Siswa di Mansinam, Pulau Terluar Papua, ke Sekolah Seberangi Lautan

11 Desember 2018 19:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Anak-anak yang bersekolah di Pulau Mansinam, Papua Barat. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
'Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang’.
ADVERTISEMENT
Mungkin ungkapan presiden pertama Indonesia, Sukarno, tersebutlah yang membuat anak-anak di Pulau Mansinam, Manokwari Barat, Papua Barat, nekat membelah lautan demi bisa belajar di sekolah.
Setiap hari, sebanyak 40 anak-anak di Kepulauan Mansinam bangun pukul 05.00 WIT. Mereka berlari ke pinggir pantai untuk bisa lebih awal naik ke atas kapal milik Ditpolair Polda Papua Barat, untuk menyeberang ke sekolah mereka yang berada pusat kota Manokwari.
Butuh waktu sekitar 2 jam untuk menyeberangi lautan dari Pulau Mansinam ke Manokwari yang berjarak 10 kilometer tersebut.
Anak-anak yang bersekolah di Pulau Mansinam, Papua Barat. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
“Kami masuk sekolah jam 07.15 WIT,” kata seorang siswi SMA 1 Manokwoari, Magrice, di Pulau Mansinam, Papua Barat, Selasa (11/12).
Namun, ukuran kapal milik polisi sangat terbatas untuk bisa mengangkut dalam sekali perjalanan. Kadang siswa tersebut terpaksa naik kapal nelayan dengan membayar Rp 5 ribu.
ADVERTISEMENT
“Pulang pergi Rp 10 ribu, belum lagi naik ojek ke sekolahnya. Belum lagi uang jajan,” keluh orang tua siswa, Zakius Mansinam.
Kondisi siswa di kepulauan Mansinam sudah berlangsung selama puluhan tahun. Zakius mengaku hingga saat ini tidak ada bantuan dari Pemprov Papua Barat.
Anak-anak yang bersekolah di Pulau Mansinam, Papua Barat. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
Mereka bahkan rela jika seragam sekolahnya basah kuyup bila musim hujan tiba. Meski kapal yang mereka tumpangi memiliki atap, namun tempias hujan tetap membuat seragam sekolah mereka basah.
Saat ini siswa di Kepulauan Mansia hanya dapat mengandalkan kapal milik Ditpolair Polda Papua Barat, meski tak bisa menjadi transportasi utama, karena kapal tersebut kadang harus melakukan patroli.
“Harapannya, mudah-mudahan dari kami pemerintah dan juga teristimewa untuk Kepolisian yang sudah menyiapkan perahu sedikit lebih besar lagi untuk anak-anak ini,” harap orang tua siswa.
ADVERTISEMENT