Strategi BPOM Kawal Jalur Distribusi Vaksin Sinovac

29 Januari 2021 18:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah petugas Brimob bersenjata mengawal distribusi vaksin corona Sinovac saat tiba di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Selasa (5/1).  Foto: FB Anggoro/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah petugas Brimob bersenjata mengawal distribusi vaksin corona Sinovac saat tiba di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Selasa (5/1). Foto: FB Anggoro/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
BPOM RI terus melakukan pengawasan terhadap distribusi vaksin Sinovac ke seluruh wilayah Indonesia. BPOM sebelumnya sudah mengeluarkan izin penggunaan darurat atau EUA sehingga vaksinasi mulai berjalan sejak kick off pada 13 Januari 2021.
ADVERTISEMENT
Pengawasan dilakukan sejak bahan baku vaksin diproduksi di PT Bio Farma lalu didistribusikan ke pemerintah provinsi hingga ke fasilitas layanan kesehatan di tingkat kabupaten/kota.
Infografik syarat penderita hipertensi dan diabetes bisa divaksin. Foto: kumparan
Kepala BPOM RI Penny K. Lukito mengatakan BPOM ada di setiap titik distribusi vaksinasi. Hal itu demi memastikan mutu dan khasiat vaksin yang diberikan ke masyarakat sesuai standar.
"Kami dengan UPT Balai POM yang ada di seluruh wilayah Indonesia, sebelum pelaksanaan vaksin sudah dilakukan asesmen atau kesiapan dari masing-masing tempat fasilitas penyimpanan yang dikaitkan dengan standar yang berlaku," kata Penny dalam jumpa pers virtual di Kantor Bio Farma, Kota Bandung, Jumat (29/1).
Konpers BPOM di Bio Farma. Foto: Dok. Istimewa
Asesmen dilakukan untuk memastikan fasilitas tempat penyimpanan vaksin sesuai ketentuan yakni memiliki suhu 2 sampai 8 derajat Celsius hingga memiliki cadangan energi yang memadai. Jika dinilai belum memenuhi ketentuan, BPOM akan memberi masukan agar diperbaiki.
ADVERTISEMENT
"Distribusi obat yang baik tentunya ada ketentuan berkaitan dengan SDM yang harus dipenuhi, fasilitas dan bangunan yang memenuhi standar temperatur 2-8 derajat Celsius untuk vaksin Sinovac ini dan juga kesiapan instrumen atau back up untuk energi," ucap Penny.
Petugas medis memeriksa alat pendingin vaksin COVID-19 di ruang menyimpanan vaksin, Puskesmas Cipanas, Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (1/12/2020). Foto: Candra Yanuarsyah/ANTARA FOTO
"Itu kan membutuhkan back up genset dan sebagainya, itu sudah kita lakukan penilaian di seluruh instalasi farmasi provinsi dan kota atau kabupaten. Seluruh kota dan kabupaten tentunya oleh seluruh Balai POM seluruh Indonesia," lanjut dia.
Penny kemudian memberikan contoh di wilayah Soreang, Kabupaten Bandung. Di sana, dia menilai masukan BPOM sudah dilaksanakan seperti disediakannya genset sebagai cadangan energi hingga alat mengecek temperatur.
Terakhir, BPOM juga meminta pemerintah daerah setempat agar ikut bertanggung jawab atas kondisi penyimpanan vaksin.
ADVERTISEMENT
"Tadi mencoba cek ke Kabupaten Bandung di Soreang, kita melihat juga sampai ke salah satu puskesmasnya, alhamdulillah saya melihat koreksi yang diberikan sebelumnya terkait dengan ketersediaan genset, adanya alat untuk mengecek indikator temperatur itu sudah ada perbaikan," ungkap Penny.