Taliban Izinkan 200 Warga Asing Tinggalkan Afghanistan

9 September 2021 18:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jubir Taliban Zabihullah Mujahid sampaikan keterangan di bandara Kabul, Afghanistan. Foto: Wakil Kohsar/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Jubir Taliban Zabihullah Mujahid sampaikan keterangan di bandara Kabul, Afghanistan. Foto: Wakil Kohsar/AFP
ADVERTISEMENT
Taliban mengizinkan sekitar 200 warga asing meninggalkan Afghanistan. Keputusan tersebut merupakan salah satu kebijakan pertama usai pemerintahan Afghanistan di bawah Taliban terbentuk.
ADVERTISEMENT
Para warga asing akan meninggalkan Afghanistan lewat bandara Hamid Karzai pada Kamis (9/9/2021). Mereka berangkat menggunakan pesawat sewaan.
Menurut seorang pejabat Pemerintah AS yang namanya dirahasiakan, Taliban mengizinkan kepergian warga asing setelah mendapat tekanan dari Perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad. Sebanyak 200 warga asing yang keluar dari Afghanistan termasuk warga asing.
Taliban kuasai Istana Presiden. Foto: Zabi Karimi/AP
Meski demikian, belum bisa dipastikan siapa saja orang-orang yang boleh keluar. Beberapa warga AS dan warga negara lain yang sempat terdampar di kota Mazar-i-Sharif beberapa hari lalu juga belum dipastikan masuk dalam daftar terbang itu.
Warga AS dan warga asing di Mazar-i-Sharif tak bisa meninggalkan kota itu karena dilarang Taliban. Pemerintah Negeri Paman Sam mengakui usai evakuasi besar-besaran yang berakhir 31 Agustus 2021 masih ada beberapa warganya tertinggal di Afghanistan.
ADVERTISEMENT
Taliban sendiri pada Selasa (7/8/2021) akhirnya mengumumkan pemerintahan. Namun, pemerintahan ini berbeda jauh dari komitmen Taliban sebelumnya.
Pada Kabinet Afghanistan di bawah Taliban, mayoritas anggotanya etnis Pasthun. Lebih parahnya lagi, ada nama Sirajuddin Haqqani yang ditunjuk sebagai Mendagri. Sampai saat ini Haqqani masih menjadi buronan FBI. Kepala Haqqani dihargai USD 10 juta oleh AS.
Sebelumnya Taliban berkomitmen membuat pemerintahan inklusif dan menghormati hak perempuan. Nyatanya, kabinet baru Afghanistan di bawah Taliban sangat eksklusif dan tidak ada wanita sama sekali.