Sultan Ubah Warung Sate Bersejarah di Yogya Jadi Grha Keris

23 Agustus 2022 9:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat meresmikan Grha Keris pada 22 Agustus kemarin. Dok Humas Pemda DIY
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat meresmikan Grha Keris pada 22 Agustus kemarin. Dok Humas Pemda DIY
ADVERTISEMENT
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X atau Sultan HB X baru saja meresmikan Grha Keris pada 22 Agustus lalu. Berlokasi di Jalan Gamelan Kidul No 1, Kelurahan, Panembahan, Kecamatan Kraton, tempat tersebut memiliki sejarah.
ADVERTISEMENT
Sultan menjelaskan bahwa ada nilai historis dari tempat tersebut. Dijelaskannya bahwa tempat ini dahulu adalah warung sate di masa kolonial. Namun, bukan warung sate biasa. Ini adalah lokasi Sri Sultan HB IX bertemu dengan gerilyawan.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat meresmikan Grha Keris pada 22 Agustus kemarin. Dok Humas Pemda DIY
"Jadi dulu waktu zaman Belanda (kolonial), ini adalah warung sate. Pertemuan almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan gerilyawan dilakukan di sini. Bahkan kursi beliau (HB IX) masih ada di sini. Harapannya, keris peninggalan leluhur kita berada di tempat yang bernilai historis," kata Sultan dalam keterangan yang diterima kumparan, Selasa (23/8/2022).
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat meresmikan Grha Keris pada 22 Agustus kemarin. Dok Humas Pemda DIY
Di sisi lain, di kondisi saat ini ketika tempat tersebut menjadi Grha Keris, Sultan berharap bahwa tempat ini bisa jadi sumber inspirasi nilai budaya Jawa serta sebagai wujud penghargaan seni budaya.
ADVERTISEMENT
"Saya optimis, keberadaan Grha Keris, warisan budaya yang ada di DIY akan lebih maju dan berkembang dengan lebih baik lagi," jelasnya.
Tak hanya itu, tempat ini juga diharapkan bisa jadi inkubator pelestarian budaya
"Grha Keris diharapkan pula menjadi inkubator pelestarian budaya berbasis karya cipta, dengan para empu, komunitas tosan aji, dan para perajin sebagai penggeraknya," tuturnya.
Keris sendiri merupakan Warisan Budaya Tak Benda yang diakui Unesco tahun 2005. Maka hal ini juga harus dimaknai mendalam. Sudah seharusnya menurut Sultan, untuk mengaktualisasi warisan budaya ini menjadi etos atau karya dalam berbagai bentuk serta media.
Jika di masa lalu keris memiliki fungsi sebagai senjata perang serta benda pelengkap sesajian. Kini, keris tak hanya menjadi aksesoris berbusana tetapi juga simbol budaya.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat Jawa kan semuanya pakai simbol, jadi bisa diwarisi para generasi muda. Apa arti karakter, budaya, dan peradaban, sehingga pewarisan dalam bentuk integritas seseorang, utamanya Jawa menjadi sesuatu yang sangat penting," tutup Sri Sultan.
Di hari itu pula, Sultan juga meresmikan Omah Wayang yang berlokasi di Jalan Langenastran Kidul, Kelurahan Panembahan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta. Tempat itu diharapkan bisa bermanfaat luas di masyarakat, khususnya aktivitas seperti menari dan pentas.
"Dalam hal dialog-dialog dan diskusi untuk sarana bertukar pikiran yang nantinya bisa ditularkan ke generasi muda. Harapan saya, Omah Wayang bisa lestari," katanya.
Nama Omah Wayang dipilih karena wayang memiliki makna yang dalam bagi orang Jawa yaitu penggambaran integritas karakter baik dalam pola pikir.
ADVERTISEMENT
"Memang betul wayang itu, seperti Mahabarata dan Ramayana itu bukan sekadar tontonan, melainkan juga tuntunan. Biarpun dalam perkembangannya, tuntunan hanya sedikit dan lebih banyak dagelannya. Seperti halnya hidup, juga banyak dagelannya," pungkasnya.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan bahwa Grha Keris ini diharapkan bisa memlihara keris dan menjadi pusat persemaian budaya keris di DIY.
"Visi Grha Keris adalah sebagai pemeliharaan keris yang ada di DIY pada khususnya dan Indonesia pada umumnya serta menjadi pusat kegiatan persemaian budaya keris sesuai dengan perkembangan zaman," kata Dian.
"Selain itu, sebagai tempat pengggalian dan pengkajian potensi ekosistem perkerisan di DIY juga melakukan pengembangan budaya keris yang ada," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum Paheman Memetri Wesi Aji (Pametri Wiji) Yogyakarta, paguyuban pegiat tosan aji, KRT Puspodiningrat berharap keris yang merupakan warisan budaya ini bisa semakin dikenal masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Sehingga budaya kita yang adiluhung bisa meluas lagi dan disikapi secara proporsional oleh masyarakat secara baik dan benar," katanya.