Studi: Mobilitas di Luar Rumah Dikurangi, Kasus dan Kematian Corona Turun

20 Oktober 2020 18:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menggunakan masker saat berbelanja di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat, Senin (6/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
zoom-in-whitePerbesar
Warga menggunakan masker saat berbelanja di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat, Senin (6/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
ADVERTISEMENT
Penularan virus corona di berbagai negara masih cukup masih, tak terkecuali Indonesia. Salah satu yang selalu ditekankan pemerintah adalah meminta masyarakat mengurangi mobilitasnya di luar rumah, dan patuhi protokol kesehatan 3M.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan berbagai studi yang dikeluarkan peneliti di sejumlah negara, terungkap bahwa dengan mengurangi mobilitas di dalam kota bisa menurunkan pertambahan kasus corona dan kematian.
Salah satu studi yang dipaparkan oleh juru bicara Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, berasal dari penelitian di China. Penelitian ini dibuat oleh Ying Zhou dkk dengan judul "Effects of human mobility restrictions on the spread of COVID-19 di Shenzen, China: a modelling study using mobile phone data".
Prof. Wiku Adisasmito. Foto: Dok. BNPB
"Ternyata bahwa pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 20 persen, dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 33 persen dan menunda kemunculan puncak kasus selama 2 minggu. Ini hal yang penting," ujar Wiku di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/10).
ADVERTISEMENT
Dalam studi tersebut, semakin tinggi mengurangi mobilitas, maka pertumbuhan kasus dan kematian akibat COVID-19 semakin turun. Misalnya, dengan menurunkan mobilitas dalam kota sebanyak 40 persen, maka dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 6 persen dan menunda puncak kasus selama 4 minggu.
"Bahkan pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 60 persen dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 91 persen. Dan menunda kemunculan puncak kasus selama 14 minggu," tuturnya.

Bagaimana dengan penurunan kasus corona dengan mengurangi mobilitas di tempat-tempat umum?

Pengunjung berjalan di kawasan Mal Margocity pada hari pertama pembukaan kembali pusat perbelanjaan di Depok, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Studi lain dipaparkan Wiku dibuat oleh Yilmazkuday (2020) dengan judul 'Stay at home, world to fight against COVID-19: international evidence from Google mobility data". Studi ini dibuat berdasarkan penelitian dari 130 negara.
"Satu persen peningkatan masyarakat yang berdiam di dalam rumah akan mengurangi 70 kasus dan 7 kematian mingguan. Satu persen pengurangan mobilitas masyarakat dengan transportasi umum di terminal, bandara, atau stasiun akan kurangi 33 kasus dan 4 kematian mingguan," papar Wiku.
ADVERTISEMENT
Begitu juga jika satu persen populasi masyarakat mengurangi kunjungan ke retail atau tempat wisata, maka dapat mengurangi 25 kasus corona baru dan 3 kematian mingguan.
"Apabila terjadi satu persen pengurangan kunjungan ke tempat kerja atau WFO, akan mengurangi 18 kasus dan 2 kematian mingguan," ucap dia.
"Bisa kita bayangkan berapa banyak nyawa yang bisa kita lindungi, kita selamatkan, dengan terjadinya berbagai pengurangan kunjungan tersebut," pungkasnya.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona