Survei LSI: Ada 5,8 Persen Umat Islam Ingin Ganti Pancasila

3 November 2019 20:19 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti SMRC Djayadi Hanan. Foto: Johanes Hutabarat/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti SMRC Djayadi Hanan. Foto: Johanes Hutabarat/kumparan
ADVERTISEMENT
Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis riset terbarunya yang bertajuk "Tantangan intoleransi dan kebebasan sipil serta modal kerja pada pemerintahan periode kedua Jokowi".
ADVERTISEMENT
Salah satu yang disurvei LSI adalah pandangan umat Islam terkait Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara.
"86,5 persen responden muslim menilai Pancasila dan Undang-undang Dasar yang sekarang adalah terbaik bagi kehidupan kita sebagai bangsa Indonesia," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan saat merilis hasil surveinya di Erian Hotel, Jakarta, Minggu (3/11).
Namun, terdapat 4 persen responden yang merasa Pancasila dan UUD tidak cocok karena bertentangan dengan ajaran-ajaran dalam Islam. Bahkan mereka mengharapkan Indonesia berlandaskan syariat Islam seutuhnya.
Perajin mewarnai patung lambang negara, Garuda Pancasila, di kawasan Halim, Makasar, Jakarta, Kamis (8/8). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Kemudian ada 1.8 persen responden muslim lain yang juga merasa kurang cocok dengan Pancasila dan UUD, sehingga harus diganti namun dengan paham atau ideologi yang lain, selain syariat Islam.
Dengan begitu terdapat 5,8 persen masyarakat muslim yang tak sependapat dengan pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara.
ADVERTISEMENT
Djayadi juga menyayangkan pemerintah terlalu fokus terhadap perlawanan kepada mereka yang anti-Pancasila dan UUD (kelompok 5,8 %). Seharusnya, menurut Djayadi, pemerintah fokus pada penguatan Pancasila dan UUD mengingat mayoritas umat muslim (86,5%) sudah final dengan dua dasar negara itu.
"Sekarang Pemerintahan Jokowi lebih fokus yang empat persen itu sehingga riak di masyarakat. Harusnya fokus saja di penguatan Pancasila dan UUD," jelas Djayadi.
Survei LSI itu dilakukan pada 8 September - 17 September 2019 dengan melibatkan 1.550 responden di seluruh Indonesia yang terpilih secara acak (multistage random sampling) dengan margin of error 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka langsung.