Sukacita Pengungsi Rohingya saat Dengar Aung San Suu Kyi Dikudeta
ADVERTISEMENT
Pengungsi Rohingya di Bangladesh gembira saat mendengar kabar Aung San Suu Kyi (75) dikudeta oleh militer Myanmar.
ADVERTISEMENT
Saat ini ada sekitar 740 ribu orang etnis Muslim Rohingya mengungsi di Bangladesh. Mereka kabur dari persekusi yang dilakukan militer Myanmar sejak 2017 lalu.
Suu Kyi, yang memimpin Myanmar sejak 2016, sempat menjadi buah bibir. Dia membela militer Myanmar pada persidangan Mahkamah Pidana Internasional di Belanda terkait tuduhan upaya pembersihan etnis Rohingya. Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian 1991, juga dianggap menutup telinga atas penderitaan etnis Rohingya.
Saat Suu Kyi dikudeta pada Senin (1/2/2021) pagi, kabar tersebut langsung mendarat di telinga ratusan ribu warga Rohingya di Bangladesh.
Pemimpin warga Rohingya di pengungsian, Farid Ullah, tanpa malu menyebut kabar tersebut adalah berita gembira.
"Dia adalah alasan di balik penderitaan kami. Jadi kenapa kami tidak merayakan ini?" ucap Ullah seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
Seorang pemuka masyarakat Rohingya lainnya, Mohammad Yusuf, juga senang atas lengsernya Suu Kyi. Sebab, wanita itu ternyata bukan harapan bagi Rohingya untuk memperbaiki hidup.
"Dia pernah menjadi harapan terakhir kami, tapi nyatanya dia mengacuhkan penderitaan kami dan mendukung genosida terhadap Rohingya," kata Yusuf.
"Beberapa orang dari kami bahkan sampai menggelar doa khusus menyambut 'keadilan' yang diberikan kepada sang peraih Nobel," kata warga Rohingya lain, Mirza Ghalib.
"Jika pengelola pengungsian mengizinkan kami menggelar perayaan, maka kalian akan melihat ribuan orang Rohingya keluar dan menggelar pawai," pungkas Mirza.
Ada yang Mengecam dan Kekhawatiran PBB
Meski ada yang bersukacita, tapi ada juga warga Rohingya yang mengecam kudeta itu. Sebab, pelaku kudeta adalah otak pembersihan etnis Rohingya, yaitu Jenderal Besar Min Aung Hlaing yang kini menjadi pemimpin Myanmar.
ADVERTISEMENT
"Kami Rohingya mengutuk keras tindakan keji membunuh demokrasi ini," kata pemimpin masyarakat Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh, Dil Mohammed, seperti dikutip dari Reuters.
Kekuasaan Myanmar yang saat ini dipegang Jenderal Min membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengkhawatirkan nasib sejumlah etnis minoritas Rohingya yang masih bermukim di Negara Bagian Rakhine.
"Masih ada sekitar 600 ribu warga Rohingya di Rakhine, termasuk 120 ribu yang tinggal di tenda-tenda pengungsian. Mereka tidak bisa bergerak bebas dan terbatas untuk mengakses fasilitas kesehatan dan pendidikan," ujar Dujarric seperti dikutip.
"Jadi kecemasan kami situasi saat ini akan membuat keadaan mereka semakin buruk," sambung dia.