Survei LSI: Kepuasan ke Kinerja Jokowi Turun; Mayoritas Percaya Ekonomi Memburuk

19 Juli 2021 7:20 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) bersiap merawat pasien di rumah sakit darurat penyakit virus corona (COVID-19), di Jakarta, Indonesia, 17 Juni 2021. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) bersiap merawat pasien di rumah sakit darurat penyakit virus corona (COVID-19), di Jakarta, Indonesia, 17 Juni 2021. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/Reuters
ADVERTISEMENT
Lembaga Survei Indonesia mengumumkan hasil survei nasional berkaitan dengan sikap publik terhadap vaksin dan program vaksin pemerintah, Minggu (18/7).
ADVERTISEMENT
Dalam hasil survei nasional itu, LSI mengungkap beberapa hal mulai dari tingkat kepuasan masyarakat terhadap penanganan COVID-19 menurun hingga banyak masyarakat yakni ekonomi semakin memburuk akibat pandemi berkepanjangan.
Survei LSI ini dilakukan pada 20 hingga 25 Juni. Total ada 1.200 responden terlibat dan dipilih secara acak dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia pada rentang Maret 2018 hingga Juni 2021.
Metode survei menggunakan simple random sampling dan memiliki toleransi kesalahan (margin of error atau MoE) sekitar 2,88 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
Indonesia kini masih mengalami lonjakan penularan COVID-19. Kini jumlah kasus positif COVID-19 di RI sudah mencapai 2.877.476 orang. Sedangkan kasus aktif menjadi 542.236 orang.
ADVERTISEMENT
Sementara pasien sembuh, hari ini ada tambahan sebanyak 29.264 orang. Kini pasien sembuh menjadi 2.261.658 orang.
Berikut kumparan rangkum ragam hasil survei LSI terkait sikap publik terhadap vaksin dan program vaksin pemerintah:
Presiden Jokowi di sela-sela peluncuran paket obat isoman di Istana Merdeka, Kamis (15/07/2021). Foto: Dok. Agus Suparto

Kepuasan atas Kinerja Jokowi Tangani Corona Turun

Dalam survei LSI, sebanyak 59,6 persen masyarakat mengaku sangat dan cukup puas dengan kinerja Jokowi dalam menangani wabah corona. Sementara itu, 37,1 persen responden tak puas.
"Mayoritas puas terhadap kinerja Presiden dalam menangani wabah COVID-19. Namun, keputusan tersebut mengalami penurunan dalam 6 bulan terakhir," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan.
Berdasarkan survei LSI, pada Agustus 2020, angka yang puas mencapai 65,5 persen. Kemudian September 2020 turun menjadi 64 persen. Pada Oktober 2020 turun lagi menjadi 57,9 persen. Kemudian sempat naik pada November 2020 dan Desember 2020. Tapi turun pada Juni 2021.
ADVERTISEMENT
"Kepuasan tampak cukup rendah pada responden laki-laki, pemilih pemula, etnis Bugis, Sunda, Minang, kemudian Madura, pendidikan SLTP dan kuliah, pekerja kerah putih, pendapatan menengah, serta responden di perkotaan, dan di DKI, Jabar, Jateng, dan Sulawesi," jelas Djayadi.
Hasil survei lain yaitu soal tingkat kepercayaan pada kemampuan Jokowi menangani corona.
Sebanyak 43 persen responden menilai pemerintahan Jokowi bisa bekerja baik dalam mengatasi wabah corona. Sementara 32 persen menjawab biasa saja.
Kabaharkam Polri Komjen Arief Sulistyanto melakukan peninjauan vaksinasi di UNJ Jakarta Timur, Sabtu (17/7). Foto: Baharkam Polri

