Sosok Imran Khan, Eks PM Pakistan yang Semakin Terpojokkan dari Politik

4 November 2022 16:07 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan. Foto: AFP/ADEM ALTAN
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan. Foto: AFP/ADEM ALTAN
ADVERTISEMENT
Eks Perdana Menteri Pakistan yang digulingkan dari jabatannya pada April lalu, Imran Khan, sedang berupaya untuk mengembalikan kekuasaan dengan menggelar berbagai aksi demo dan ‘long march’.
ADVERTISEMENT
Ia menuntut diselenggarakannya pemilu dini usai ia membubarkan parlemen pada awal April lalu. Keputusan itu dilakukan menjelang pemungutan suara pada mosi tidak percaya, yang telah diprediksi akan mengalahkan Khan.
Sejak itu, Khan secara rutin mengajak suporternya untuk menggelar demo menentang pemerintah dengan tujuan agar pemilu dini digelar dan ia dapat mencalonkan kembali sebagai PM.
Tetapi, baru-baru ini, peristiwa nahas baru saja menimpa Khan. Ia tertembak di kaki saat rombongan anti-pemerintahnya sedang berkonvoi, pada Kamis (3/11) di Kota Wazirabad.
Selain Khan, beberapa pendukungnya dari partai yang ia pimpin, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), juga mengalami luka-luka serta menelan satu orang korban jiwa.
Pendukung Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, ketua partai politik Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), mengibarkan bendera saat mereka menghadiri rapat umum di Islamabad, Pakistan, Minggu (27/3/2022). Foto: Akhtar Soomro/REUTERS
Sebelum kejadian ini, Khan juga telah beberapa kali mengorganisir konvoi demo lainnya di ibu kota Islamabad – baik itu dalam skala kecil atau besar.
ADVERTISEMENT
Misalnya, Khan pada Selasa (25/10) pekan lalu mengajak para suporternya untuk melakukan ‘long march’, yakni konvoi dengan berjalan kaki hingga ratusan kilometer.
Khan mengajak rombongannya berjalan kaki dari kota kelahirannya di Lahore, menuju Islamabad yang berjarak sekitar 380 km. Tindakan ini tak lepas dari semakin tersudutkannya posisi Khan dalam politik Pakistan.
Sebelumnya, pada Jumat (21/10) ia dicopot dari keanggotaan parlemen Pakistan akibat tuduhan korupsi dan penyelewengan kekuasaan.
Pengadilan tertinggi Pakistan menyatakan Khan bersalah karena secara ilegal menjual hadiah pemberian dari negara asing senilai Rp 9,8 miliar.
Namun, ini bukan satu-satunya pelanggaran yang dilakukan oleh pria yang telah menjabat sebagai PM sejak 2018 itu. Apa saja pelanggaran lainnya? Bagaimana rekam jejaknya di ranah politik Pakistan?
ADVERTISEMENT

Sosok Imran Khan

Imran Khan lahir di Kota Lahore, 5 Oktober 1952 dari keluarga Pakistan yang kaya. Sejak kecil, ia telah diberikan pendidikan dari sekolah-sekolah elite, seperti Royal Grammar School di Worcester, dan Aitchison College di Lahore. Ia lalu melanjutkan kuliah jurusan Ekonomi di Universitas Oxford, Inggris.
Ia tumbuh dari keluarga yang sebagian besar terdiri dari atlet-atlet ternama Pakistan. Begitu pula dengan Khan, ia sempat menjadi atlet kriket populer tahun 1980 hingga 1990-an.
Puncak karier olahraganya terjadi pada 1992, ketika ia menjadi kapten dan tim kriket Pakistan meraih gelar Piala Dunia, mengalahkan Inggris di babak final. Kemudian di tahun yang sama, ia memutuskan untuk pensiun.
Imran Khan (tengah) Foto: National Assembly Handout via REUTERS
Setelah pensiun dari kariernya sebagai atlet, ia mengubah persona publiknya sebagai filantropis. Contoh, ia menggalang dana untuk Rumah Sakit Kanker Memorial Shaukat Khanum. Rumah sakit tersebut dinamai mengikuti ibunda Khan yang meninggal karena kanker.
ADVERTISEMENT
Kemudian, ia mulai tertarik terhadap politik. Ia muncul sebagai kritikus pemerintah, seringkali bersuara untuk mengecam pemerintahan di Pakistan yang dianggapnya korupsi. Ia juga mendirikan partai politiknya sendiri, PTI di tahun 1996.
Sayangnya, publik yang telanjur mengenalnya sebagai atlet tampan tersebut tidak menganggap pesan politiknya dengan serius. Setahun setelah pembentukan partai, PTI hanya dapat memenangkan kurang dari 1 persen suara dan gagal memenangkan kursi di Majelis Nasional.
Mantan perdana menteri Pakistan Imran Khan memberi isyarat selama konvensi pengacara di Lahore, Pakistan, pada 21 September 2022. Foto: Arif ALI/AFP
Tetapi, Khan tidak menyerah. Pada 2002, ia akhirnya berhasil memenangkan satu kursi. Sebagai seorang politisi, ia melukiskan dirinya sebagai seorang reformis yang menawarkan alternatif dari dinasti politik di Pakistan.
Ambisi ini keseringan menjadi target cemooh publik yang merasa bahwa Khan tidak memiliki kualifikasi apa pun yang membuatnya pantas memimpin.
ADVERTISEMENT

