Suasana WNI di Kuala Lumpur Berdesakan untuk Nyoblos Pemilu

11 Februari 2024 22:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga negara Indonesia (WNI) mengantre untuk mencoblos dalam pemungutan suara Pemilu 2024 di Pusat Dagangan Dunia Kuala Lumpur (WTC), Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (11/2/2024). Foto: Rafiuddin Abdul Rahman/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Warga negara Indonesia (WNI) mengantre untuk mencoblos dalam pemungutan suara Pemilu 2024 di Pusat Dagangan Dunia Kuala Lumpur (WTC), Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (11/2/2024). Foto: Rafiuddin Abdul Rahman/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pemungutan suara untuk WNI yang tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia, dilaksanakan hari ini, Minggu (11/2). Namun pelaksanaannya tidak berjalan mulus.
ADVERTISEMENT
Sinar Harian, media setempat, melaporkan antrean WNI yang menggunakan hak pilihnya, membeludak. Mereka terlihat berdesakan saat mengantre.
Dalam sebuah video bahkan terlihat WNI terlibat saling dorong. Ini menyebabkan pagar pembatas roboh dan ada WNI yang terjatuh.
Beruntung pihak keamanan setempat masih bisa menahan masa yang belum kedapatan giliran memilih. Sehingga tidak terjadi kericuhan.
Keluhan soal penyelenggaraan pemilu di Malaysia juga diterima Migrant Care, Organisasi nirlaba untuk isu Pekerja Migran Indonesia (PMI). Seperti soal minimnya sosialisasi soal pemilu dan kondisi di Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) itu sendiri.
Tahun ini TPSLN Kuala Lumpur dipusatkan dalam satu tempat, yakni di gedung World Trade Center Kuala Lumpur. Ini berbeda dengan pemilu sebelumnya yang dibagi dalam empat tempat.
ADVERTISEMENT
Terdapat 223 tempat pemungutan suara (TPS) yang dibagi ke dua lantai di gedung tersebut, yakni lantai 3 dan 4. Masing-masing TPS melayani sekitar seribu pemilih dan itu belum terhitung non-DPT atau pemilih tambahan.
"Karena ini baru pertama kali dilakukan, baru pertama kali dilakukan di satu tempat dengan jumlah masa yang lebih dari 223 ribu, belum lagi pemilih tambahan atau pemilih yang non-DPT juga diperkirakan jumlahnya hampir seimbang. Ini memang problem yang ada di pemilu luar negeri," papar Wahyu.
Selain itu, sempat terjadi antrean panjang dan desak-desakan di pintu masuk WTC yang didominasi kelompok non-DPT dan Daftar Pemilih Khusus (DPK).
Warga negara Indonesia (WNI) mengantre untuk mencoblos dalam pemungutan suara Pemilu 2024 di Pusat Dagangan Dunia Kuala Lumpur (WTC), Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (11/2/2024). Foto: Rafiuddin Abdul Rahman/ANTARA FOTO
Mereka tidak bisa masuk gara-gara ada proses penyaringan, sehingga massa membeludak dan ada beberapa di antara mereka yang memilih pulang — tidak jadi nyoblos.
ADVERTISEMENT
"Karena kemudian ada proses filtering itu ada gap yang luar biasa, jadi yang bisa masuk ke meja registrasi kemudian nyoblos itu jumlahnya sangat terbatas, sementara antrean itu overload," bebernya.
Membeludaknya jumlah pemilih yang berdatangan ke WTC membuat meja registrasi yang semula dipersiapkan 100 meja, menjadi 400.
Wahyu kemudian menyoroti perbedaan lain yang ditemukan dalam pelaksanaan pemungutan suara tahun ini. "Saya tadi juga waktu nyoblos biasanya dikasih barcode atau dikasih print out saya dikasih manual aja ditulis tangan kamu ke TPS 001, seperti itu," ungkapnya.