Stok Avigan hingga Oseltamivir Aman tapi Ada Kendala Distribusi ke Warga

12 Juli 2021 16:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi avigan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi avigan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kebutuhan obat-obatan terkait terapi COVID-19 terus mengalami peningkatan permintaan. Namun beberapa waktu terakhir ini obat-obatan tersebut disebut mulai sulit ditemukan di pasaran.
ADVERTISEMENT
Terkait permasalahan tersebut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri memang mengalami hambatan dalam pendistribusian. Misalnya seperti oseltamivir, azithromycin, dan favipiravir.
"Untuk obat-obatan, memang dibahas di ratas bahwa semua obat-obatan di produksi dalam negeri seperti oseltamivir, azithromycin, dan favipiravir atau Avigan, harusnya tidak terlalu masalah. Memang ada sedikit di distribusi yang nanti akan kami selesaikan dengan perusahaan distributor farmasi," jelas Budi dalam keterangan pers virtual di YouTube Sekretariat Presiden, Senin (12/7).
Budi kemudian mengatakan bahwa pihaknya segera menyelesaikan permasalahan tersebut dengan meminta kepada pihak terkait pendistribusian obat untuk segera melepas stok. Tentu dengan harga yang relatif normal.
"Kita mengimbau agar mereka segera melepaskan stoknya ke masyarakat, apotek, rumah sakit, agar masyarakat bisa mendapatkan akses obat tersebut dengan harga yang wajar. Tidak dengan harga yang tinggi seperti sebelumnya," tambahnya.
Menkes RI Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers terkait kedatangan Vaksin COVID-19 Sinovac di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (12/7). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
Berbeda dengan obat-obatan produksi dalam negeri, obat-obatan seperti remdesivir dan juga actemra disebut mengalami kelangkaan lantaran Indonesia harus bersaing untuk mengamankan stok obat impor tersebut lantaran banyak negara yang juga mengincarnya.
ADVERTISEMENT
"Untuk obat-obatan yang impor seperti remdesivir dan actemra, memang di dunia rebutannya tinggi sekali seperti vaksin," ungkap Budi.
Walaupun demikian, ia mengatakan sebanyak 150 ribu vial remdesivir akan segera datang ke Indonesia secara bertahap. Sementara Actemra karena produksinya tidak terlalu banyak sehingga Indonesia hanya mendapat jatah sebanyak 3 ribuan obat.
"Remdesivir kita sudah mendapatkan jatah impor 150 ribu vial yang akan masuk bertahap mulai minggu ini. Actemra kita sudah dapat jatahnya sekitar 3 ribuan tapi juga jumlahnya lebih terbatas karena ini diproduksi oleh Roche di Swiss," pungkas Budi.