82,6% Masyarakat Belum Divaksin COVID-19

LSI juga mengungkapkan, sebanyak 82,6 persen responden belum divaksin COVID-19. Sementara 9,9 persen sudah menerima dosis pertama dan 7,5 persen sudah menerima dua dosis.
"Mayoritas, sekitar 82,6 persen warga belum divaksin. Di antara yang belum divaksin, sekitar 63,6 persen bersedia divaksin. Sedangkan 36.4 persen tidak bersedia," kata Djayadi Hanan.
ADVERTISEMENT
Djayadi kemudian merinci alasan responden yang tidak bersedia mengikuti program vaksinasi. Mayoritas takut ada efek samping sehingga menganggap vaksinasi tidak aman.
Selain itu, alasan lainnya adalah responden menilai vaksin tidak aman, responden merasa sehat dan tidak membutuhkan vaksin, vaksin dianggap tidak halal, tidak mau membayar untuk mendapat vaksin.
Survei LSI soal vaksinasi di Indonesia. Foto: LSI
Lalu jika sudah banyak orang divaksin, responden merasa tak perlu divaksin hingga vaksin dianggap akal-akalan perusahaan farmasi mencari untung.
"Alasan paling banyak mengapa orang tidak bersedia divaksin adalah karena takut dengan efek sampingnya 55,5 persen, kemudian karena menilai vaksin tidak efektif 25,4 persen, dan merasa tidak membutuhkan vaksin karena sehat 19 persen," tutur Djayadi.
Meski banyak responden belum divaksin COVID-19, LSI mengungkap bahwa mereka setuju dengan program vaksinasi pemerintah. Selain itu, responden juga percaya vaksinasi mampu mencegah penularan COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Mayoritas, 84,9 persen, merasa sangat/setuju dengan program vaksin COVID-19 untuk masyarakat," ungkap Djayadi.
"Mayoritas, 68,6 persen, percaya bahwa vaksin corona dapat mencegah kita tertular virus corona (COVID-19). Sekitar 23,5 persen tidak percaya," tutup dia.
Survei LSI soal kemungkinan ada penyalahgunaan anggaran vaksinasi. Foto: LSI

73,8% Masyarakat Curiga Ada Penyalahgunaan Anggaran dalam Pengadaan Vaksin

LSI turut menyinggung pengadaan vaksin COVID-19 yang dilakukan pemerintah. Dari survei LSI, mayoritas masyarakat curiga ada penyalahgunaan anggaran dalam pengadaan vaksin.
"Mayoritas, 73,8 persen, merasa sangat/cukup besar terjadi penyalahgunaan anggaran negara untuk pengadaan vaksin COVID-19," kata Djayadi Hanan.
Pemerintah memulai vaksinasi nasional sejak 13 Januari lalu. Selain itu, Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah membahas pengawasan pengadaan vaksin COVID-19 dengan KPK.
Pemerintah memastikan tidak ada penyalahgunaan anggaran termasuk korupsi dalam pengadaan vaksin COVID-19. Dari survei LSI, mayoritas masyarakat yakni tidak ada korupsi meski persentasenya kecil.
ADVERTISEMENT
"50,1 persen yang merasa sangat/cukup yakin bahwa pemerintah dapat menjamin penggunaan anggaran untuk pengadaan vaksin COVID-19 agar tidak dikorupsi, namun yang merasa kurang/sangat tidak yakin juga cukup banyak 41,2 persen," ucap Djayadi.
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Sinovac kepada warga saat mobil vaksin keliling singgah di Kantor Kelurahan Cipedak, Jakarta, Rabu (14/7). Foto: Dok. Istimewa
LSI juga menanyakan kepada masyarakat terkait target vaksinasi dari pemerintah. Presiden Jokowi ingin 181.500.000 rakyat Indonesia sudah divaksin sebelum akhir 2021.
Terungkap mayoritas responden percaya target ini bisa dipenuhi oleh pemerintah.
"Mayoritas, 63,7 persen, merasa sangat/cukup yakin bahwa pemerintah akan dapat memenuhi target untuk memvaksin 181,5 juta orang pada tahun 2021 ini. Terdapat sekitar 28,5 persen yang tidak yakin," tutur Djayadi.
Kedatangan vaksin AstraZeneca tahap ke 26 di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jumat (16/7). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden

69% Publik Yakin Vaksin Corona yang Dipakai di Indonesia Halal

ADVERTISEMENT
Menurut survei LSI, mayoritas atau 69,3 persen merasa sangat atau cukup yakin dengan keamanan vaksin yang digunakan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan terendah pada etnis Minang, kemudian Sunda, pendidikan kurang atau pada SD, pekerja kerah biru serta responden di Jabar dan Banten," kata Djayadi Hanan.
Selain mayoritas masyarakat juga yakin bahwa vaksin COVID-19 yang disuntikkan adalah halal. Djayadi menjelaskan, 69 persen masyarakat yakin vaksin corona yang digunakan halal. Sementara itu, 24,3 persen kurang percaya dan 1,5 persen sangat tidak percaya.
LSI juga mengidentifikasi adanya beberapa misinformasi soal COVID-19.
"Dari misinformasi ini, tampak lebih banyak yang tidak setuju jika COVID-19 dikatakan sebagai hoaks. Sedangkan untuk pengobatan tradisional untuk mencegah virus corona, lebih banyak warga yang setuju," kata Djayadi.
Seorang pekerja medis memegang dosis vaksin Sinovac di fasilitas kesehatan. Foto: REUTERS/ Willy Kurniawan

