Sri Sultan soal Mutasi Corona D614G Ditemukan di DIY: Patuhi Protokol Kesehatan

31 Agustus 2020 23:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Para ahli menyebut mutasi virus corona Sars-Cov-2 menjadi D614G telah ditemukan di Indonesia, salah satunya di DIY. Mutasi virus corona ini diduga kuat menular 10 kali lebih kuat dari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Terkait mutasi virus corona ini, Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, mengaku belum mendengar. Hanya saja, Raja Keraton Yogyakarta ini meminta masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan.
"Saya ndak tahu virusnya 16 (menjadi D614G), macam apa saja saya belum tahu. Tapi yang penting bagi saya bagaimana protokol kesehatan itu dijaga," kata Sri Sultan kepada wartawan di di Grhatama Pustaka, Bantul, Senin (31/8).
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
"Jadi itu sangat penting cuci tangan pakai masker jaga jarak yang penting itu saja," ujarnya.
Sri Sultan menjelaskan, obat untuk corona ini sebetulnya murah--cukup tinggal di rumah. Hanya saja, banyak orang yang tidak betah berdiam diri saja di rumah.
"Tapi untuk tinggal di rumah do ra tahan terus jadi mahal. Dibandingkan flu tetap berobat, kalau corona ming nang omah meneng wae mangan, minum, turu (di rumah saja makan, minum, tidur) tapi tidak tahan sehingga tercemar itu karena tidak melaksanakan dengan baik yang namanya protokol kesehatan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Baginya, protokol kesehatan sangat penting. Namun, bukan berarti masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas seperti berdagang, misalnya. Sri Sultan mengamini setiap orang harus beraktivitas karena butuh makan.
"Mau dibuka pariwisata bagi saya boleh, tidak ada masalah, tapi bisa nggak, menerapkan protokol kesehatan dengan baik? Kalau nggak [bisa], ya, tak tutup, karena protokol kesehatan menentukan untuk tidak menyebar [virus] yang tidak bisa kita kontrol. Saya juga tidak pernah tutup pasar, mal ming tutup dewe mergo ra ana tamune (tapi tutup sendiri karena tidak ada tamunya)," pungkasnya.
Sebelumnya, Universitas Airlangga (Unair) menyebut, mutasi virus corona ditemukan di Indonesia, seperti Jawa Barat dan Jawa Timur. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Lembaga Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio, saat melakukan proses whole genome sequencing untuk membuat vaksin Merah Putih.
ADVERTISEMENT
"Terkait mutasi virus corona, pertama dapat dilaporkan dari 22 whole genome sequencing yang sudah di-submit seluruh institusi di Indonesia dari Surabaya, Bandung, Yogya, LIPI, dan Eijkman, ternyata ada 8 yang mengandung mutasi D614G dengan distribusinya di bulan Mei itu dilaporkan Unair," kata Amin dalam rapat dengan Komisi IX DPR, Senin (31/8).
"Kemudian yang 7 adalah belakangan dari Tangerang, Yogya, Bandung, dan Jakarta," sambungnya.
Mutasi D614G awalnya ditemukan di Eropa. Setelah kasus terus menular, tipe mutasi ini ditemukan di Malaysia hingga Indonesia. Namun, Eijkman menegaskan belum ada bukti ilmiah D614G bisa menular lebih cepat ke 10 orang, termasuk temuan infeksi yang lebih berat.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
ADVERTISEMENT
***