Rekam Jejak Politik

Sejak PTI didirikan, partai sentris ini harus selalu berjuang dalam mengumpulkan suara dan sering kali kalah eksis. Tetapi, akhirnya sejak 2008 perjuangan mereka mulai dilirik dan membuahkan hasil, terutama di kalangan generasi muda Pakistan.
Khan dengan giat menyebarkan pesannya untuk melawan korupsi, ketidaksetaraan ekonomi di Pakistan, dan kerja sama dengan Amerika Serikat dalam memerangi terorisme di perbatasan Afghanistan.
Mohammed Bin Salman (kanan) bertemu Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan (kiri), di Rawalpindi, Pakistan. Foto: Press Information Department (PID)/Handout via REUTERS
Ia juga meluncurkan kampanye untuk melawan elite-elite politik dan ekonomi di Pakistan, yang ia tuduh 'terlalu Barat' dan tidak berhubungan dengan norma-norma agama dan budaya Pakistan.
Khan terkenal dengan prinsip kontra-Amerikanya, yang merupakan salah satu faktor penyokong reputasinya di kalangan masyarakat.
Kemudian sebuah survei yang dirilis pada 2012 menunjukkan, Khan menjadi salah satu tokoh politik terpopuler di Pakistan. Ia juga disebut-sebut memperoleh dukungan militer untuk mempertahankan popularitasnya itu.
ADVERTISEMENT
Di periode ini, sosok playboy internasional tersebut telah mengubah identitasnya menjadi pemeluk Islam yang taat. Pada 2018, ia menikah untuk ketiga kalinya dengan Bushra Bibi, penasihat spiritualnya, setelah sebelumnya cerai sebanyak dua kali.
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan. Foto: AFP/AAMIR QURESHI
Dan setelah memenangkan dukungan dari para pemimpin militernya, Khan akhirnya dilantik sebagai perdana menteri pada 2018. Oposisi PTI mengatakan Khan telah menggunakan manipulasi dari militer untuk memenangkan pemilihan umum tersebut, yang lantas dibantah oleh kedua pihak tertuduh.
Selama memimpin sebagai PM, Khan mulai merombak total sistem pemerintahan Pakistan — dimulai dari membuat kebijakan luar negeri yang baru, Di bawah kepemimpinan Khan, pemerintahan Islamabad semakin menjauhkan diri dari Amerika Serikat dan sebaliknya, semakin dekat ke Rusia dan China.
ADVERTISEMENT

Pelanggaran Lain

Namun, perjalanannya sebagai perdana menteri tidak semulus yang diharapkan.
Hanya beberapa minggu setelah diangkat sebagai perdana menteri, Amerika Serikat menahan USD 300 juta (Rp 5 triliun) dalam bantuan militer yang telah dijanjikan, dengan mengatakan bahwa Pakistan telah gagal membendung terorisme.
Meskipun ekonomi Pakistan mengalami pertumbuhan, impor dan komitmen uang dari sebelum masa jabatannya telah meroket dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC).
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, melakukan ibadah umrah di Arab Saudi. Foto: Saudi Press Agency
Wabah COVID-19 membawa petaka tambahan. Khan dianggap kurang gesit dalam mengaktifkan lockdown, terlebih jika dibandingkan oleh partai oposisi, yang menjadi pemerintah di Provinsi Sindh.
Sementara itu, Khan terus menghadapi tantangan-tantangan tak berujung yang diakibatkan kedekatannya dengan militer Pakistan, sikap kerasnya terhadap kelompok-kelompok militan, dan keadaan ekonomi yang rapuh.
ADVERTISEMENT
Pada akhir 2020, partai-partai oposisi utama membentuk Gerakan Rakyat Demokratik (PDM), yang bertujuan untuk meningkatkan independensi pemerintah sipil dari pembentukan militer. PDM memprotes Khan dengan keras, menuduhnya sebagai boneka tentara dan mendesaknya untuk mundur.
Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan muncul di pengadilan untuk memperpanjang jaminan pra-penangkapan, di Islamabad, Pakistan 1 September 2022. Foto: Waseem Khan/REUTERS
Kemudian, pada akhir 2021, Khan kehilangan suporter terpentingnya: militer negara. Setelah perselisihan pendapat, dan kegagalan Khan untuk membujuk petinggi-petinggi tentara, reputasi Khan mulai ambruk, bahkan di partainya sendiri.
Sejak itu pula, Khan menghadapi mosi tidak percaya dan Pakistan jatuh ke dalam krisis politik yang berkepanjangan.