Spekulasi di Balik Penangkapan dan Reshuffle Para Pangeran Arab Saudi

5 November 2017 17:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mohammed bin Salman (Foto: Reuters/Pavel Golovkin)
zoom-in-whitePerbesar
Mohammed bin Salman (Foto: Reuters/Pavel Golovkin)
ADVERTISEMENT
Berbagai spekulasi muncul atas penangkapan sebelas pangeran, empat menteri yang sedang menjabat, dan puluhan mantan menteri di Arab Saudi pada Sabtu (4/11) malam waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, penangkapan itu dilakukan oleh Komite Antikorupsi yang baru saja terbentuk di hari yang sama. Publik pun bertanya-tanya, terlibat korupsi apa puluhan orang itu, mengapa begitu cepat Komite Antikorupsi Saudi menangkap banyak orang, apakah benar ada bukti-bukti korupsi pada mereka, ataukah justru ada akal bulus di balik aksi penangkapan besar-besaran itu.
Komite Antikorupsi sendiri terbentuk secara sah berdasarkan Dekrit Kerajaan yang dikeluarkan pada hari Sabtu itu. Saat mengeluarkan dekrit, Raja Salman bin Abdulaziz mengatakan bahwa pembentukan komite bertujuan untuk menghapus tingginya masalah korupsi di Negeri Minyak itu.
Komite Antikorupsi ini dipimpin langsung oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS). Sebelumnya MbS pernah mengatakan, ia semakin khawatir terhadap masalah korupsi di negerinya.
Raja Salman (Foto: Reuters/Jonathan Ernst)
zoom-in-whitePerbesar
Raja Salman (Foto: Reuters/Jonathan Ernst)
Di samping adanya klaim tujuan mulia, yakni memberantas korupsi di Saudi, ada pula dugaan bahwa penangkapan besar-besaran itu merupakan upaya untuk mengonsolidasi kekuatan sang Putra Mahkota demi memuluskan jalannya untuk menjadi Raja selanjutnya.
ADVERTISEMENT
MbS merupakan anak kesayangan Raja Salman. Ia diangkat menjadi Menteri Pertahanan Kerajaan Arab Saudi pada 21 Januari 2015, setelah sang ayah naik takhta jadi raja. Dua tahun kemudian, pada 21 Juni 2017, ia diangkat menjadi Putera Mahkota menggantikan Muhammad bin Nayef yang dilucuti dari semua jabatan pemerintahan.
Sejak memperoleh berbagai jabatan tinggi tersebut, millenial pertama yang menjadi Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi itu pun mulai memiliki suara dominan dalam mempengaruhi kebijakan-kebijakan militer, luar negeri, ekonomi, dan sosial negaranya.
Hal inilah yang kemudian menimbulkan gunjingan ketidakpuasan di dalam keluarga kerajaan. Sebabnya, lelaki 32 tahun itu dianggap telah mengumpulkan terlalu banyak kekuatan pribadi di usia yang masih sangat muda.
Mohammed bin Salman dan anggota Kerajaan Saudi. (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Mohammed bin Salman dan anggota Kerajaan Saudi. (Foto: Reuters)
MbS yang selama ini dikenal sebagai penasihat khusus Raja Salman semakin memiliki kekuatan besar dengan kewenangannya sebagai Ketua Komite Antikorupsi. Komite itu, dilansir Al Arabiya, memiliki kuasa untuk menyelidiki, menangkap, melarang melakukan perjalanan, ataupun membekukan aset siapa pun yang dianggap korup.
ADVERTISEMENT
New York Times melansir, bandar udara pesawat pribadi di Saudi telah ditutup. Penutupan itu menimbulkan spekulasi bahwa sang Putra Mahkota tengah berusaha untuk menghalangi orang-orang yang mungkin melarikan diri. Ia diprediksi akan melakukan penangkapan lebih banyak lagi.
Tak hanya bandara untuk pesawat pribadi, disebutkan pula adanya pengamanan dan evakuasi di Hotel Ritz Carlton di Riyadh sehingga menimbulkan spekulasi bahwa hotel itulah yang digunakan sebagai tempat penahanan para pangeran dan menteri yang ditangkap pada Sabtu malam itu.
Melihat kekuasaan dan kebijakan yang diambil MbS, sebagian pihak menilai dia orang yang kurang ajar, haus kekuasaan, dan tidak berpengalaman. Mereka membencinya karena Putra Mahkota itu mampu melewati saudara-saudaranya yang lebih tua dan memusatkan begitu banyak kekuatan hanya di satu cabang keluarga.
ADVERTISEMENT
Desas-desus bahwa Raja Salman sedang memuluskan jalan MbS untuk menjadi pemegang takhta kerajaan selanjutnya pun semakin santer terdengar. Pasalnya, selain adanya penangkapan besar-besaran oleh Komite Antikorupsi, pada hari yang sama Raja Salman juga melakukan reshuffle pada beberapa pos kekuasaan.
Yang paling disorot antara lain adalah pergantian Menteri Garda Nasional dari Pangeran Miteb bin Abdullah ke Pangeran Khaled bin Ayyaf. Menteri Garda Nasional adalah jabatan strategis yang berwenang mengendalikan pasukan militer darat, laut, dan udara di Saudi. Dalam urusan administrastif, Menteri Garda Nasional bertanggung jawab langsung kepada Raja.
Di luar jabatan strategis itu, Miteb bin Abdullah sendiri merupakan anak kandung Raja Abdullah, kakak sekaligus pendahulu Raja Salman.
ADVERTISEMENT
Raja Abdullah sempat memimpin Kerajaan Arab Saudi pada 2005-2015. Sementara putranya, Miteb, sempat digadang-gadang akan menjadi penerus takhta kerajaan setelah Raja Salman.
Raja Abdullah  (Foto: Dok. Wikimedia)
zoom-in-whitePerbesar
Raja Abdullah (Foto: Dok. Wikimedia)
Dengan dicopotnya Miteb dari jabatan Menteri Garda Nasional, kemungkinan adanya kudeta terhadap pemerintahan Raja Salman pun semakin minim.
MbS yang menjabat sebagai Putra Mahkota sekaligus Menteri Pertahanan Saudi --ditambah lagi sejak kemarin mulai menjabat Ketua Komite Antikorupsi-- pun semakin memiliki kekuatan besar. Dengan kekuasaan yang dimilikinya itu, ia dapat dengan mudah menyingkirkan ancaman-acaman mereka yang hendak merebut takhta kerajaan dari tangan ayahandanya dan dirinya.