news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sultan Prihatin 2 Klaster Besar Corona di Sleman: Ego Masyarakat Terlalu Tinggi

31 Mei 2021 13:19 WIB
ยท
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Dua klaster besar penularan corona muncul di Kabupaten Sleman, DIY, dengan jumlah kasus lebih dari 100 pasien. Satu klaster terjadi di Pedukuhan Ngaglik, Desa Caturharjo, Kecamatan Sleman dengan 55 kasus.
ADVERTISEMENT
Kemudian di Dusun Nglempong, Desa Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, muncul klaster halal bihalal dengan 52 kasus positif corona.
Terkait dua klaster di Sleman ini, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menjelaskan pihaknya telah mengeluarkan keputusan agar masyarakat tidak silaturahmi secara tatap muka. Mengingat, kerumunan masih tidak diperbolehkan.
"Ya sebetulnya kan ini contoh gitu lho kita tahu bahwa kerumunan itu tidak boleh ya. Kita juga keluarkan keputusan kalau mau syawalan mau silaturahmi harus swab. Tapi saya kira itu pun tidak dilakukan," kata Sultan HB X di Kepatihan Pemda DIY, Senin (31/5).
Mural imbauan memakai masker saat pandemi corona. Foto: Juni Kriswanto/AFP
Sultan HB X merasa ego masyarakat untuk tetap bertemu tatap muka saat pandemi corona masih tinggi. Padahal ketika masyarakat menunda tatap muka, berarti orang tersebut tidak hanya menjaga diri sendiri tapi juga orang lain.
ADVERTISEMENT
"Jadi kecenderungannya ada kondisi masyarakat tidak peduli. Jadi egonya jadi tinggi mau syawalan, mau bertemu dengan teman kek," ujarnya.
"Nah ning mestinya jangan melanggar ketentuan yang ada tapi ya diterjang aja," ujarnya.
Relawan pemakaman pasien corona di markas PMI Kabupaten Sleman DI Yogyakarta. Foto: Dok. Humas PMI Kabupaten Sleman
Yang lebih mengkhawatirkan lagi menurut Sultan HB X, apabila kejadian ini tidak membuat masyarakat jera dan menyesal.
"Lha paling-paling dengan kejadian ini kan (tanggapannya) 'Lho kok ngene' (lho kok kayak begini) paling gitu aja. Tapi enggak memahami bahwa apa yang mereka lakukan itu tidak hanya tidak memenuhi aturan, tapi saya khawatir mereka tidak pernah menyesali gitu," ujarnya.
Ngarso Dalem berharap kasus di dua klaster itu tidak menyebar. Harapannya orang-orang yang dalam klaster tersebut bisa segera sembuh.
"Semoga nggak klaster mremen (menyebar) ke tempat lain," pungkasnya.
ADVERTISEMENT