LSI Ungkap Perbandingan Tingkat Kepercayaan atas Vaksin Pfizer hingga Sinovac

LSI juga membahas soal jenis vaksin yang dipakai dan akan dipakai pemerintah. Sejauh ini, vaksinasi di Indonesia baru menggunakan dua jenis vaksin COVID-19 yakni Sinovac dan AstraZeneca.
ADVERTISEMENT
Namun dalam waktu dekat pemerintah akan menggunakan vaksin jenis lain yakni Moderna, Sinopharm, Pfizer, Novavax hingga Sputnik V.
Survei LSI terhadap jenis vaksin di Indonesia. Foto: LSI
Pertama yakni vaksin AstraZeneca dari Oxford, Inggris. Ternyata masih banyak masyarakat tidak tahu soal vaksin ini.
"Sekitar 45,6 persen tahu AstraZeneca-Oxford dari Inggris dan dari yang tahu, mayoritas, 59,8 persen, percaya vaksin tersebut," kata Djayadi Hanan.
Survei LSI terhadap jenis vaksin di Indonesia. Foto: LSI
Kedua terkait vaksin Sinovac dari China. LSI menyebut banyak masyarakat tahu jenis vaksin ini dan percaya vaksin Sinovac ampuh menangkal COVID-19.
"Mayoritas 61,2 persen tahu Sinovac dari RRC dan dari yang tahu, mayoritas 68 persen percaya vaksin tersebut," ucap Djayadi.
Survei LSI terhadap jenis vaksin di Indonesia. Foto: LSI
Ketiga, vaksin Pfizer yang dikembangkan di Jerman dan Amerika Serikat. LSI mengatakan, masih sedikit masyarakat RI yang mengetahui jenis vaksin ini tetapi banyak masyarakat yakni vaksin Pfizer cukup ampuh menangkal COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Sekitar 20,2 persen tahu Pfizer-BioNTech dari Amerika Serikat & Jerman dan dari yang tahu, mayoritas, 64,1 persen, percaya vaksin tersebut," kata Djayadi.
Survei LSI terhadap jenis vaksin di Indonesia. Foto: LSI
Keempat, vaksin Moderna yang kemarin baru saja tiba di RI dan akan digunakan untuk suntikan booster bagi tenaga kesehatan hingga TNI-Polri. Namun sama seperti Pfizer, masih sedikit masyarakat yang tahu soal jenis vaksin ini.
"Sekitar 17,8 persen tahu Moderna dari Amerika Serikat dan dari yang tahu, mayoritas, 65,5 persen, percaya vaksin tersebut," ujar Djayadi.
Survei LSI terhadap jenis vaksin di Indonesia. Foto: LSI
Kelima adalah vaksin Novavax dari Amerika Serikat. Mayoritas masyarakat tidak tahu adanya jenis vaksin ini namun mereka percaya vaksin ini bisa menangani COVID-19.
"Sekitar 17,3 persen tahu Novavax dari Amerika Serikat dan dari yang tahu, mayoritas, 57,1 persen, percaya vaksin tersebut," ucap Djayadi.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, LSI juga menanyakan apakah sejauh ini program vaksinasi di RI sudah tepat sasaran atau tidak. Hasilnya, mayoritas masyarakat percaya program vaksinasi tepat sasaran.
"Mayoritas, 68,6 persen, merasa program vaksin COVID-19 tepat/cukup tepat sasaran. Terdapat 21,9 persen yang menilai program tersebut tidak tepat sasaran, dan 9,5 persen tidak menjawab," tutur Djayadi.
Pelanggar PPKM Darurat di Surabaya kena sanksi ikut tur ke pemakaman COVID-19. Foto: Instagram/@dishubsurabaya

56% Masyarakat Nilai Ekonomi RI saat Ini Memburuk

Terakhir, LSI memaparkan kondisi ekonomi Indonesia di tengah pandemi COVID-19. Hasilnya, 56,5 persen menilai kondisi ekonomi nasional saat ini buruk dan sangat buruk.
"Kondisi ekonomi dipersepsikan memburuk khususnya dalam lima bulan terakhir," kata Djayadi Hanan.
Selain itu, 69 persen responden merasa pendapatan rumah tangganya turun dibandingkan sebelum ada kebijakan work from home (WFH) serta belajar dari rumah untuk anak sekolah.
ADVERTISEMENT
"Dari yang turun, mayoritas 74,9 persen mengalami sangat banyak atau cukup banyak penurunan pendapatan rumah tangga," lanjut Djayadi.
Survei LSI keadaan ekonomi nasional. Foto: LSI
LSI juga menemukan bahwa 95,8 persen masyarakat merasa COVID-19 mengancam ekonomi Indonesia. Selain itu, 92 persen merasa virus corona mengancam kesehatan warga Indonesia.
"Mayoritas 70,9 persen merasa sangat/cukup besar kemungkinan kehidupannya menjadi lebih buruk karena pengaruh ekonomi wabah COVID-19," kata Djayadi.