Sudirman Said: Apakah Agenda Reformasi Saat Ini Masih Konsisten Dijalankan?

21 Mei 2022 15:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sudirman Said. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Sudirman Said. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Ketua Institut Harkat Negeri Sudirman Said mengenang 24 tahun masa reformasi. Ia mengatakan, setelah 24 tahun, apakah semangat reformasi masih konsisten dijalankan saat ini.
ADVERTISEMENT
Sudirman menuturkan saat itu, semangat reformasi adalah menciptakan pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
"Kini setelah 24 tahun berjalan kita terpanggil untuk memeriksa kembali apakah seluruh agenda reformasi yang dulu kita ingat nomor satu mengadili Presiden Soeharto dan kroni-kroninya, melaksanakan amandemen UUD 1945 menghapus dwifungsi ABRI, melaksanakan otonomi seluas luasnya menegakkan supermasi hukum," kata Sudirman dalam 'Peringatan dan Refleksi 24 Tahun Reformasi', Sabtu (21/5).
"Dan menciptakan pemerintahan yang bersih dari KKB. Apakah tujuan itu telah dijalankan dengan konsisten atau apakah sebaliknya di mana saat ini terjadi satu idiom satu sebutan reformasi dikorupsi," lanjutnya.
Selain itu, kata dia, usai 24 tahun reformasi juga harus melihat apakah negara sudah melakukan perbaikan sedemikian rupa agar masyarakat dapat melakukan koreksi lebih bebas dan terlindungi.
ADVERTISEMENT
"Kedua, apakah metode koreksi yang telah, bangsa tersebut mendorong terjadinya transformasi institusional di mana negara melakukan perbaikan mendasar sedemikian sehingga peluang warga negara melakukan koreksi menjadi lebih luas bebas dan terlindungi," tutur Sekjen PMI ini.
Saat ini, Sudirman menuturkan koreksi terhadap demokrasi dan pembangunan harus terus berjalan. Namun, hal itu cukup sulit dilakukan.
"Satu eksaminasi harus dilakukan dengan jujur karena bangsa ini memang ingin tumbuh terus sebagaimana amanat para pejuang, para pendiri bangsa. Ini bukan perkara mudah karena itulah sebabnya pemeriksaan atas kinerja demokrasi dan pembangunan kerap kali menggunakan standar yang bersifat global," kata dia.
"Cara ini mungkin baik untuk memenuhi kebutuhan independensi tapi sebelumnya ini refleksi bahwa di antara kita sesungguhnya sedang kehilangan rasa saling percaya sehingga diperlukan satu ukuran-ukuran yang sifatnya global," tutup Sudirman.
ADVERTISEMENT