Slenderman, Sosok di Balik Remaja yang Membunuh Bocah di Jakpus

7 Maret 2020 18:21 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakapolres Metro Jakarta Pusat, AKBP. Susatyo P. Condro (kanan) menunjukkan goresan yang dibuat remaja pembunuh bocah di Jakarta Pusat. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakapolres Metro Jakarta Pusat, AKBP. Susatyo P. Condro (kanan) menunjukkan goresan yang dibuat remaja pembunuh bocah di Jakarta Pusat. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Lemari baju itu menjadi saksi bisu dari pembunuhan yang dilakukan NF (15) kepada A (5). Selama satu malam, jenazah A disembunyikan di lemari tersebut.
ADVERTISEMENT
NF tega membunuh bocah tak berdosa itu dengan cara membenamkannya ke bak mandi.
Pembunuhan itu terjadi pada Kamis (5/3) sekitar pukul 16.00 WIB di rumah pelaku. Hubungan NF dan A tak lain merupakan tetangga yang sudah saling mengenal.
Hasil goresan tangan remaja 15 tahun pelaku pembunuhan bocah, di Jakarta Pusat. Foto: Ricky Febrian/kumparan
Pada Jumat (6/3), NF menyerahkan diri ke polisi. Di kamar NF, terdapat sejumlah gambar dan catatan harian yang dibuat olehnya. Yang cukup menarik perhatian adalah sosok manusia tanpa wajah dan mengenakan setelan jas hitam.
Aksi keji yang dilakukan NF itu diduga terinspirasi dari sosok Slenderman.
"Slenderman ini dia punya favoritnya. Favoritnya lah, kisah tentang remaja penculikan anak-anak, pembunuhan," kata Yusri Yunus, Kabid Humas Polda Metro Jaya, saat jumpa pers di Mapolres Metro Jakarta Pusat, Sabtu (7/3).
ADVERTISEMENT
Lantas, apa itu sebenarnya Slenderman?
Slenderman pada awalnya merupakan karakter fiksi dari forum internet Something Awful. Dilansir Techcrunch, sosok Slenderman lahir di tangan pengguna internet bernama Eric Knudsen pada 8 Juni 2009.
Kala itu, ada sebuah utas berjudul ‘Create Paranormal Images’. Utas itu merupakan kontes photoshop yang bisa diikuti orang-orang di forum tersebut. Knudsen pun tertarik. Ia mengunggah dua foto hitam putih yang tampak begitu menyeramkan.
Wakapolres Metro Jakarta Pusat, AKBP. Susatyo P. Condro menunjukkan goresan yang dibuat remaja pembunuh bocah di Jakarta Pusat. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Salah satu foto menunjukkan sosok misterius tanpa wajah, berbadan tinggi, serta menggunakan jas, yang berbaur dengan sejumlah anak-anak di taman bermain. Sosok tersebut seperti sedang mengawasi anak-anak tersebut dari belakang.
ADVERTISEMENT
Dalam foto lainnya, sosok itu terlihat berdiri di samping pohon. Latar lokasinya seperti berada di taman bermain. Foto ini tampak lebih menyeramkan. Sosok misterius itu begitu kontras dengan keceriaan anak-anak yang tengah bermain.
Menurut Knudsen, gambar menyeramkan itu terinspirasi dari karya-karya novelis horror H.P. Lovecraft, Stephen King, hingga karakter “Tall Man” dari film Phantasm (1979). Gambar hasil imajinasinya itu pun begitu populer di komunitas internet.
ADVERTISEMENT
Kisah seram Slenderman lalu menjadi urban legend di dunia maya. Kisahnya malang melintang dan bebas dimodifikasi. Meski satu hal yang pasti, Slenderman seringkali dikenal sebagai tanpa wajah yang ‘suka’ dengan anak-anak. Warganet percaya bahwa Slenderman adalah iblis pertama yang lahir di dunia maya.
