Status Darurat Dicabut, Militer Sudan Bebaskan Sebagian Tahanan Politik

31 Mei 2022 10:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga memasang barikade jalan dari batu dan ban saat kudeta militer di Khartoum, Sudan, Senin (25/10/2021). Foto: El Tayeb Siddig/ Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Warga memasang barikade jalan dari batu dan ban saat kudeta militer di Khartoum, Sudan, Senin (25/10/2021). Foto: El Tayeb Siddig/ Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pihak berwenang Sudan pada Senin (30/5/2022) dilaporkan telah membebaskan sebagian tahanan politiknya.
ADVERTISEMENT
Pembebasan itu dilakukan satu hari setelah penguasa militer Abdel Fattah al-Burhan pada Minggu (29/5/2022) mengumumkan pencabutan keadaan darurat. Kondisi darurat berlaku sejak kudeta pada Oktober 2021 lalu. Dia mengatakan langkah itu dimaksudkan untuk menciptakan suasana dialog.
"Pembebasan itu diberikan kepada 24 orang yang terlibat dalam gerakan protes anti-militer di Port Sudan serta 39 lainnya di dekat ibu kota Khartoum," kata komite pengacara darurat yang merupakan sebuah kelompok aktivis di Sudan.
Meski status keadaan darurat dicabut dan sejumlah tahanan telah bebas, masih ada puluhan orang lainnya yang masih ditahan.
"Sekitar 50 orang masih ditahan di penjara Soba Khartoum, dan 32 orang ditangkap setelah protes pada Sabtu (28/5/2022) ditahan oleh polisi," kata juru bicara kelompok pengacara tersebut, Samir Sheikh Idris.
ADVERTISEMENT
"Kami menuntut pembebasan segera semua yang ditangkap karena penangkapan mereka berada di bawah undang-undang darurat dan segera setelah dibatalkan tidak ada dasar hukum untuk penahanan mereka," kata Idris.
Pembebasan tahanan dilakukan menjelang kunjungan pakar hak asasi manusia PBB, Adama Dieng pada 1 Juni mendatang.

Protes Warga Menolak Politik Militer

Sejak upaya kudeta tujuh bulan lalu, protes massal yang menyerukan agar militer berhenti dari politik masih terus berlanjut.
Protes itu berupaya mengakhiri pengaturan pembagian kekuasaan militer-sipil yang terjadi setelah penggulingan Omar al-Bashir pada 2019.
Protes terbaru digelar pada Senin di kota Omdurman, di seberang Sungai Nil dari Khartoum. Pengunjuk rasa memblokir jalan utama dan jembatan serta membakar ban mobil.
Dokter yang terlibat dengan gerakan protes mengatakan 98 warga sipil telah dibunuh oleh pasukan keamanan dalam tindakan keras terhadap demonstrasi. Penguasa militer mengatakan mereka mengizinkan protes damai dan korban akan segera diselidiki.
ADVERTISEMENT
Penulis: Sekar Ayu.