh Malaysia dan dibahas dalam rangkaian rapat kerja sejumlah negara pada 2022," ungkap NHB dalam siaran pers yang dikutip kumparan, Kamis (24/11).
ADVERTISEMENT
"Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand sepakat bekerja sama dalam nominasi multinasional ini karena kebaya mewakili dan merayakan sejarah bersama yang kaya di kawasan ini, mempromosikan pemahaman lintas budaya, dan terus hadir dan diproduksi secara aktif dan dikenakan oleh banyak komunitas di seluruh Asia Tenggara," papar NHB.
"Kebaya telah dan terus menjadi aspek sentral dalam representasi dan menampilkan warisan budaya dan identitas Melayu, Peranakan dan masyarakat lainnya di Singapura, dan merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan kami sebagai kota pelabuhan multikultural, dengan penghubung lintas Asia Tenggara dan dunia," papar CEO NHB, Chang Hwee Nee.
Meski akan mendaftarkan kebaya ke UNESCO pada Maret 2023, negara lain yang ingin bergabung dalam pendaftaran nominasi multinasional ini, pintu masih terbuka.
ADVERTISEMENT
UNESCO akan menilai nominasi berdasarkan beberapa faktor. Termasuk seberapa baik keempat negara memastikan promosi dan transmisi praktik terkait kebaya.
Sejumlah perempuan mengikuti parade kebaya dalam kampanye Gerakan Kebaya Goes to UNESCO saat hari bebas berkendaraan bermotor atau Car Free Day, di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (6/11/2022). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO

Indonesia Sambut Baik Pendaftaran Kebaya oleh Negara Tetangga

Analis Sumber Sejarah di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Usman Manor menyebut pemerintah Indonesia menyambut baik berita ini.
Pasalnya, pendaftaran kebaya oleh 4 negara ini tak serta merta ingin mendaftarkan sendiri. Usman menyebut pemerintah Malaysia sudah mengajak Indonesia untuk ikut serta sebelumnya.
“Iya jadi pemerintah Malaysia secara resmi sudah mengajukan surat kepada pemerintah Indonesia terkait dengan pendaftaran ini. Dan dalam hal ini pemerintah Indonesia menyambut baik,” ujar Usman kepada kumparan, Jumat (25/11) pagi.
Sambutan baik ini diberikan pemerintah sebab melihat kesulitan untuk memenuhi syarat bila kebaya diajukan ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda melalui single nomination atau nominasi tunggal. Hal ini berbeda dengan bila kebaya diajukan oleh beberapa negara sekaligus atau multi-nomination.
ADVERTISEMENT
“Pemerintah Indonesia menyambut baik karena tadi melihat bahwa untuk menyampaikan secara nominasi tunggal agak sulit pertimbangannya itu,” lanjutnya.
Untuk jadi nominasi tunggal atau nominasi warisan budaya tak benda yang hanya diajukan oleh 1 negara setidaknya proses yang dilalui akan jadi lebih panjang. Warisan budaya yang hendak diajukan ke UNESCO pun harus nyaris punah terlebih dahulu.
“Enggak ada maestronya (pembuat atau ahli kebaya) itu baru bisa, tapi kan faktanya sampai saat ini kebaya terus berkembang banyak yang masih menggunakan,” jelas Usman.
Perkumpulan Perempuan Berkebaya Indonesia dan Indonesia Menari melakukan acara jalan sehat di area Car Free Day (CFD) Senayan, Jakarta pada Minggu (18/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

Pernah Diajak Daftar Kebaya ke UNESCO Bareng Malaysia dkk, Kok RI Enggak Ikut?

ADVERTISEMENT
Meski memiliki budaya kebaya yang mirip, Indonesia memilih untuk tidak ikut serta dalam pendaftaran kebaya sebagai multi-nomination warisan budaya tak benda ini ke UNESCO.
ADVERTISEMENT
Analis Sumber Sejarah di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Usman Manor menyebut Indonesia sudah menerima ajakan resmi dari pemerintah Malaysia terkait pendaftaran kebaya ini.
“Untuk kebaya sendiri pemerintah Malaysia telah mengajukan secara resmi mengajak Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan ditembuskan kepada Kementerian Pendidikan Riset Kebudayaan dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dan juga Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO mengajak agar Indonesia bersedia untuk mengajukan join nomination dalam hal kebaya ini,” ujar Usman kepada kumparan, Jumat (25/11) pagi.
Undangan ini juga sempat direspons baik oleh pemerintah Indonesia. Pasalnya ada banyak kemudahan dalam mendaftar ke UNESCO bila warisan budaya tak benda diajukan bersama-sama. Mulai dari waktu pendaftaran yang bisa memakan waktu dua tahun hingga tidak perlu memenuhi syarat kebaya sebagai warisan budaya yang hampir punah.
ADVERTISEMENT
Mengingat sulit untuk memenuhi syarat kedua sebab kebaya masih ramai digunakan di Indonesia. Ahli atau maestro kebaya di Indonesia pun masih sangat banyak.
“Oke kalau kita lihat dari perspektif pemerintah Indonesia [...] sepakat bahwa awalnya sepakat untuk mengajukan nominasi bersama dengan pertimbangan prosesnya itu 2 tahun,” ujar Usman.
Namun akhirnya berdasarkan hasil rapat dengan pendapat pemerintah dengan DPR melalui komisi X ditetapkan bahwa Indonesia tidak akan ikut serta dengan 4 negara ASEAN lainnya untuk bersama-sama mendaftarkan kebaya ke UNESCO. Indonesia dirasa lebih baik untuk mengajukan kebaya sebagai nominasi tunggal alih-alih multi nominasi bersama dengan negara lain.
“Dalam hal ini DPR menyampaikan bahwa nominasi tunggal adalah cara yang paling tepat untuk mengusulkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda dunia,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tentu untuk mengajukan kebaya sebagai nominasi tunggal Indonesia perlu melakukan kajian yang lebih mendalam. Atas pertimbangan tersebut, dalam RDP dengan DPR akhirnya diputuskan bahwa pemerintah, bersama dengan komunitas kebaya, serta akademisi akan meninjau kembali upaya apa saja yang dapat dilakukan agar kebaya jadi nominasi tunggal.
Mengacu dari hasil rapat dengan DPR pula, pemerintah diminta untuk melakukan langkah-langkah yang strategis dengan disinkronkan dengan Peraturan Presiden nomor 114 tentang strategi kebudayaan. Ada beberapa langkah strategis yang Usman jelaskan.
Pertama pertama mendata kebaya dan motif kebaya dari Sabang sampai Merauke, kemudian mendorong agar pemerintah Indonesia melakukan diplomasi budaya terutama dengan memanfaatkan kebaya tersebut, ketiga melakukan kajian, dan pemerintah Indonesia juga melakukan manajemen plan.
ADVERTISEMENT
“Jadi ketika nanti sudah diakui oleh UNESCO pemerintah Indonesia sudah memiliki manajemen terkait dengan perencanaan bagaimana melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan, dan membina kebaya tersebut,” tutup Usman.