Seiring berjalannya waktu, kepopuleran Slenderman itu menghasilkan kisah tragis di dunia nyata. Ada sejumlah kasus kematian yang diduga dipicu oleh viralnya Slenderman di internet. Kisah tragis pertama terjadi pada 31 Mei 2014 di Waukesha, Wisconsin, AS.
Kala itu, dua gadis berusia 12 tahun bernama Morgan Geyser dan Anissa Weir menikam seorang temannya sebanyak 19 kali. Dilansir Hollywoodlife, keduanya mengaku kepada polisi bahwa aksi penikaman itu sebagai rencana ‘stabby, stab, stab’. Beruntung, korban berhasil diselamatkan setelah ditemukan dalam sekarat.
ADVERTISEMENT
Dalam keterangannya kepada polisi, dua gadis itu menjelaskan bahwa rencana ‘stabby, stab, stab’ merupakan pengorbanan bagi figur Slender Man. Rencana itu bahkan sudah disusun sejak Desember 2013. Bagi keduanya, Slenderman adalah sosok mitologis favorit yang mereka puja.
“Saya merasa tak menyesal,” kata Morgan Geyser.
Kabar tak sedap tentang Slenderman itu pun didengar pencipta Slenderman, Knudsen. Dalam sebuah kesempatan, Knudsen mengaku menyesal dengan kejadian berdarah tersebut.
"Saya sangat sedih dengan tragedi di Wisconsin dan hati saya tertuju pada keluarga mereka yang terkena dampak tindakan mengerikan ini," kata Eric Knudsen.
Kasus di Wisconsin itu bukan satu-satunya peristiwa berdarah akibat tokoh Slenderman. Diberitakan Mirror (23/2/2019), Aaron Campbell (16) tega memperkosa dan membunuh gadis berusia enam tahun bernama Alesha MacPhail pada 2 Juli 2018.
ADVERTISEMENT
Pemuda asal Skotlandia itu sengaja menculik Alesha untuk disiksa. Jenazah Alesha kemudian ditemukan dengan 100 luka tusukan di sebuah hutan. Berdasarkan penuturannya, Campbell mengaku terinspirasi dengan video game Slenderman.
“Saya satu-satunya orang yang akan berlari kepada (Slenderman), tidak jauh darinya,” kaya Campbell
Jadi Film Layar Lebar
Setelah menjadi cerita yang fenomenal di internet, Slenderman sempat diadaptasi menjadi sebuah video game di PC. Game berjudul Slender: The Eight Pages itu dirilis pada 26 Juni 2012.
Empat tahun kemudian, Slendermen diangkat ke layar lebar dengan judul ‘Slender Man’. Film itu digarap oleh Sylvain. Di Indonesia, film itu dirilis pada 10 Agustus 2018.
Film yang didistribusikan oleh Sony Pictures ini berlatar di Massachusetts, Amerika Serikat. Di sana, terdapat empat orang remaja yang suka berkumpul bersama. Mereka adalah Wren (Joey King), Hallie (Julia Goldani Telles), Chloe (Jaz Sinclair), dan Katie (Annalise Basso).
ADVERTISEMENT
Saat sedang berkumpul di sebuah rumah, mereka mulai membicarakan tentang Slenderman. Tak hanya itu, mereka juga tertarik untuk memanggil makhluk tersebut. Salah satu di antara mereka pun mulai mencari tahu cara untuk mendatangkan Slenderman.
Pencarian mereka membuahkan hasil. Keempatnya menemukan sebuah video di internet yang dipercaya bisa memanggil sosok yang suka menculik anak-anak itu. Setelah mereka memutuskan untuk menonton video tersebut, kejanggalan demi kejanggalan pun mulai terjadi.
Pada situs IMDB, film itu hanya mendapat angka 3,2 dari 10. Film berdurasi 1 jam 31 menit itu meraup keuntungan USD 51,7 juta.