Sosok Dadang, Tulang Punggung Keluarga yang Tewas Dalam Ledakan Smelter Morowali

28 Desember 2023 17:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dadang Mudassir karyawan yang menjadi korban tewas ledakan smelter di Morowali pada Minggu (24/12/2023). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Dadang Mudassir karyawan yang menjadi korban tewas ledakan smelter di Morowali pada Minggu (24/12/2023). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ledakan tungku smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) yang berada di area PT IMIP Morowali pada Minggu (24/12) menewaskan 19 orang. Salah satunya Dadang Mudassir, pemuda asal Desa Bontobulaeng, Kecamatan Bulukumba, Kabupaten Bulukumba, Sulsel.
ADVERTISEMENT
Pria berusia 29 tahun itu menjadi bagian dari PT ITSS sejak tahun 2017 lalu. Pada 2021 Dadang dipercaya dalam jabatan baru sebagai pengawas mekanik umum di PT IMIP. Jabatan itu masih ia emban saat ledakan terjadi.
Lantas bagaimana sosok Dadang?
Dadang Mudassir merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Selama ini, Dadang dikenal sebagai anak mandiri dan pekerja keras.
Sebab sejak lulus SMP, Dadang sudah mulai berpisah dengan ayah dan ibunya. Dia memilih tinggal bersama neneknya di Kabupaten Sinjai dan melanjutkan SMK di sana.
Setelah lulus SMK, Dadang berkuliah di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar. Ia mengambil jurusan akuntansi.
"Sejak lulus SMP sudah tidak tinggal di sini, dia sekolah di SMK Sinjai tinggal bersama neneknya di sana. Waktu kuliah juga langsung ke Makassar. Selama ini memang dia mandiri," kata ibu Dadang, Daya (53 tahun) saat ditemui di rumahnya, Kamis (28/12).
ADVERTISEMENT
Dadang disebut-sebut anak berprestasi. Mulai dia duduk di bangku sekolah hingga di universitas. Hal itu dibuktikan dengan selesai kuliah tepat waktu dengan IPK yang sangat memuaskan.
Suasana di pabrik PT ITSS usai kebakaran tungku smelter No. 41 di Morowali, Minggu (24/12/2023). Foto: PT ITSS
Setelah menyandang sarjana, Dadang kemudian berangkat ke Morowali. Dia melamar pekerjaan di PT IMIP dan dinyatakan lulus. Sejak itu, Dadang kemudian menjadi tulang punggung keluarganya di kampung.
Sebab, ayah dan ibu Dadang hanya kerja serabutan sebagai petani garapan.
"Dadang selama ini yang bantu-bantu saya. Hampir setiap bulan dia menyisihkan gajinya untuk kami di sini," katanya.

Bangun Usaha Indekos di Morowali

Meski penghasilannya diberikan kepada orang tua di kampung, Dadang ternyata juga merintis bisnis di tempat perantauannya itu. Dia mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membeli lahan dan membangun indekos.
ADVERTISEMENT
"Ada usahanya di Morowali. Jadi dia itu beli lahan dan bangun kos-kosan. Jadi ada penghasilan lain. Bukan hanya gaji di perusahaan," bebernya.
Meski sudah mapan dan usianya sudah matang, Dadang belum mau menikah. Dia mengaku akan terlebih dahulu mengembangkan usaha kosnya dan merenovasi rumah orang tuanya.
"Katanya dia mau menikah kalau sudah beres semua urusannya termasuk kos-kosan dan dia mau renovasi dulu ini rumah," ungkap Daya.
Namun takdir berkata lain, ternyata kepergiannya lebih cepat dari yang diharapkan. Ledakan tungku smelter PT ITSS merenggut nyawanya. Dadang gugur di tengah usaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Daya masih bersedih atas kepergian Dadan. Meski begitu ia berusaha untuk menerima semuanya dengan bijak. "Allah lebih sayang sama Dadang," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain ibu, Dadang juga meninggalkan ayahnya bernama Jamaluddin, yang usianya kini 60 tahun, dan adik laki-laki bernama Darwin Tamsil yang juga telah beranjak dewasa.
Adik Dadang, Darwin, yang kini berusia 24 tahun masih mencari arah untuk bekerja seperti Dadang di Morowali atau mencari jalur pekerjaan yang berbeda.
"Saya belum tahu bagaimana ke depannya, jujur saya masih terpukul dengan kejadian ini. Tapi ini sudah jalannya semoga almarhum tenang di sana," singkat Darwin secara terpisah.
Dadang Mudassir meninggal pada Minggu (24/12). Jenazahnya dibawa dan sampai ke rumah duka di Bulukumba pada Senin (25/12) siang. Pada hari itu juga, jenazah Dadang langsung dimakamkan di tempat pemakaman keluarga, dekat rumahnya.
Dalam peristiwa itu, dilaporkan sebanyak 59 orang pekerja menjadi korban. Per hari ini, Kamis (28/12), dilaporkan yang meninggal dunia telah mencapai 19 orang. Sisanya, masih dalam perawatan intensif di RSUD Morowali.
ADVERTISEMENT