Sri Mulyani Sebut Pilpres Picu ASN Kemenkeu Intoleran dan Eksklusif

22 Desember 2019 17:15 WIB
comment
46
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers penyelundupan di pesawat Garuda Indonesia. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers penyelundupan di pesawat Garuda Indonesia. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui politik identitas yang digunakan dalam kontestasi Pilpres 2019 berdampak pada pegawainya di Kemenkeu. Ia mengatakan, politik identitas saat pilpres menyebabkan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan tersebut Kemenkeu terkotak-kotak.
ADVERTISEMENT
"Kemarin karena salah satu kontestasi itu menggunakan politik identitas. Ini menyebabkan banyak sekali rembesan kepada para birokrat kita. Meskipun ASN kita seharusnya netral, tapi mereka punya aspirasi politik, itu satu," kata Sri saat menjadi pembicara dalam seminar nasional "Perempuan Hebat untuk Indonesia Maju" di ballroom The Ritz-Carlton Jakarta, Minggu (22/12).
Selain itu, menurut Sri, topik yang biasanya menjadi lingkup tugas Kemenkeu juga menjadi pembahasan hangat selama pilpres. Misalnya, pajak, utang, dan belanja infrastruktur. Bahkan isu-isu ini menjadi bagian dalam debat Pilpres.
Sri menilai ASN Kemenkeu mau tidak mau terpengaruh dengan perdebatan politik hangat soal isu-isu tadi selama pilpres.
"Di Kemenkeu topik-topik yang dikelola Kementerian Keuangan itu juga kebetulan juga menjadi topik-topik politik yang penting. Mengenai pajak, mengenai utang, mengenai belanja, mengenai pembelanjaan infrastruktur, apakah prudent atau tidak prudent, ini masuk di dalam debat politik. Jadi perhatian masyarakat juga semakin besar," kata Sri.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan ceramah kepada calon ASN Kementerian Keuangan. Foto: Helmi Afandi Abdullah
Sri menjelaskan di saat yang sama terjadi eksklusivitas di kalangan ASN Kemenkeu dalam menjalankan ibadah mereka. Hal ini juga dipengaruhi oleh politik identitas saat pilpres. Eksklusivitas ini bercampur dengan ketegangan akibat perbedaan politik tadi.
ADVERTISEMENT
"Ini menyebabkan ketegangan karena kemudian muncullah bahwa oh yang kelompok ini tidak bergaul dengan kelompok lainnya. Sehingga kita menghadapi persoalan bagaimana Kemenkeu bisa bersinergi kalau muncul kotak-kotak tadi," kata Sri.
Lebih jauh, Sri mengatakan perilaku dan kondisi tersebut memunculkan intoleransi. Karena mereka yang telah terkelompok hanya bersosialisasi dengan kelompoknya yang sejenis. Sehingga tidak peka dengan perbedaan yang ada.
"Karena kalau mereka biasanya sudah berkelompok hanya dengan kelompok yang sama. Cara berbaju bersama, meraka beribadahnya sama, pergi ke pengajiannya sama, atau ke gerejanya sama. Mereka menjadi tidak peka terhadap perbedaan," kata Sri.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan ceramah kepada calon ASN Kementerian Keuangan. Foto: Helmi Afandi Abdullah
"Karena mereka hanya satu jenis saja cenderung homogen sehingga mereka tidak toleran," lanjut dia.
Sri mengatakan, sikap intoleran ini bisa berakibat negatif. Jika terus menerus dipupuk, maka sikap intoleran dan eksklusif bisa membuat seseorang menjadi radikal. Perilaku inilah yang harus dihindari.
ADVERTISEMENT
"Kalau semakin tidak toleran lama-lama eksklusif intoleran dan paling ujung menjadi radikal. Dia merasa comfortable," kata Sri.