news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tambahan Visa Umrah, Cara Saudi Cari Pemasukan Sektor Non-Minyak

11 September 2019 19:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi. Foto: ANTARA FOTO/Hani Sofia
zoom-in-whitePerbesar
Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi. Foto: ANTARA FOTO/Hani Sofia
ADVERTISEMENT
Pemerintah Arab Saudi menyatakan menghapuskan visa progresif untuk umrah. Namun pada praktiknya, visa umrah untuk jemaah pertama ternyata ada tambahan fee lainnya. Hal ini disebut salah satu cara Saudi menambah sumber pemasukan baru di sektor non-minyak.
ADVERTISEMENT
Saudi secara resmi menghapuskan visa progresif pada Selasa (10/9). Visa progresif adalah tambahan biaya visa sebesar SAR 2.000 atau Rp 7,6 juta untuk jemaah yang umrah untuk kedua kalinya atau lebih di tahun yang sama.
Saudi mengganti peraturan tersebut dengan biaya tambahan visa umrah berlabel government fee secara flat yaitu 300 riyal atau Rp 1,1 juta.
"Pencabutan progresif sudah berlaku, namun tetap diberlakukan fee visa umroh sebesar 300 riyal dan itu flat baik pertama atau yang mengulang," kata Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Endang Jumali kepada kumparan, Rabu (11/9).
Menurut Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah RI (AMPHURI), dengan tambahan biaya ini, total mengurus visa umrah menjadi SAR 498 (sekitar Rp 1,8 juta). Biaya ini terdiri dari pengurusan e-Visa sebesar SAR 93,19 (Rp 348.819), basic ground service sebesar SAR 105 (Rp 393.025), dan goverment fee sebesar SAR 300 (Rp 1.122.929).
ADVERTISEMENT
Nominal ini belum termasuk biaya booking reference number hotel, bus, dan handling fee agent Arab Saudi. Menurut Konsulat Jenderal RI untuk Jeddah Heri Saipudin, kebijakan visa ini lebih menguntungkan Saudi.
"Kebijakan ini memang jauh lebih menguntungkan Saudi karena logikanya akan lebih banyak menjaring orang untuk umrah. Kalau 2.000 riyal hanya orang berduit saja yang akan berumrah secara berulang," kata Heri kepada kumparan.
Hal ini tidak terlepas dari upaya Saudi mencari pemasukan tambahan dari sektor non-minyak. Inisiasi ini tercantum dalam Visi Saudi 2030 yang dicanangkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman pada 2016 silam.
Dalam visi tersebut, Saudi ingin melepaskan ketergantungan ekonomi dari minyak dan mendiversifikasi ekonominya. Saudi mulai mengembangkan berbagai sektor, seperti pariwisata, pendidikan, kesehatan, serta menanamkan investasi senilai triliunan rupiah di berbagai negara.
ADVERTISEMENT
Heri mengatakan dalam Visi 2030, Saudi memiliki ambisi cukup tinggi untuk meningkatkan jumlah jemaah umrah ke negaranya. Targetnya pada 2030, setiap tahunnya ada 30 juta jemaah umrah yang datang dari seluruh dunia.
"Tahun ini hanya 10 juta (jemaah umrah)," kata Heri.
"Saudi ingin mendiversifikasi ekonomi tidak hanya dari minyak, tapi juga dari pajak, manufaktur, dan services (sektor jasa), umrah itu termasuk services," lanjut dia.